Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fenny Hamka
Abstrak :
Rumah sakit sebagai penyelenggara layanan kesehatan mempunyai beban tersendiri untuk bisa memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan adil bagi masyarakat. Hal ini mendorong seluruh elemen, baik pihak rumah sakit maupun stakeholder untuk menghitung secara riil berapa biaya pelayanan yang dibutuhkan sehingga bisa menjadi alat advokasi dalam pembiayaan pelayanan kesehatan. Analisis biaya melalui perhitungan biaya per unit (unit cost) dapat dipergunakan rumah sakit sebagai dasar pengukuran kinerja, penyusunan anggaran dan subsidi, alat negosiasi pembiayaan kepada stakeholder terkait dan dapat pula dijadikan acuan dalam mengusulkan tarif pelayanan rumah sakit yang baru dan terjangkau masyarakat. Penentuan unit cost dalam analisis biaya diperlukan untuk mengetahui besarnya biaya yang benar?benar dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk, tujuan lainnya menilai efisiensi dalam anggaran. Tindakan terbanyak pada di RS X unit Obstetri dan Ginekologi adalah persalinan sectio caesaria sehingga RS X menciptakan paket operasi yaitu Paket Hemat Sectio Caesaria. Permasalahan yang terjadi yaitu pihak manajemen rumah sakit X tidak mengetahui apakah revenue rumah sakit tindakan sectio caesaria Pahe A selama ini sudah menutupi seluruh biaya yang terjadi. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran biaya satuan tindakan sectio caesaria Paket Hemat A tahun 2009. Jenis penelitian ini adalah studi kasus analitik dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Metode analisis biaya dengan metode Real Cost. Data yang digunakan adalah data sekunder yang tercatat di keuangan pada tahun 2009. Dari hasil penelitian, didapat biaya satuan aktual untuk tindakan sectio caesaria Paket Hemat A termasuk biaya obat/BHP dan biaya jasa medis sebesar Rp. 2.804.652, sedangkan biaya satuan normatif untuk tindakan sectio caesaria Paket Hemat A termasuk biaya obat/BHP dan biaya jasa medis sebesar Rp. 2.719.458. Maka dengan hasil tersebut, disarankan untuk menjadi pertimbangan bagi manajemen rumah sakit dalam menentukan kebijakan dan mengambil keputusan mengenai tarif untuk pelayanan tindakan sectio caesaria pada umumnya dan tindakan Paket Hemat A pada khususnya. ......Hospitals as health care providers have the burden to be able to provide the high quality health care and fair for the society. This encourages all elements, both the hospitals and stakeholders to calculate in real how much cost is needed so that can be a tool in advocacy and health care financing. Cost analysis by calculating the cost per unit (unit cost) can be used by hospital as a base performance assessment, budgeting and subsidies, financing negotiating tools to the relevant stakeholders and also can be used as a reference in proposed new rates of hospital services and affordable to the society. The determination of unit costs in the cost analysis is needed to determine the costs actually required to produce a product, the other purposes is to assess the efficiency of budgeting. The most health care in Hospital X Obstetry and Ginekology unit is Sectio Caesaria so that Hospital X creating operation packages named Sectio Caesaria Economical Package. The problems that occurred, is the management of Hospital X did not know whether the hospital's revenue in Sectio Caesaria Economical Package A for all this time was covered all the costs that incurred. Therefore, the purpose of this research is to obtain the unit cost of Sectio Caesaria Economical Package A year 2009. The research design is an analytical case studies with quantitative descriptive approach. Method of cost analysis by Real Cost method. The data used in this research are secondary data that was recorded in finance unit year 2009. From the results of the research, obtained the actual unit cost for Sectio Caesaria Economical Package A includes the cost of drugs/consumables and medical fees is Rp. 2,804,652, whereas normative unit cost for Sectio Caesaria Economical Package A includes the cost of drugs/consumables and medical fees is Rp.2,719,458. So with these results, it is suggested to be a consideration for the hospital management in setting the policies and making decisions on tariffs for Sectio Caesaria services in general and Economical Package A in particular.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31713
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Tendian
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26481
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lies Nugrohowati
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam rangka universal health coverage, Indonesia mempersiapkan pelaksanaan BPJS-SJSN yang akan dimulai bulan Januari tahun 2014. Perbedaan tarif BPJS dan rumah sakit menjadi masalah mendasar. RSIA swasta Hermina Bogor mempersiapkan diri mengantisipasi pelaksanaan BPJS dengan tujuan agar tetap survive. Melalui desain kuantitatif dilakukan analisis tagihan tindakan Sectio Caesaria (SC) pasien kelas III, dengan komponen tagihan : jasa medis, penunjang medis, alat medis, kamar perawatan, biaya lain - lain dan administrasi. Wawancara mendalam dilakukan kepada manajemen rumah sakit. Rata ? rata tagihan SC pasien kelas III = Rp.11,13 juta. Uji multivariat membuktikan bahwa jenis tindakan paling mempengaruhi variasi tagihan. Rumah sakit diharapkan mampu mengendalikan biaya penunjang medis, jasa medis dan anjuran pemeriksaan kehamilan kepada pasien.
