Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farah Nabilah Muhammad
Abstrak :
Perusahaan XYZ merupakan perusahaan tech-based yang berfokus pada pembangunan solusi digital. Dengan adanya kebutuhan akan produk digital Human Resource (HR) dan pengalaman serta resources yang dimiliki, perusahaan membangun aplikasi PX. PX melakukan otomatisasi proses HR yang mencakup dari awal seseorang berstatus kandidat hingga karyawan yang ingin mengundurkan diri dari perusahaan. Pada pengembangan PX, digunakan Scrum sebagai framework dalam mengembangkan perangkat lunak. Implementasi Scrum pada pengembangan PX ternyata terdapat kendala yang menyebabkan target Sprint Backlog tidak tercapai sehingga menghambat penyelesaian employee journey PX. Pada identifikasi masalah menunjukkan bahwa salah satu akar permasalahnnya adalah praktik Scrum belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan pengukuran kematangan Scrum pada pengembangan produk PX dengan menggunakan Scrum Maturity Model yang acuannya telah diperbarui dari Scrum Guide 2010 menjadi Scrum Guide 2020. Peneliti menggunakan wawancara, studi dokumen, observasi, dan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Penelitian menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diolah untuk menghasilkan tingkat kematangan Scrum dan data kualitatif digunakan sebagai data pendukung dalam memperkuat data kuantitatif. Hasil penelitian didapatkan bahwa Tim PX memperoleh tingkat kematangan satu (Initial). Setelah didapatkan hasil pengukuran, peneliti memberikan sasaran perbaikan untuk praktik wajib yang belum mendapatkan interpretasi Fully Achieved yaitu 15 praktik pada tingkat dua (Managed) dan 16 praktik pada tingkat tiga (Defined). Rekomendasi perbaikan disusun berdasarkan Scrum Guide 2020, SBoK v3, dan pendapat pakar Scrum eksternal. Hasil penelitian ini berupa dokumen rekomendasi perbaikan praktik yang telah divalidasi oleh praktisi Scrum di PX yaitu Product Owner. Dokumen ini dapat menjadi dasar perbaikan praktik Scrum pada Tim PX. ......XYZ Company is a tech-based company that focuses on building digital solutions. With the need for Human Resource (HR) digital products and the experience and resources they have, the company builds the PX application. PX automates HR processes, from candidates to employees who want to leave the company. In PX development, Scrum is used as a framework for developing software. The implementation of Scrum in PX development turned out to have obstacles that caused the Sprint Backlog target not to be achieved, thus hampering the completion of the PX employee journey. The problem identification shows that one of the root problems is that Scrum practices have not been implemented well. Therefore, this study measures Scrum maturity in PX product development using the Scrum Maturity Model, whose reference has been updated from Scrum Guide 2010 to Scrum Guide 2020. Researcher used interviews, document studies, observations, and questionnaires as research instruments. The study used qualitative and quantitative data. Quantitative data is processed to produce Scrum maturity level and qualitative data is used as supporting data in strengthening quantitative data. The results showed that the PX Team obtained a maturity level one (Initial). After obtaining the measurement results, the researcher provides improvement targets for required practices that have not received a Fully Achieved interpretation, namely 15 practices at level two (Managed) and 16 practices at level three (Defined). Recommendations for improvement are based on the Scrum Guide 2020, SBoK v3, and the opinions of external Scrum experts. The results of this study are in the form of a practice improvement recommendation document that Scrum practitioners have validated at PX, namely the Product Owner. This document can be the basis for improving Scrum practices for the PX Team.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Noviana Pramitasari
Abstrak :
Bank XYZ mengembangkan Mobile Apps ABC, sebuah aplikasi Super Apps, yang digunakan untuk mendukung kebutuhan nasabah dan pencapaian target bisnis. Metode Scrum yang digunakan dalam pengembangan ABC belum optimal. Dari data terlihat bahwa belum tercapainya target bisnis dan IT Bank XYZ, salah satunya karena terdapat keterlambatan implementasi fitur penting produk ABC. Penelitian mixed method ini melakukan evaluasi proses yang berjalan dengan menggunakan Capability Maturity Model Integration (CMMI V2.0). Mengacu pada Common Business Problem dalam dokumen Adoption and Transition Guidance terpilih 8 practice area dengan total 73 praktik. Berdasarkan Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement (SCAMPI) dihasilkan capability level untuk practice area sebagai berikut: IRP, PLAN, GOV, II di level 3; RDM, EST, MC di level 2; serta RSK di level 1. Dari 73 praktik, 59 praktik telah tercapai berdasarkan CMMI V2.0 atau sekitar 80% dari ruang lingkup practice area pada penelitian ini. Rekomendasi disusun dengan analisis weakness dari SCAMPI dan Underlying Causes dari CMMI V2.0 didapatkan 11 rekomendasi perbaikan yang telah divalidasi oleh perwakilan bank studi kasus. Saran untuk penelitian berikutnya dilakukan tahap Deploy Improvement, dan Assess Capability sesuai Adoption and Transition Guidance Circle CMMI V2.0, untuk mengukur kembali impact rekomendasi yang telah diberikan. ......XYZ Bank developed Mobile Apps ABC, a Super Apps application, which is used to support customer needs and business target. The Scrum method used in