Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suhairi As
"Penelitian ini berangkat dari pemikiran bahwa Sekolah Dasar merupakan dasar (fundamen) yang akan memberikan corak, warna, serta arah bagi pendidikan pada tingkat selanjutnya. Faktor utama yang berpengaruh terhadap mutu pendidikan di tingkat Sekolah Dasar ini adalah guru. Karena itu perhatian yang mendalam terhadap mutu guru sebagai "human faktor" merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Penelitian ini mengkaji hubungan antara kinerja mengajar dengan penguasaan psikologi pendidikan, indeks prestasi, dan mengajar mengingat secara teoritik ketiga aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan mutu kinerja mengajar guru. Pentingnya penguasaan psikologi pendidikan karena keterkaitannya yang erat dengan kinerja mengajar sebagai landasan teoritik kepengajaran. Sementara indeks prestasi dan pengalaman merupakan faktor yang dapat lebih memantapkan kualitas kinerja mengajar khususnya pada guru-guru Sekolah Dasar.
Berdasarkan kajian teoritik diajukan empat hipotesis guna dibuktikan kebenarannya. Penelitian ini dilakukan pada guru-guru yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri yang telah berpengalaman mengajar ± 5 tahun. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Dilihat dari sisi penguasaan psikologi pendidikan, ternyata terdapat hubungan yang positif dan signifikan dengan kinerja mengajar, namun tingkat penguasaan psikologi pendidikan pada guru-guru SD masih nisbih rendah.
2. Indeks prestasi juga mempunyai hubungan dengan kinerja mengajar. Seperti halnya penguasaan psikologi pendidikan, guru-guru SD lulusan SPG pada umumnya memiliki IP sedang.
3. Pengalaman mengajar tidak memiliki hubungan dengan kinerja mengajar. Artinya meskipun guru tersebut telah mengajar puluhan tahun tetapi tidak mengakibatkan meningkatnya kualitas kinerja mengajarnya.
Dari temuan-temuan tersebut diajukan saran agar pengajaran psikolog pendidikan di lembaga pendidikan guru lebih ditingkatkan, mengingat pentingnya pelajaran tersebut sebagai dasar untuk melakukan tugas-tugas kepengajaran. Sedangkan untuk indeks prestasi, disarankan agar kehadiran PGSD dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajarnya, hingga kelak lulusan PGSD memiliki IP yang tinggi yang sekaligus memproyeksikan kualitas profesional guru SD.
Sementara yang berkaitan dengan pengalaman mengajar, disarankan agar pembinaan karier guru SD mengacu pada upaya menjadikan guru SD sebagai profesi yang bermutu tinggi dengan segala aspek keprofesionalannya. Upaya-upaya yang harus dilakukan adalah memantapkan sistem supervise yang objektif. Penataran-penataran yang dilakukan harus melalui analisis yang cermat terhadap kebutuhan nyata di lapangan, sehingga penataran akan mempunyai nilai implikasi yang tinggi.Selain itu perlu diadakan penelitian pengembangan, dengan memperluas jangkauan sampel, penggunaan metode yang lebih cermat dan terpadu, alat ukur yang Baku, dan memanfaatkan penelitian ini sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas guru Sekolah Dasar."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Majdiyana
"Latar belakang: Cedera trauma dental sering terjadi pada murid di Sekolah. Guru adalah orang pertama yang bertanggungjawab merespon kejadian ini. Para guru perlu memiliki pengetahuan yang baik tentang penanganan kedaruratannya. Tujuan : Mengetahui efek edukasi dengan e-booklet terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik guru tentang manajemen kedaruratan cedera trauma dental. Metode: Penelitian pre-eksperimen dengan one group pretest and posttes design yang dilakukan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat dengan mengikutsertakan 60 guru Sekolah Dasar. Intervensi edukasi dilakukan menggunakan e-booklet. Penilaian terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik dilakukan sebelum, segera setelah, dan sebulan setelah edukasi. Penilaian menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari beberapa penelitian sebelumnya. Analisis data menggunakan friedman test. Hasil: Skor pengetahuan setelah edukasi mengalami peningkatan setelah dilakukan edukasi dengan hasil uji statistik signifikan p<0,05 yang menunjukkan bahwa tedapat peningkatan pengetahuan dan praktik setelah edukasi dengan e-booklet. Kesimpulan: Pengetahuan dan praktik guru Sekolah Dasar yang ada di Kota Pontianak tentang manajemen kedaruratan cedera trauma dental masih kurang. Namun sikap yang positif dan keinginan yang untuk mempelajarinya cukup baik. Edukasi dengan e-booklet memberikan efek terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik guru.

