Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panji Kusuma
Abstrak :
Transportasi laut merupakan hal yang sangat diperlukan di negara kepulauan seperti Indonesia. Ketika ferry berlayar melintasi laut pasti akan menghadapi ombak yang dapat mengancam keselamatan. Faktor stabilitas merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada keselamatan kapal. Oleh karena itu penyusunan muatan dalam kapal sangat diperlukan. Namun penyusunan muatan saja masih belum cukup untuk menjaga keselamatan kapal, karena masih ada kemungkinan muatan tersebut bergeser. Oleh karena itu perlu juga diketahui mengenai sistem lashing pada muatan untuk keselamatan kapal. ......Sea transportation is necessity in archipelago nation like Indonesia. When a ferry sail pass through the sea, surely will face some wave that can be dangerous the ship. Stability factor is the important factor for ship safety. Therefore, arranging loads on the ship is necessity. But, arranging loads is not enough to make the ship safe, because the loads still can be move on the ship. Therefore, sistem lashing in needed to be known for ship safety.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S38091
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Suryanto
Abstrak :
ABSTRAK
Kecenderungan yang terjadi adalah penguasaan pengangkutan produk oleh armada asing, dimana data menunjukkan bahwa armada nasional hanya menguasai 3,52 persen dari muatan untuk ekspor sedangkan armada asing menguasai 96,48 persen.

Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya terdapat peluang yang besar bagi armada nasional untuk mengangkut muatan barang ekspor, bila pangsa pengangkutan dapat direbut dari armada pelayaran asing. Untuk dapat melakukan hal tersebut, maka segenap potensi nasional, baik pemerintah maupun dunia usaha harus bekerja sama secara sinergi.

Sehubungan dengan hal tersebut penelitian ini akan melihat bagaimana kegiatan pelayaran dalam mempengaruhi kinerja perdagangan secara makro hal lain yang diketengahkan adalah menyangkut kondisi pelayaran nasional dan sarana penunjangnya dewasa ini.

Analisis penelitian dilakukan dengan metoda deskriptif analisis atas dasar teori perdagangan internasional dengan didukung oleh data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melalui tehnik wawancara mendalam (in-depth interview) sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait berupa data distribusi angkutan ekspor-impor dan statistik perhubungan.

Hasil analisis diperoleh gambaran bahwa perkembangan pelayaran pada dekade tahun 1980-an mengalami perkembangan yang pesat hal ini di sebabkan karena deregulasi yang dilakukan oleh pemerintah (PAKNOV-21 Tahun 1988). Deregulasi tersebut hanya berdampak kecil pada aspek armada pelayaran (komposisi terbesar armada buatan tahun 1980-1989), sedangkan faktor penunjang seperti sarana dan prasarana pelabuhan belum terpecahkan (Sukarna Wiranta 1998;11) memberikan gambaran tingkat efisiensi pelabuhan Indonesia tahun 1998 sebesar 2 juta TEU's/tahun kontainer sedangkan Singapura 14 juta TEU's/tahun kontainer).

Eksistensi perusahaan pelayaran nasional masa depan sangat tergantung dari daya saing masing-masing perusahaan yang di dukung oleh sumberdaya manusia serta dukungan pemerintah. Kegiatan transportasi taut khususnya bongkar muat sangat mementingkan efisiensi dan efektifitas (turn round time) yang terkait dengan penyelenggaraan sarana dan prasarana pelabuhan.

Kinerja usaha jasa transportasi laut nasional masa depan diharapkan dapat meningkat, agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Untuk mewujudkan hal tersebut upaya yang dapat dilakukan adalah kerjasama dengan pelayaran asing (kemitraanlaliansi), pengembangan sarana dan prasarana yang lebih efisien, penataan aspek hukum dan tidak kalah penting adalah pencarian sumber dana alternatif agar dapat mengembangkan armada nasional.
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The aim of this study is to investigate the sea transportation moda in Bontang East of Kalimantan,as a base on Bontang district as Buffer Zone from Kutai Timur Regional.....