ABSTRACT
Indonesia is on the move to prepare the implementation of Universal Health Coverage to be conducted in 2014. The difference between BPJS tarieff and actual billing of hospitals become a serious problem. Billing components comprised of doctor?s fee, medical support (laboratorium, drugs, blood, Rontgent), room charges, medical equipments rent and administrative cost. This quantitative and qualitative study of Sectio Caesaria patients, 3rd class at Hermina MCH private hospital Bogor found that the average billing is Rp 11,1 million. Type of surgical action contributed most to the variation of billing.Recommendations to the hospital are : to control usage of medical support, rental of medical equipments and to encourage ANC to patients. Government to study further on tarieff variations of private hospitals.
2013
T33320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Yuliyanti
Abstrak :
Nasional di Rumah Sakit (Analisis Data Sekunder Tahun 2017) Angka kejadian sectio caesaria terus meningkat baik di rumah sakit pemerintah maupun di rumah sakit swasta di Indonesia. Peningkatan jumlah persalinan melalui sectio caesaria ini juga dapat terlihat pada peserta JKN, dimana sejak tahun 2014 hingga 2017, operasi pembedahan sesar selalu menduduki peringkat pertama kode CBG terbanyak di rawat inap tingkat lanjutan dan menjadi penyerap biaya manfaat jaminan kesehatan tertinggi. Belum adanya dokumentasi formal berdasarkan evidence based yang memperlihatkan evaluasi implementasi kebijakan penjamina persalinan, khususnya kasus sectio caesaria, pada peserta JKN menjadi penyebab sulitnya para pemangku kebijakan dalam menyusun kebijakan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode implementation research dengan pendekatan kuantitatif. Metode implementation research digunakan melalui pengumpulan rekap data klaim sectio caesaria peserta JKN di rumah sakit sepanjang tahun 2017. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 5 variable yang diteliti terdapat 3 variable yang terbukti secara signifikan mempengaruhi rate section caesaria, yaitu: 1) Hak kelas perawatan peserta JKN (p= 0,020 dan t hitung= 2,327), dimana semakin besar persentase peserta dengan hak kelas perawatan I di suatu kabupaten/kota maka semakin tinggi rate sectio caesaria, 2) Jenis kepemilikan rumah sakit (p= 0,035 dan t hitung = -2,119), dimana semakin besar persentase RS pemerintah pada suatu kabupaten kota maka semakin rendah rate sectio caesaria dan 3) Jumlah dokter spesialis kebidanan (p= 0,05 dan t hitung = -1,957), dimana semakin banyak jumlah dokter spesialis di kabupaten kota (rasio dokter spesialis terhadap penduduk semakin kecil), maka semakin tinggi angka rate sectio caesaria. Sedangkan variable jenis kelas rumah sakit (p= 0,912 dan t hitung= 0,111) dan nilai PDRB Per Kapita (p = 0,135 dan t hitung = -1,498) tidak terbukti secara signifikan mempengaruhi rate sectio caesaria. Faktor determinan yang paling dominan terhadap rate sectio caesaria adalah hak kelas perawatan dengan nilai Koef. beta= 3,372. Perlu dilakukan berbagai upaya dalam mengendalikan rate sectio caesaria yang dilakukan baik oleh pemerintah, BPJS Kesehatan maupun manajemen rumah sakit. Manajemen rumah sakit sebagai salah satu aktor yang berperan penting dalam kesuksesan program JKN juga perlu melakukan beberapa upaya dalam rangka mengendalikan angka sectio caesaria, antara lain pembuatan kebijakan dan pedoman pencegahan kecurangan, pengembangan pelayanan kesehatan yang berorientasi kendali mutu kendali biaya, pengembangan budaya pencegahan kecurangan sebagai bagian dari tata kelola organisasi dan klinis. ......The incidence of sectio caesaria continues to increase both in government hospitals and in private hospitals in Indonesia. The increase in the number of deliveries through sectio caesaria can also be seen in JKN participants, where from 2014 to 2017 cesarean section surgery was always ranked first in the most CBG codes hospitalized at the advanced level and absorbed the highest cost of health insurance benefits. The absence of formal evidence-based documentation that shows an evaluation of the implementation of maternity insurance policies, particularly in cases of sectional caesarean section, for JKN participants is the cause of difficulties for policy makers in drafting policies. The research method used in this study is the method of implementation research with a quantitative approach. The implementation research method is used through collecting recapitulation of claims data on JKN participants in hospitals throughout 2017. The results of the analysis show that of the 5 variables studied there were 3 variables which proved to significantly affect the caesaria section rate, namely: 1) Right to care for JKN participants (p = 0.020 and t count = 