ABC development is not optimal. From the data it can be seen that Bank XYZ's business and IT targets have not been achieved, partly due to delays in the implementation of important ABC features. This mixed method research evaluates the running process using Capability Maturity Model Integration (CMMI V2.0). Referring to Common Business Problems in the Adoption and Transition Guidance document selected 8 practice areas with a total of 73 practices. Based on the Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement (SCAMPI), the ability levels for practice areas are: IRP, PLAN, GOV, II at level 3; RDM, EST, MC at level 2; and RSK at level 1. Of the 73 practices, 59 practices have been achieved based on CMMI V2.0 or around 80% of the scope practice areas in this study. Recommendations were compiled using weakness analysis from SCAMPI and Underlying Causes from CMMI V2.0 found 11 recommendations for improvement that have been validated by bank representative case studies. Suggestions for further research are to carry out the deployment improvement stage, and assessment capability according to the Adoption and Transition Guidance Circle CMMI V2.0, to remeasure the impact of the recommendations that have been given.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yogaswara Shahputra Pratama
Abstrak :
Dalam menghadapi era disrupsi, PT X (Persero) melakukan transformasi digital pada seluruh proses bisnis, layanan dan produknya sehingga membutuhkan pengembangan berbagai perangkat lunak. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut PT X telah mengimplementasikan framework Scrum sejak tahun 2019. Namun menurut laporan perkembangan proyek selama semester satu tahun 2020, capaian penyelesaian Backlog dan Sprint Goals hanya sebesar 69,22% dari 100% yang ditargetkan sehingga berdampak pada berbagai keterlambatan proyek. Berdasarkan paparan dari salah satu Product Owner, masalah tersebut menyebabkan PT X mengalami kerugian dari hilangnya potensi pertumbuhan pendapatan bisnis. Pada tahap awal, melalui studi dokumen pada aplikasi JIRA dan dokumen terkait proses Scrum serta wawancara dengan salah satu Scrum Master, penelitian ini menemukan terdapat berbagai penyimpangan praktik Scrum khususnya pada Scrum Artifacts yang terindikasi menjadi akar masalah utama. Pengukuran tingkat kematangan dilakukan melalui penyebaran kuesioner elektronik yang berisi 83 pertanyaan dari Scrum Maturity Model (SMM) yang telah dimodifikasi sesuai Scrum Guide 2020, kepada 5 tim Scrum business dan business support yang diwakili oleh 4 Scrum Master. Data kuesioner dan evidence yang diperoleh kemudian diolah menggunakan Key Process Area (KPA) Rating. Pengukuran tingkat kematangan menunjukkan bahwa PT X masih berada pada kematangan tingkat 1 (Initial) dari 5 tingkat kematangan. Rekomendasi perbaikan difokuskan kepada perbaikan kualitas Scrum Artifacts yang juga merupakan salah satu sasaran khusus pada tingkat kematangan 2 yang tidak berhasil dicapai oleh PT X. Sebanyak 14 rekomendasi terbagi dalam 4 kelompok meliputi, Product Backlog, Sprint Backlog, Release Burndown Chart, dan Sprint Burndown Chart. Rekomendasi yang telah divalidasi melalui wawancara dengan Scrum Master Lead PT X diberikan dan disarankan untuk diimplementasikan secara konsisten guna meningkatkan kapabilitas implementasi Scrum di PT X agar masalah capaian Scrum dan keterlambatan proyek dapat teratasi. ......Facing the disruptive era, PT X (Persero) carries out digital transformation in all business processes, services, and products which require various software development effort. To fulfill these needs, PT X has implemented the Scrum framework since 2019. However, according to the project progress report during the first semester of 2020, the achievement of the Backlog and Sprint Goals completion was only 69.22% from 100%, and causing project delays. One of the Product Owners declare that this problem makes PT X lost its potential income from business revenue growth. In the early stages, through documents study on the JIRA application and analyze all of the documents related to the Scrum process at PT X as well as interviews with one of the Scrum Masters. This research found that there were various deviations in Scrum practice, especially in Scrum Artifacts which were indicated to be the root of the main problem. Maturity level measurement is carried out through the distribution of an electronic questionnaire containing 83 questions from the Scrum Maturity Model (SMM) which has been modified with the Scrum Guide 2020, to 5 Scrum business and business support teams represented by 4 Scrum Masters. The data obtained from the questionnaire then equipped with evidence then processed using the Key Process Area (KPA) Rating. The result of maturity level measurement shows that PT X’s maturity is at level 1 (Initial) of 5 maturity levels. Recommendations for improvement are focused on improving the quality of Scrum Artifacts which is also one of the specific targets at maturity level 2 that not yet achieved by PT X. A total of 14 recommendations are divided into 4 groups including, Product Backlog, Sprint Backlog, Release Burndown Chart, and Sprint Burndown Chart. Recommendations that have been validated by Scrum Master Lead through interviews are given and suggested to be implemented consistently in order to improve Scrum implementation capability at PT X so that the problem of Scrum achievement and project delays can be resolved.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library