JUPERKO
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Soegihartono
Abstrak :
Indonesia adalah suatu Negara kepulauan yang memiliki 13.667 pulau dari Sabang sampai Merauke dengan luas lautan 3.288.683 km2, dengan jumlah penduduk 200 juta jiwa (1997). Artinya perhubungan pulau-pulau dengan angkutan laut merupakan hal yang penting di Indonesia. Dengan dikeluarkanya Keputusan Menteri Perhubungan No. 11 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara, menunjukkan adanya pembukaan kran operasional pesawat yang dimaksudkan untuk menciptakan persaingan yang bagus tetapi berdampak pada modal transportasi laut, yaitu penurunan penumpang pada tahun 2001 PT. Pelni sebesar 15% dan PT. ASDP sebesar 13%. Persaingan terjadi tidak hanya antar modal transportasi laut tetapi modal udara juga ikut merebut pangsa pasar transportasi laut, seperti lintasan Surabaya - Balikpapan yang mengalami penurunan 19% dan transportasi udara naik 60%. Dihapuskannya tarif bawah transportasi moda udara menanbah jatuhnya transportasi laut dengan adanya perang tarif di transportasi udara ini yang membuat persaingan antar moda angkutan menjadi tidak sehat. Ada 3 komponen biaya utama yang menentukan tarif yaitu biaya BBM, Penyusutan dan Pemeliharaan, sedangkan jika kita lihat perkembangan harga BBM yang terus meningkat dari tahun 1999 s/d 2005 membuat makin hancurnya bisnis jasa angkutan penumpang laut akibat tidak bersaingan dengan tarif udara yang rendah.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18412
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Juita
Abstrak :
Peranan transportasi laut sangat dominan dalam memperlancar arus barang dan manusia, oleh karena itu keseimbangan penyediaan sarana dan prasarana transportasi laut harus dapat mengatasi kebutuhan permintaan akan jasa transportasi laut secara efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan prima kepada publik / masyarakat pengguna jasa tersebut. Tuntutan terhadap jasa transportasi laut yang cepat, tepat, aman dan nyaman, teratur dan terjangkau oleh para pengguna jasa semakin meningkat namun pemberian pelayanan yang prima dari aparat yang bekerja di lapangan atau tertib pelayanan perhubungan kurang dilaksanakan dengan rasa tanggung jawab yang penuh. Sedangkan bagi publik / masyarakat pengguna jasa kurang merasakan/tersentuh atas pelayanan yang diberikan. Kondisis ini tidak dapat dibiarkan demikian saja, pemerintah dalam hal ini perlu segera membenahi permasalahan yang ditemui di lapangan dan menegembalikan apa yang menjadi Visi dan Misi Pelni yang sesungguhnya bukan hanya bentuk kiasan / slogan saja. Visi Pelni adalah menjadi perusahaan yang tangguh dengan jaringan internasional sedangkan Misinya adalah mengelola dan mengembangkan angkutan laut untuk menunjang terwujudnya wawasan nusantara dan meningkatkan kontribusi pendapatan bagi negara. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu sumbangan PT.Pelni dalam membangun ketahanan nasional rute Tanjung Priok-Belawan, dari permasalahan tersebut diturunkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana manfaat dan kondisi pelayanan Pelni rute Tanjung Priok-Belawan. 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi sumbangan PT.Pelni terhadap ketahanan nasional. 3. Alternatif apa yang diambil PT. Pelni dalam membangun ketahanan nasional. Selanjutnya tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis manfaat serta pelayanan PT. Pelni rute Tanjung Priok - Belawan. 2. Menentukan bobot pengaruh factor-faktor dalam mengukur sumbangan PT. Pelni dalam membangun ketahanan nasional. 3. Atas dasar pertimbangan penduduk, manajemen, material, pemeliharaan dan perusahaan pemasuk akan diukur alternatif pilihan: Angkutan penumpang , Angkutan Barang dan kombinasi angkutan penumpang dan barang. Metode yang digunakan dan hasil penemuan penelitian : Metode penelitian untuk menjawab permasalahan pertama digunakan analisis deskriptif kualitatif yang dilengkapi dengan data dalam bentuk tabel yang menggunakan presentase, dan permasalahan dua dan tiga menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dari Thomas Saaty yaitu suatu metode yang menentukan faktor-faktor dan bobot masing-masing faktor yang mempengaruhi dalam membangun ketahanan nasional serta menentukan pilihan angkutan mana yang akan dipilih oleh Pelni. 