2.327), the greater the percentage of participants with the right of class I care in a district / city, the higher the rate of sectional caesaria, 2) Types of hospital ownership (p = 0.035 and t count = -2.119) , the greater the percentage of government hospitals in a city district, the lower the rate of sectional caesarea and 3) the number of obstetricians (p = 0.05 and t count = -1,957), the increasing number of specialists in the district, the higher rate of Caesarean section. While the hospital class type variables (p = 0.912 and t count = 0.111) and the Per Capita GRDP value (p = 0.135 and t count = -1.449) were not proven to significantly affect the rate of caesarean section. The most dominant determinant factor for the rate of sectio caesaria is the right of treatment class with Coef value. beta = 3.372. It is necessary to do various efforts in controlling the rate of sectio caesaria carried out by the government, BPJS Health and hospital management. Hospital management as one of the actors who played an important role in the success of the JKN program also needed to make several efforts to control the sectio caesaria number, including making fraud prevention policies and guidelines, developing health services oriented to cost control quality control, developing fraud prevention culture as part of organizational and clinical governance.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Amalia Putri Hutami
Abstrak :
Indonesia telah mengimplementasikan Universal Health Coverage sejak 1 Januari 2014, ini merupakan suatu prestasi sekaligus tantangan. Maka dari itu, strategi rumah sakit dalam meningkatkan mutu dan mengendalikan biaya adalah dengan membuat clinical Pathway, salah satu perangkat yang digunakan untuk memperbaiki proses pelayanan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif bersifat cross sectional, mengambil data sekunder dari rekam medik dan berkas billing pasien yang dirawat 1 januari ? 31 Desember 2014 di Rumah Sakit Hermina Depok, populasi 1107 pasien dan sampel dipilih berdasarkan variasi terbanyak yaitu pasien dengan riwayat Sectio caesaria sebanyak 265 pasien. Diolah menggunakan software ?Tools Pengembangan Pra Clinical Pathway dan Evaluasi Clinical Pathway? serta pengolahan data univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang memiliki resiko tinggi persalinan operasi 26.4%, lebih rendah daripada pasien yang tidak memiliki resiko persalinan operasi yaitu sebesar 73,6%. Pasien dengan jenis pembayaran pribadi lebih banyak yaitu 53.6% daripada pasien asuransi 45.3% dan JKN BPJS hanya 1.1%. Kamar perawatan kelas II lebih banyak dipilih oleh pasien yaitu 33%, VIP 29%, kelas III 23%, dan paling sedikit adalah kelas I yaitu 15%. ALOS sebesar 3.16 dan 99.6% hari perawatan sudah sesuai. Tidak semua pasien dilakukan visite berturut-turut selama masa perawatan. Terdapat 11 parameter pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan paket ibu 94.3% lebih banyak dilakukan dibandingkan dengan pemeriksaan paket persiapan operasi 25.7% dan hematologi rutin 8.7%, terdapat 8 parameter lain yang dilakukan terpisah dari paket dan tidak ada dalam clinical pathway. Pemeriksaan CTG 40% ini lebih banyak dilakukan dibandingkan pemeriksaan USG 0.8%. Penggunaan kelas terapi obat telah sesuai dengan clinical pathway yaitu; ringer laktat, RL/D5, obat-obatan anestetik, analgesik, antibiotik, uterotonika, roborantia, dan lactagogue. Kelas terapi yang tidak terdapat dalam clinical pathway adalah antiemetik. Tindakan operasi Sectio caesaria dan pemasangan infus adalah 100%, pemasangan oksigen 93.2%, sedangkan pemasangan kateter 75%. Kesesuaian utilisasi layanan di hari pertama, seluruh variabel menunjukkan adanya perbedaan dengan rencana perawatan dalam clinical pathway. Hari kedua, masih ada tindakan operasi sebesar 15.5%, konsultasi 5%, pemeriksaan laboratorium 78.5% dan pemeriksaan radiologi 4.2%. Hari ketiga, masih ada tindakan operasi sebesar 1.5%, konsultasi 8%, dan pemeriksaan laboratorium 0.04%. Utilisasi layanan di hari keempat dan kelima, utilisasi sudah sesuai dengan clinical pathway. ...... Indonesia has implemented a Universal Health Coverage since January 1, 2014, this is an achievement and a challenge. Therefore, the strategy of hospitals in improving quality and controlling costs is to make a clinical pathway, one of the devices that are used to improve the service process. This research uses descriptive quantitative approach is cross sectional, taking secondary data from medical records and billing files hospitalized patients from January 1 - December 31, 2014 at the Hermina Depok Hospital, a population of 1107 patients and samples selected based on variations of the most is patients with a Sectio Caesaria history as 265 patients. Processed using software 'Tools