Background: Traumatic Dental Injuries often occur in students at school. The teacher is the first person who is responsible for responding to this incident. Teachers need to have good knowledge of emergency management.
Objective : To determine the effect of education with e-booklet on the knowledge, attitudes, and practices of teachers regarding emergency management of traumatic dental injuries. Methods: Pre-experimental research with one group pretest and posttest design conducted in Pontianak City, West Kalimantan by involving 60 elementary school teachers. The educational intervention was carried out using an e-booklet. Assessments of knowledge, attitudes, and practices were carried out before, immediately after, and a month after education. The assessment uses a questionnaire adapted from several previous studies. Data analysis using friedman test. Results: Knowledge scores after education increased after education with a statistically significant test result p<0.05 which indicates that there is an effect of increasing knowledge and practice after education with e-booklets. Conclusion: The knowledge and practice of elementary school teachers in Pontianak City regarding emergency management of dental trauma injuries is still lacking. But a positive attitude and a willingness to learn is quite good. Education with e-booklets has an effect on increasing teacher knowledge, attitudes and practices.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surayya Sakinah
"Setelah pandemi covid-19, peserta didik kembali belajar secara tatap muka di sekolah. Hanya saja terdapat permasalahan pada keterlibatan belajar peserta didik dalam menjalani proses belajar di kelas. Peserta didik dinilai memerlukan kemampuan keterlibatan belajar secara proaktif agar mampu menjalani proses pembelajaran secara efektif. Teacher autonomy support dan peer relatedness berperan pada keterlibatan proaktif peserta didik dalam menerima instruksi, berinisiatif dan menyuarakan pendapat di dalam kelas. Penelitian ini bertujuan untuk memahami peran peer relatedness sebagai moderator hubungan antara teacher autonomy support dan agentic engagement peserta didik SMA. Penelitian ini dilakukan pada 409 partisipan dari peserta didik SMA yang aktif belajar di sekolah. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Agentic Engagement Scale (AES), Learning Climate Questionnaire (LCQ) dan The Youth Relatedness Scale (TYRS) yang sudah diadaptasi dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia serta dimodifikasi sesuai dengan konteks penelitian. Berdasarkan perhitungan Moderated Regression Analysis (MRA), menunjukkan bahwa peer relatedness memiliki peran sebagai moderator dalam hubungan teacher autonomy support dan agentic engagement. Peer relatedness yang dirasakan peserta didik dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara teacher autonomy support dan agentic engagement peserta didik SMA setelah pandemi covid-19 (F hitung 241.825. p<0.05).