1. Tujuan penelitian nomor 1 diperoleh kesimpulan bahwa angkutan laut Pelni dirasakan oleh masyarakat manfaatnya khususnya rute Tanjung Priok- Belawan karena dapat mempermudah masyarakat dalam melakukan kegiatan usaha yang sesuai pendapat responden sebanyak 83 %, masyarakat dapat dengan mudah mengunjungi keluarga dengan pendapat responden sebanyak 100%. Kemudian bermanfaat dalam meningkatkan pendidikan sesuai pendapat responden sebanyak 90% serta bermanfaat dalam melakukan silaturahmi sesuai pendapat responden sebanyak 57 %. Namun pelayanan Pelni dirasakan kurang oleh penumpang yaitu antara lain kurang nyamannya penumpang akibat dari banyak kecoak yang berkeliaran sampai ketempat tidur, ketempat masak dan AC di kelas ekonomi kurang baik sebagaimana pendapat responden sebanyak 58 % menyatakan tidak nyaman dan penumpang kelas ekonomi tidur di bawah-bawah tangga serta di anjungan dan merokok di mana-mana tanpa melihat larangan merokok yang dapat membahayakan penumpang maupun para ABK. Pendapat responden sebanyak 56 % menyatakan ongkos masih terjangkau. Tujuan penelitian nomor 2 diperoleh kesimpulan bahwa: Menghasilkan bobot prioritas yang mesti diimplementasikan dalam kinerja Pelni yaitu kriteria yang memiliki bobot yang lebih besar adalah faktor penduduk dengan pembobotan dari hasil pengukuran tersebut sebesar 35,3 % , faktor manajemen dengan bobot 25,2 % , pemeliharaan dengan bobot 19,4 %, Perusahaan Pemasok dengan bobot 10,1 % dan Material dengan bobot 10 %. Selanjutnya dari hasil print out sebagai hasil sintesis secara keseluruhan dengan mempertimbangkan faktor-faktor dan sub kriteria sub kriteria yang dapat disimpulkan bahwa prioritas utama pilihan dari Pelni adalah pada angkutan penumpang sebesar 52,3 %, kemudian prioritas kedua adalah kombinasi angkutan penumpang dan barang sebanyak 28,8 % dan prioritas ketiga atau terakhir adalah angkutan barang sebanyak 8,8 %.
Sea transportation plays a very dominant role in smoothing flow of goods and passengers; therefore, balanced provision of sea transportation facilities and infrastructures should be able to meet the demand for sea transportation services effectively and efficiently in providing maximum services to the service users. The demand for fast, proper, safe, convenient, orderly, and affordable sea transportation services by the service users is considerably increasing, but the provision there of by the apparatuses working in the field, or transportation services, are not implemented with full sense of responsibility. On the other hand, services users are not satisfied with the given services. This condition cannot be taken for granted. In this case, the government needs to immediately rectify the problems found in the field and to restore what becomes Pelni's Vision and Mission that are not simply slogans. Pelni's Vision is to become a robust company with international networks, while its mission is to manage and develop sea transportation in support of the achievement of wawasan nusantara (nation?s insight) and to improve contribution to the state revenues. The question asked in this study was how were PT Pelni's contributions in developing the national resilience on the rote of Tanjung Priok- Belawan, from which the following subsidiary questions were derived 1. How were the benefits and conditions of services? 2. What factors did affect PT. Pelni's contribution to the national resilience? 3. What alternative did PT. Pelni take in developing the national resilience? Further, this study had the following objectives: 1. To analyze the benefits and conditions of services. 2. To determine the extents of the affecting factors in measuring PT. Pelni's contribution to developing the national resilience. 3. With due consideration of population, management, material, maintenance and Supplier Company, alternative option would be measured: passenger transportation, goods transportation and combined passenger and goods transportation. Methods used and research outcome: Research method used to answer the first subsidiary question was qualitative-descriptive analysis, complete with data in the form of tables using percentage, while that for the second and the third subsidiary questions was Analytical Hierarchy Process (AHP) from Thomas Saaty, i.e. a method determining factors and value of each factor affecting the development of the national resilience as well as the mode of transportation to be used by Pelni. 