Pre-Clinical Development and Evaluation of Clinical Pathway' as well as data processing univariate too. Results showed that patients who are at high risk 26.4% is lower than patients who do not have the risk of delivery operations in the amount of 73.6%. Patients with the type of personal payment is 53.6% more than insured patients of 45.3% and JKN BPJS only 1.1%. Treatment rooms class II preferred by patients is 33%, 29% VIP, 23% Class III, and the least is the Class I is 15%. ALOS at 3,16 and 99.6% of treatment days was appropriate. Not all patients got visited row during treatment. There are 11 parameters of laboratory tests, examination of 94.3% mothers pack a lot more done than the preparation packet inspection operation of 25.7% and 8.7% routine hematology, there are 8 other parameters are done separately from the package and not in clinical pathways. CTG examination is 40% more than an ultrasound examination carried 0.8%. The use of therapeutic classes of drugs are in compliance with clinical pathways, namely; Ringer's lactate, RL/D5, anesthetic drugs, analgesics, antibiotics, uterotonic, roborantia, and lactagogue. Therapeutic classes that are not included in the clinical pathway is an antiemetic. Surgery and the infusion was 100%, 93.2% oxygen installation, while the catheter 75%. Suitability utilization of services in the first day, all the variables showed a difference in treatment planning in clinical pathways. The second day, there is still a surgery operation 15.5%, 5% consultations, 78.5% laboratory tests and radiological examinations 4.2%. The third day, there is still an operation of 1.5%, 8% consultations, and 12.04% laboratory tests. Utilization of services in the fourth and fifth days, the utilization is in accordance with clinical pathways.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathya F. Harmidy
Abstrak :
Pembiayaan kesehatan merupakan suatu permasalahan yang terjadi di seluruh dunia. Banyak metode dan system yang telah dikembangkan mengenai hal ini. Indonesia seperti halnya Negara lain, menghadapi masalah yang sama dalam pengembangan sislem pembiayaan kesehatan. Dihadapkan dengan keadaan saat ini dalam krisis pembiayaan kesehalan, DKI Jaya dipaksa untuk dapat mengendalikan biaya. Mendapatkan biaya satuan yang handal dalam semua RSUDnya merupakan kebutuhan dasar dalam pertahanan ekonomi, di masa system pembiayaan kesehatan yang masih kurang baik di Indonesia. Definisi dari biaya satuan yang handal merupakan kunci kesuksesan semua rumah sakit. Clinical pathways disadari oleh DKI Jaya sebagai alat esensial dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk rakyat. Pengembangan pathways ini kemudian dilanjutkan dengan kesadaran untuk perhitungan biaya tiap pathway yang ada. Dengan diketahuinya biaya ini selanjutnya untuk menganalisa efektifitas biaya per pathway pun mudah dilakukan. Tujuan dari riset ini adalah untuk mengetahui metoda untuk menghitung cost of treatment berbasis clinical pathway dari diagnoa yang telah dibuat oleh RSUD DKI Jaya. Kemudian dilanjutkan dengan metode untuk mengaplikasikan cost index untuk mengendalikan biaya diseluruh RSUD DKI Jaya. Angka yng didapatkan di dalam penelitian ini adalah untuk selanjutnya dapak diklarifikasikan keakuratannya dan terbuka untuk penelitian lebih jauh, karena data yang didapatkan untuk pendukung masih belum dapat dijustifikasi. Diagnosa terpiih adalah Diare Anak sebagai perwakilan penyakit medis, dan Sectio Caesaria sebagai perwakilan tindakan bedah. Kedua diagnosa terpilih karena merupakan frekuensi paling tinggi di DKI Jaya dan pelayanannya melibatkan banyak sumber daya. Budi Asih dan Tarakan adalah rumah sakit yang dipilih secara purposive sebagai perwakilan RSUD DKI Jaya. ......Health financing has always been an ongoing issue in the world. There are many methods and systems that had been developed all over regarding this subject. Indonesia, like many countries, faces the same problem in developing its health financing system. Confronted with the current health care financial crisis, DKI Jaya is forced to control its cost. Setting up a reliable cost unit in its hospitals is a fundamental necessity for economic survival, given the current general conditions in Indonesia's healthcare system. Defin ion is the crucial factor for success. Clinical pathways are recognized by DKI Jaya as essential tools for delivering health services to people. Developing these pathways should then be followed by evaluating !he cost of each pathway. Once the cost of the pathway is known, analyzing the cost effectiveness of the pathway can easily be done. The purpose of this research is to more understand the method to calculate cost of treatment based on the clinical pathways of the diagnoses that have been developed by DKI Jaya. Then