After the Covid-19 pandemic, students returned to learning face-to-face at school. It's just that there are problems with students' learning involvement in the learning process in class. Students are assessed as requiring the ability to engage in proactive learning to be able to carry out the learning process effectively. Teacher autonomy support and peer relatedness play a role in students' proactive involvement in receiving instructions, taking initiative, and voicing opinions in the classroom. This research aims to understand the role of peer relatedness as a moderator of the relations between teacher autonomy support and agentic engagement of high school students. This research was conducted on 409 participants from high school students who were actively studying at school. The measuring tools used in this research are the Agentic Engagement Scale (AES), the Learning Climate Questionnaire (LCQ), and the Youth Relatedness Scale (TYRS) which have been adapted and translated into Indonesian and modified according to the research context. Based on Moderated Regression Analysis (MRA) calculations, show that peer relatedness has a role as a moderator in the relations between teacher autonomy support and agentic engagement. Peer relatedness felt by students can strengthen or weaken the relations between teacher autonomy support and agentic engagement of high school students after the COVID-19 pandemic (F count 241.825. p<0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karen Manuela Bianca
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara creative self-efficacy CSE dengan innovative work behavior IWB pada guru sekolah Dasar SD . Terdapat dua dimensi dari creative self-efficacy yaitu creative thinking self-efficacy dan creative performance self-efficacy. Innovative work behavior memiliki lima dimensi yaitu opportunity exploration, idea generation, idea promotion, idea realization dan reflection. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pengambilan data menggunakan survei. Pengukuran CSE menggunakan alat ukur Revised Model of CTSE II and CPSE II yang disusun oleh Abboutt 2010 dan pengukuran IWB menggunakan Innovative Work Behavior Scale yang disusun oleh Messmann dan Mulder 2012 . Partisipan penelitian ini berjumlah 105 guru SD. Teknik statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah Pearson Correlation. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dimensi dari creative self-efficacy yatu creative thinking self-efficacy da creative performance self-efficacy secara keseluruhan memiliki hubungan yang signifikan dengan keseluruhan dimensi dari innovative work behavior yang dilihat dari korelasi tiap dimensi. Diharapkan dengan tingginya nilai creative self-efficacy, innovative work behavior pada guru juga semakin tinggi.

This research was conducted to examine the relationship between creative self efficacy and innovative work behavior among elementary school teacher. Creative self efficacy consists of two dimensions, creative thinking self efficacy and creative performance self efficacy. Innovative work behavior consists of five dimensions, which is opportunity exploration, idea generation, idea promotion, idea realization, and reflection. Creative self efficacy was measured using Revised Model of CTSE II and CPSE II and innovative work behavior was measured using Innovative Work Behavior Scale. Total participant of this study was 105 elementary school teacher. Pearson Correlation was used to measure the correlation in this research. Results indicated that creative self efficacy's dimensions, which is creative thinking self efficacy and creative performance self efficacy are related to all of innovative work behavior's dimensions. Teacher with high creative self efficacy are expected to have high innovative work behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumawijaya
"Sebagai negara yang sangat kaya sumber daya alam, pendidikan harus diprioritaskan agar mampu menggali dan memanfatkannya untuk mencapai masyarakat yang sejahtera. Kekurangan sandang dan pangan yang sangat mengenaskan dialami oleh hampir sebagian besar penduduk Indonesia akibat- krisis moneter, salah satunya diakibatkan oleh sikap ketergantungan terhadap produk negara lain.
Di era reformasi ini merupakan kesempatan yang sangat baik untuk memulai pemberdayaan kekayaan alam yang maksimal, yaitu dengan menata sistem pendidikan agar sumber daya Indonesia ahli dan profesional.
Menengok ke belakang pemberdayaan pendidikan di era ORBA sudah dilakukan namun tidak tuntas, yaitu hanya sebatas mencanangkan SD masuk desa kalaupun tanpa menitikberatkan pada kwalitas. Sesuatu yang sudah dimulai sekarang harus dituntaskan dimana orientasi pendidikan dan pengajaran mencetak lulusan yang berkwaliatas.
Lulusan yang berkwalitas sangat tergantung oleh faktor internal dan faktor eskternal. Faktor internal yaitu: guru SD tidak merata, bangunan gedung dan sarana belajar tidak memadai bahkan rusak parah, kurikulum dalam KBM kurang berjalan dengan baik. Faktor Eksternal, yaitu: peran masyarakat kurang dalam mendukung kemajuan pendidikan.
Dalam upaya mewujudkan ketahanan, yang paling mendasar adalah menciptakan ketahanan berlapis dengan mengkondisikan ketahanan individu, ketahanan keluarga dan ketahanan sekolah, dengan tiga ketahanan tersebut akan tercipta ketangguhan, dengan demikian ketahanan Masyarakat dan Ketahanan Nasional akan terwujud."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T11050
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The open and distance learning system implemented in Universitas Terbuka (UT) requires students to do self-learning,individually or in groups....."