1. Objective No. 1 returned conclusion that Pelni provided sea transportation would benefit the public, particularly on the route of Tanjung Priok - Belawan, because it would ease the public in conducting business activities (83 % of total respondents), the public could easily visit their families (100 % of total respondents), it would help improve education (90 % of total respondents), and it would help public maintain bonds of relationship (57 % of total respondents). Pelni's services did not satisfy the passengers because, among other things, lack of convenience due to cockroaches being seen everywhere - even at sleeping and cooking areas, air conditioners at economic class were less good as 68 % of total respondents said they were not comfortable, and economic class passengers were sleeping below stairs and at ship's bridge, passengers were seen smoking not observing no smoking signs and this could endanger passengers and ship crews. 56 % of total respondents said that the fares were affordable. 2. Objective No. 2 returned conclusion that : producing values of priority that should be implemented in Pelni's performance, i.e. the criteria having higher value were population factor with value from said measuring being 35.3%, management factor with value of 25.2%, maintenance with value of 19.4%, supplier Company with value of 10.1%, and material with value of 10%. 3. Further, from the outcome of print out as a result of overall synthesis with due consideration of the factors and sub-criteria, it can be concluded that priority options for Pelni are passenger transportation being 52.3%, combined passenger and goods transportation being 28.8% and goods transportation being 8.8%, as first, second and third priorities respectively.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11386
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjuk Sukardiman
Abstrak :
Perekonomian Indonesia dihadapkan pada kondisi yang sulit karena harga minyak dunia turun drastis, sehingga perolehan devisa dari migas tidak dapat menjadi andalan perekonomian nasional. Oleh karena itu digulirkan paket-paket deregulasi yang bertujuan untuk mengubah orientasi ekspor migas dengan meningkatkan peranan ekspor non migas. INPRES Nomor 4 Tahun 1985 merupakan salah satu bentuk deregulasi yang bertujuan memperlancar arus barang dan jasa dengan mengurangi kendala-kendala yang secara signifikan menghambat peningkatan peran ekspor non migas. Dampak yang ada adalah adanya pergeseran nilai ekspor, di mana pada posisi tahun 1995 ekspor non migas mencapai US $ 39,4 milyar, sedangkan ekspor migas hanya US $ 8,9 milyar. Di sisi lain sebagai akibat deregulasi, peranan pelayaran nasional kalah bersaing dengan pelayaran asing, di mana pangsa yang diraih pelayaran pada tahun 1995 hanya sekitar 2,26%, sedangkan sisanya diambil oleh pelayaran asing. Hal ini yang mendasari dipilihnya permasalahan tersebut sebagai bahan tesis. Penelitian ini merupakan kajian atas implikasi deregulasi angkutan laut terhadap perilaku bisnis dari Perusahaan Pelayaran Nasional. Secara khusus penelitian ini menyoroti interaksi positif antar sub sektor yang memberikan nilai tambah secara sinergis sebagai akibat deregulasi, yakni hubungan antara perdagangan dengan peranan pelayaran nasional,dan perdagangan dengan industri maritim, yang merupakan cerminan dari peranan transportasi laut. Selanjutnya studi ini menyoroti akibat dari deregulasi tersebut terhadap PT. (Persero) Djakarta Lloyd sebagai perusahaan pelayaran nasional mengubah strategi pengembangan usahanya dengan beberapa terobosan, yakni dengan masuk ke dalam beberapa aliansi/konsorsium agar dapat memperoleh muatan. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran angket pada sejumlah responden yang dipercaya secara langsung menangani aktivitas yang mendasari permasalahan tersebut dan data sekunder digunakan sebagai analisis pendukung untuk membuktikan fenomena yang terjadi sebagai dampak deregulasi. Dari hasil analisis pengolahan data sekunder dengan menggunakan instrumen statistik regresi dan elastisitas, dapat dibuktikan adanya korelasi antara peningkatan perdagangan dengan penurunan peranan pelayaran nasional dan penurunan peranan industri maritim. Dalam analisis selanjutnya untuk melihat besarnya pengaruh penurunan pangsa muatan pelayaran nasional terhadap PT. (Persero) Djakarta Lloyd dengan menggunakan analisis elastisitas. Analisis