followed by the method to apply cost index to control cost within DKI Jaya's hospitals. As for the values are for futher clarification and research as the supporting data are not yet justified as the best data provided. The diagnoses that are chosen are children?s Diarrhea, representingmedical treatments and Caesarian Delivery, which is representing surgical treatments. The 2 (two) diagnoses are selected as they are the highest frequency within DKI Jaya' s hospital and the treatments involve many resources. Budi Asih and Tarakan are the hospitals that are purposively chosen for the research, as representatives of all DKI Jaya's hospitals. The cost of treatment based on the clinical pathway are then analyzed with the existing conditions followed by the cost index which then is studied as it represents the variables that could effect cost of treatment and its control.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20899
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurti Yunika Kristina Gea
Abstrak :
Bayi baru lahir post SC sangat rentan mengalami hipotermia, bagaimana upaya untuk mencegah dan mengatasinya merupakan tanggung jawab perawat dan tim memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Tujuan karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis optimalisasi asuhan keperawatam pada bayi baru lahir Post SC dengan pendekatan Teori Konservasi Levine. Metode karya ilmiah ini adalah studi kasus. Terdapat tiga kasus Bayi Post SC di ruang Perinatologi yang diberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan Teori Konservasi Levine. Aplikasi Teori Konservasi Levine dengan memperhatikan Konservasi energi dan tiga konteks Integritas yaitu Integritas Struktural, Integritas Personal dan Integritas Sosial. Intevensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan evidence based nursing yaitu rantai hangat dan manajemen suhu tubuh. Edukasi kepada perawat baru dengan menggunakan video dan lembar checklist persiapan SC, didapati efektif meningkatkan pengetahuan perawat untuk dapat mempersiapkan diri dan alat untuk pelaksanaan SC dengan tepat dan baik sesuai standard pada lembar cheklist yang ada. ...... Post SC newborns are very susceptible to hypothermia. Nurse and other clinicians are responsible to prevent hypothermia particularly in the first period of newborn life. The aim of this study is to analyze how to improve nursing care for Post SC newborns using concept of Levine's Conservation Theory. This study using a case study method. Respondents were three cases of Post SC neonatal in the Perinatology room were given nursing care with Levine's Conservation Theory concept. Application of Levine's Conservation Theory by recognizing to energy conservation and the three contexts of Integrity, that are Structural Integrity, Personal Integrity and Social Integrity. Nursing interventions based on evidence based nursing are warm chains and body thermal management. Education for new nurses using videos and SC preparation checklist sheets are effectived to improve the knowledge of nurses for preparing themselves and tools to appropriate a good SC implementation.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Intan Permatasari
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran proses manajemen klaim persalinan Rumah Sakit ?X? dan Rumah Sakit ?Y? oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Kantor Cabang Utama Bogor Tahun 2015 dengan melihat alur proses manajemen klaim dan jumlah klaim persalinan yang masuk pada bulan Januari-Maret 2015. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Didapatkan rate sebesar 65% untuk persalinan sectio caesaria yang jauh dari standar persalinan sectio caesaria di negara-negara yang ditetapkan WHO, yaitu 5-15%. Selain itu kasus persalinan normal dengan severity level I juga masih ditemukan sebagai kasus rujukan. Kondisi tersebut dapat mengindikasikan kemungkinan fasilitas kesehatan tingkat I yang belum menjalankan fungsinya sebagai gatekeeper secara optimal.
ABSTRACT This study aims to learn the process of child delivery claim management at ?X? Hospital and ?Y? Hospital by The Social Health Security Agency Main Branch Office Bogor 2015, by looking at the process line of claim management and the number of the child delivery claims from January until March 2015. This study is conducted with qualitative-quantitative method. This study finds that the rate number of sectio caesaria is 65%, which is higher than the standard rate given by WHO, namely 5-15%. The cases of vaginal delivery in severity level I also are still be found as referential cases. These conditions indicate that the primary health care institutions haven?t done their good services as gatekeeper.
2015
S60555
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library