370 AAOU 3:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Jimmy Falmer
"Oksiuriasis atau enterobiasis merupakan suatu masalah kesehatan yang memiliki frekuensi cukup tinggi terutama pada anak-anak dan lebih banyak pada golongan ekonomi lemah. Dari suatu studi, didapatkan 3%-80% angka prevalensi pada berbagai golongan manusia. Di Jakarta, khususnya Jakarta Timur, dilaporkan bahwa kelompok usia yang terbanyak penderita enterobiasis adalah 5-9 tahun dan sebanyak 46 anak dari 85 anak menderita enterobiasis. Untuk menurunkan morbiditas oksiuriasis, guru SD, sebagai orang yang berhubungan langsung dengan anak-anak di sekolah dan memiliki peranan besar dalam kebiasaan anak, perlu diberikan edukasi mengenai Oxyuris vermicularis. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan mengenai hubungan antara karakteristik guru SD di Jakarta dengan tingkat pengetahuannya mengenai O. vermicularis agar dapat menentukan cara dan sarana edukasi yang paling efektif.
Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Survei dilakukan menggunakan kuesioner pada tanggal 12 Oktober 2011. Pada penelitian ini dipilih 86 guru SD sebagai subyek penelitian. Data dianalisis dengan uji chi-square dan Kolmogorov-Smirnov menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan jumlah guru SD yang memiliki pengetahuan baik 17 orang (19,7%), 27 orang (31,4%) cukup, dan 42 orang (48,8%) kurang. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan responden mengenai O. vermicularis dengan usia, jenis kelamin, sumber informasi, pengalaman cacingan, dan tingkat pendidikan (p>0,05).

Oxyuriasis or enterobiasis is a health problem that has a relatively high frequency, especially in children and more on the economically weak. From the study, it was found 3% -80% prevalence in different human groups. In Jakarta, East Jakarta in particular, it was reported that the largest age group of oxyuriasis patients was 5-9 years and as many as 46 children of 85 children suffering from oxyuriasis. To decrease its morbidity, elementary school teachers, as people who deal directly with children in school and have a major role in the habits of children, should be given education about Oxyuris vermicularis. The purpose of this study is to gain knowledge about the relationship between the characteristics of elementary school teachers in Jakarta with the level of knowledge about the O. vermicularis in order to determine ways and means of education are most effective.
The study design is cross-sectional. The survey was conducted using a questionnaire on October 12, 2011. In this study 86 elementary school teachers selected as research subjects. Data were analyzed by chi-square test and the Kolmogorov-Smirnov test using SPSS. The results showed the number of elementary school teachers who have a good knowledge of O. vermicularis are 17 people (19.7%), 27 people (31.4%) fairly, and 42 people (48.8%) poor. There were no significant differences between respondents' level of knowledge of O. vermicularis with age, sex, source of information, experiences worms, and educational level (p> 0.05)."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kushartanti
"Teaching Indonesian in formal schools today is regarded as a challenge by many Indonesian teachers. In a country like Indonesia, in which language situation is very complex due to many languages and dialects (and also the fast-growing English usage in big cities), this phenomenon can be understood. Since the country?s independence, there have been several curricula?one of them is Kurikulum Berbasis Kompetensi (competence-based curriculum), the newest being Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Unit Level of Education-Based Curriculum). The latter seems to be regarded as the most ideal curriculum, because it can be adjusted to the regions? policy. The problems are that there are still Ujian Nasional (national examination) and that the ?readability? of the curriculum is still a big question for many teachers. This paper is focused on the elementary school teacher?s strategies on applying the curriculum. This paper also discusses the curriculum, some principles on language learning, and the emergence of literary matters."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2007
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Hasna Ramadhina
"Guru di sekolah dasar (SD) inklusif menghadapi beragam tantangan yang dapat berdampak pada penurunan performa guru dalam mengajar, termasuk perilaku mengembangkan kreativitas pada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-compassion guru SD inklusif dengan creativity fostering teacher behavior (CFTB). Penelitian yang melibatkan 143 partisipan guru ini menggunakan alat ukur CFTIndex untuk mengukur CFTB dan SWD untuk mengukur self-compassion . Hasil penelitian menggunakan Spearman’s rho menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara self-compassion dan CFTB pada guru SD inklusif. Di sisi lain, dimensi self-kindness, self-judgment, common humanity, mindfulness , dan overidentification berhubungan secara signifikan dengan CFTB. Namun, hubungan yang tidak signifikan ditemukan pada dimensi isolation dan CFTB. Implikasi hasil penelitian ini adalah dapat menjadi pijakan bagi penelitian selanjutnya yang serupa dan meningkatkan kesadaran bagi pihak sekolah serta guru SD inklusif akan pentingnya self-compassion dalam pelaksanaan CFTB.