selanjutnya adalah untuk mengetahui posisi PT. (Persero) Djakarta Lloyd sebagai perusahaan pelayaran nasional akibat deregulasi dan sebagai hasil analisis berada pada kuadran III, artinya PT. (Persero) Djakarta Lloyd sebagai perusahaan pelayaran nasional dalam kondisi hanya mampu mempertahankan pangsa muatan yang ada, dan faktor dominan internal yang berpengaruh adalah tingginya biaya langsung dan tak langsung perusahaan. Tingginya biaya internal perusahaan diidentifikasikan sebagai akibat biaya transaksi yang tinggi karena adanya perubahan pola strategi dalam pengembangan usaha dengan masuk ke dalam beberapa konsorsium dan KSO untuk memperoleh muatan, Dengan melakukan pembuktian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa deregulasi telah memberikan pengaruh terjadinya inefisiensi pada PT. (Persero) Djakarta Lloyd. Selanjutnya perlu dilakukan tinjau ulang terhadap deregulasi angkutan laut dengan alternatif kebijaksanaan yaitu penghapusan, tetap melanjutkan atau penyempurnaan deregulasi dan pilihannya adalah penyempurnaan deregulasi dimaksud.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harries Budiharto
Abstrak :
Dalam penelitian tentang keberadaan calo penyeberangan di Pelabuhan penyeberangan Bakauheni ini peneliti ingin menggambarkan tentang keberadaan calo penyeberangani di Pelabuhan Bakauheni. Keberadaan calo di Pelabuhan penyeberangan Bakauheni ini dilihat dari segi sosial tentang bagaimana calo berhubungan dengan petugas penyelenggara dan bagaimana calo berhubungan dengan pelanggannya dalam hal ini perusahaan bus penumpang umum dan perusahaan truck. Permasalahan yang diangkat dalam hal ini adalah tentang keberadaan calo penyeberangan di Pelabuhan penycbcrangan Bakauheni. Sedangkan focus penelitiannya pada kegiatan percaioan penyeberangan terhadap kendaraan angkutan barang (truck) dan bus penumpang umum di Pelabuhan penyeberangan Bakauheni Lampung Selatan. Adapun metode penulisan ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Hal ini dimaksudkan untuk mengamati semua gejala-gejala yang terwujud di dalam kegatan kehidupan calo dan penyelenggara penyeberangan serta perusahaan bus dan perusahaan truck. Selanjutnya peneliti melakukan pengelompokan ataupun rnenggolongkan obyek penelitian dalam memperoleh data. Adapun informan yang dipakai dalam hal ini adalah Calo penyeberangan itu sendiri, perusahaan bus penumpang umum, perusahaan truck, petugas PT ASDP, petugas KPPP. petugas ADPEL, petugas perusahaan kapal, sopir. Hasil peneliitian rnenunjukkan bahwa keberadaan calo di Pelabuhan penyeberangan Bakauheni ini sangat diperlukan baik oleh calo itu sendiri dan juga oleh para penyelenggara penyeberangan. Hal ini dikarenakan calo dijadikan sebagai kaki tangan dan penyelenggara penyeberangan untuk mendapatkan materiluang dari perusahaan bus dan perusahaan truck. Sedangkan oleh perusahaan truck ataupun bus penumpang umum dianggap tidak sebagai calo saja akan tetapi lebih dari itu calo sudah dianggap sebagai perwakilan dari perusahaannya karena wilayah Lampung bukanlah sebagai tujuan akhir dari kendaraannrya. Akhimya calo mendapat tugas yang lebih dari sekedar calo yaitu mengawasi dan membantu kelancaran kendaraan dalam penyeberangan ataupun dalam perjalannya menuju tujuannya. Islam melakukan kegiatan di pelabuhan itu sendiri calo melakukan hubungan dengan penyelenggara penyeberangan untuk melanggengkan keberadaannya. Pada akhimya hubungan itu bisa dikategorikan sebagai hubungan Patron dan Klien. Calo dalam hal ini sebagai klien dari patronnya yaitu penyelenggara penyeberangan dan dalam pelaksanaannya patron memberikan pengayoman ataupun pengamanan kepada klien dan klien memberikan sesuatu materi uang. Akibatnya pihak klien melaksanakan apa yang diperintahkan oleh patronnya seperti contoh calo harus membuat kartu pas dengan penuniukan dari perusahaan dan untuk itu calo harus membayar sejumlah uang pada patronnya. Di lain pihak calo dan pelanggannya melakukan hubungan sosial juga. Dalam hubungan ini calo bertindak sebagai patron dan perusahaan bus dan truck sebagai kliennya. Calo memberikan pelayanan penyeberangan dan pelayanan lainnya kepada kliennya, dan perusahaan bus dan truck memberikan imbalan sejumlah uang pada calo. Hubungan yang semacam ini dapat dikatakan hubungan patron klien dalam hal yang memeras dan yang diperas walaupun pada akhimya terjadi hubungan yang lebih baik antara keduanya dengan kesepakatan yang telah disepakati bersama. Kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah bahwa Calo dalam melakukan kegiatan pencaloan di Pelabuhan penyeberangan Bakauheni ini melakukan kerja sama dengan para penyelenggara penyeberangan sera keseluruhan. Dari kerja sama itu masing-masing pihak merasa diuntungkan, sehingga pada akhirnya kegiatan percaloan itu susah untuk dihilangkan. Pada akhirnya jika kegiatan percaloan itu akan dihilangkan maka akan sulit karena calo merupakan orang sekitar pelabuhan yang menggantungkan hidupnya dari keberadaan pelabuhan penyeberangan tersebut. Akan tetapi kegiatan itu bisa dikurangi dengan jalan perubahan sistem penyeberangan dan para pelaksana tugas yang bersih Berta pengawasan yang ketat dari pimpinannya.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14926
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Budi Prasetyo
Abstrak :
Kemajuan pusat dunia transportasi di Indonesia dipicu akibat makin banyaknya kebutuhan rakyat Indonesia baik kebutuhan bepergian maupun kebutuhan pengangkutan barang, khususnya kebutuhan akan pengangkutan barang melalui laut mengingat negara Indonesia adalah negara kepulauan. Barang-barang tertentu seperti hasil bumi tentu tidak dapat didistribusikan ke seuruh daerah dengan angkutan udara. Di sinilah perusahaan angkutan laut berperan.

P.T. Pelayaran Bahtera Adhiguna sebagai satu dari BUMN di bawah naungan Departemen Perhubungan dan Telekomunikasi yang bergerak di bidang angkutan laut (selain PELNI dan Djakarta Lloyd) mempunyai beban untuk menjawab tantangan tersebut sekaligus berkewajiban mendistribusikan barang-barang berat termasuk hasil bumi ke seluruh Nusantara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja organisasi kantor pusat P.T. PBA yang sebagaimana diketahui bukan termasuk BUMN yang "besar" baik dari segi aset maupun dari segi lingkup organisasi. Penelitian dilakukan dengan mempelajari dan membandingkan struktur organisasi yang berlaku yang mencakup keseluruhan pegawai di kantor pusat P.T. PBA dari karyawan sampai ke tingkat direksi.

Dari hasil studi ini dapat ditemukenali hal-hal sebagai berikut :
- Pembentukan Direktorat baru
- Pengembangan divisi/biro menjadi unit mandiri
- Penyederhanaan rentang kendali oleh Direktur Utama
- Reorganisasi koordinasi dan pembinaan divisi-divisi

Hasil studi dituangkan dalam bentuk saran struktur organisasi yang baru yang merupakan campuran antara sistem multi-divisi dengan sistem fungsional.
2001
T5307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Palebangan, Hendra
Abstrak :
Program pemerintah melalui konversi bahan bakar menjadi gas alam dengan penggunaan LNG sebagai bahan bakar untuk mendukung efisiensi layanan transportasi laut. Perluasan penggunaan gas alam di sektor maritim, akan mengurangi ketergantungan bahan bakar BBM yang telah digunakan oleh kapal di Indonesia. Di sisi lain gas alam bisa digunakan untuk seluruh sektor, industri, pembangkit tenaga listrik, bahkan sampai ke rumah tangga. Kasus ini diharapkan sejalan dengan tingkat emisi dari sektor ini sehingga bisa ditekan menjadi ramah lingkungan daripada menggunakan bahan bakar fosil. Berangkat dari latar belakang ini, studi tentang bunker LNG untuk mendukung program pemerintah perlu dilakukan dalam memastikan pasokan gas sebagai sumber energi nasional, yang diberikan dalam pemenuhan pasokan gas di beberapa daerah berdasarkan penemuan lapangan untuk Jumlah cadangan gas relatif kecil, belum dimanfaatkan karena lokasi terbatas, transportasi dan jumlah cadangan lainnya terkait ketersediaan infrastruktur, tidak tersedianya stasiun pengisian bahan bakar gas. Berdasarkan pendekatan ini diperlukan studi pendekatan LNG untuk menentukan kelayakan layanan transportasi laut khususnya Wilayah Timur Indonesia dari sisi ekonomi dengan membuat model NPV untuk analisis investasi infrastruktur bunkering LNG, analisis SWOT dalam rangka mengidentifikasi area yang membutuhkkan perhatian lebih lanjut dalam rangka meningkatkn viabilitas pembangunan infrastruktur bunkering LNG, analisis lingkungan untuk mendapatkan biaya total eksternal akibat jumlah kapal yang beroperasi di daerah pelabuhan disebabkan karena emisi kapal, dan analisis safety melalui pendekatan pada identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dengan meninjau potensi penyebab dan probabilitasnya pada aktivitas bunkering.