Playing the role of a teacher in an inclusive elementary school does not rule out the possibility of facing challenges that can impact teacher performance in teaching, including fostering student’s creativity. This study aims to determine the relationship between self-compassion and creativity fostering teacher behavior (CFTB) in inclusive elementary school teachers. This study involved 143 participating class teachers and subject teachers at inclusive primary schools with at least 1 year of teaching experience. The instruments used are CFTIndex to measure CFTB  and SWD to measure self-compassion. The results of the study using Spearman's rho showed that there was a significant relationship between self-compassion and CFTB in inclusive elementary school teachers. In addition, the dimensions of self-kindness, self-judgment, common humanity, mindfulness, and overidentification are significantly related to CFTB. However, no significant relationship was found in the dimension of isolation and CFTB. The implication of the results of this study is that it can become a basis for further similar research and increase awareness for schools and inclusive elementary school teachers of the importance of self-compassion in the implementation of CFTB."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aghnia Nur Hamidah
"Kreativitas menjadi salah satu kemampuan yang paling dibutuhkan di masa depan. Oleh karena itu, kreativitas harus dikembangkan sedini mungkin agar dapat memaksimalkan potensi individu. Guru merupakan salah satu tokoh penting dalam mengembangkan kreativitas anak. Sebagai salah satu tokoh penting, guru perlu didukung oleh sekolah dalam mendorong kreativitas anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perceived school support dan creativity fostering teacher behavior pada guru sekolah dasar inklusif. Sebanyak 143 guru sekolah dasar inklusif dari 6 provinsi di Jawa, Bali, dan Sumatera menjadi partisipan penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah CFTIndex oleh Soh (2000) dan PSSIE oleh Ahmmed (2013). Mayoritas partisipan adalah perempuan (N=126) dengan rentang usia 18-65 tahun (M = 38.71). Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara perceived school support dan creativity fostering teacher behavior pada guru sekolah dasar inklusif. Hal ini menunjukkan bahwa apabila persepsi dukungan sekolah yang dimiliki guru meningkat, maka perilaku guru dalam mendorong kreativitas siswa cenderung meningkat. Implikasi dari penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman dan kesadaran guru mengenai perceived school support dan creativity fostering teacher behavior.

Creativity is one of the skills most needed in the future. Therefore, creativity must be developed as early as possible to maximize individual potential. The teacher is one of the important figures in developing children's creativity. As one of the important figures, teachers need to be supported by schools in encouraging children's creativity. This study analyzed the relationship between perceived school support and creativity fostering teacher behavior in inclusive elementary school teachers. A total of 143 inclusive primary school teachers from 6 provinces in Java, Bali and Sumatra became research participants. The measuring instruments used in this study were CFTIndex by Soh (2000) and PSSIE by Ahmmed (2013). Most participants were women (N=126) with an age range of 18-65 years (M = 38.71). The results of the Spearman correlation analysis showed that there is a significant positive relationship between perceived school support and creativity fostering teacher behavior in inclusive elementary school teachers. This reflects a notion that if the teacher's perception of school support in inclusive education increases, the teacher's behavior in encouraging student creativity tends to increase. The implication of this research is to increase teacher understanding and awareness regarding perceived school support and creativity fostering teacher behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>