AbstractThe government program through the conversion of fuel into natural gas with the use of LNG as fuel to support the efficiency of sea transportation services. Expanding the use of natural gas in the maritime sector, will reduce the dependence of fuel oil that has been used by ships in Indonesia. On the other hand natural gas can be used for all sectors, industries, power plants, even to households. The case is expected to be consistent with the emission levels of this sector so it can be reduced to environmentally friendly rather than using fossil fuels. Departing from this background, the study of LNG bunker to support government programs needs to be done in ensuring the supply of gas as a national energy source, provided in the supply of gas in some areas based on field findings. The amount of gas reserves is relatively small, untapped due to limited location, Transportation and other reserves related to infrastructure availability, unavailability of gas refueling stations. Based on this approach, it is necessary to study the LNG approach to determine the feasibility of sea transport services especially the Eastern Region of Indonesia from the economic side by creating an NPV model for investment analysis of LNG bunkering infrastructure, SWOT analysis in order to identify areas requiring further attention in order to improve viability of bunker LNG infrastructure development , Environmental analysis to obtain the total external cost due to the number of vessels operating in the port area due to ship emissions, and safety analysis through an approach to hazard identification, risk assessment and control by reviewing the potential causes and probabilities of bunkering activity.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48494
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Susilowati
Abstrak :
ABSTRAK This study, titled ""Pasang Surut Pelayaran Perahu Rakyat di Pelabuhan Banjarmasin, 1880- 1990"" (The Ebb and Flow of Prahu Shipping in Banjarmasin Port, 1880-1990), is focused on the activities of prahu shipping in Banjarmasin port in its shipping network with surrounding ports. The objectives of this study are (1) to describe the responses of prahu fleets to the changes in technology of sea transportation (steam ship, motorization, container ship, and crane) which go along with the changes in economic and politic affairs and also with the government's policy between 1880 up to 1990 in Banjarmasin port, and (2) to describe the position of Banjarmasin port in the growth of prahu shipping network in surrounding area. To describe the responses of prahu fleets to the technological as well as economical and political changes, I use a Campo's concept about the impacts of a new technology on the old one. According to him, the diffusion of a new technology will bring about four options to the users of the old one. The first, they try to adopt it. The second, they try to adapt to it: while using the old technology, they benefit from the rise in productivity and the spill-over of opportunities which often follow in the wake of technological innovation. The third, if there are no such opportunities, they maybe force to relocate their activities to some peripheral area. The fourth, if there seem to be no such opportunities for continuation, they exit and tryto do another enterprise. In this study, I propose two assumptions. The first, prahu shipping in Banjarmasin port still exists in coping with challenges of modernization because of some enabling factors: (a) the productions from hinterland such as rubber, wood, rattan etc. and handicrafts like tikar purun are plentiful, (b) prahu fleets have their own customers i.e. the small traders, (c) the flexibility of prahu fleets in loading and unloading cargo (it can load various cargo in a simple way and cheap cost. The second, the responses of prahu fleets to the new technology (steam ship, container, crane) are: (a) adaptation i.e. prahu fleets can benefit the chances the new technology brings, and (b) semirelocation i.e. prahu fleets expand their activity to the peripheral area, without retreat from the core area (Banjarmasin port), in order to get cargo. In 1880s to 1942 the existence of prahu shipping faced some challenges and changes i.e. new technology (steam ship), crisis of world economy, and war politic of Japan. The responses were at first competition with the steam ships of KPM and then adaptation (1880s to 1920s). When the steam ships of KPM collapsed for a while in the early of 1930s because of Economic Depression, prahu fleets revived, especially when the prahu shipping organization (ROEPELIN) was established 1935. In the early of 1940s, however, it decreased because the invasion of Japan in Indonesia. In the period of 1942 up to 1964, the prahu shipping was not in good condition because of war (up to the end of 1940s) and the political and economical unrest (1950-1957). It had actually chance to revive at the end of this.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
D1599
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>