Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yaumil Chairiah
"Dalam suatu masyarakat yang sedang membangun, akan tercipta berbagai tantangan dan kebutuhan, termasuk tantangan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan akan sumber daya insani yang bermutu. Anak Berbakat (AB) diharapkan dapat menghasilkan produk bermutu, sekaligus dapat diandalkan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kenyataannya tidak semua AB dapat mengaktualisasikan bakatnya secara sempurna, bahkan banyak yang gagal berprestasi, pada matra di mana sebenarnya mereka unggul. Berbagai temuan membuktikan bahwa bakat dapat menciut dan terbuang sia-sia. Alter (1954) menemukan sekitar empat puluh persen AB tidak mampu berprestasi di sekolah, Harland (1972) menemukan persentase yang lebih besar lagi yaitu lima puluh persen. Whitmore {1980) menyebut mereka sebagai Anak Berbakat yang Berprestasi Kurang (ABPK). Bila ini terjadi di Indonesia, maka dapat dianggap bahwa negara mengalami pemborosan atau pensia-siaan sumber daya insani, yang sebetulnya amat dibutuhkan. Undang-undang No. 2 Tahun 1989 Tentang Pendidikan Nasional Bab III pasal 8 menyebutkan bahwa warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus. Penelitin bertujuan memperoleh gambaran yang objektif tentang AB hingga perhatian khusus terhadap AB yang diinginkan oleh Undang-undang tersebut dapat diselenggarakan dengan tepat guna. dan berhasil guna.
Menurut Renzulli {1981) seorang berbakat berbeda dari orang lain karena mereka memiliki kelebihan yang menonjol dalam tiga kelompok ciri, yaitu (1) kemampuan umum, (2) kreativitas dan (3) pengikatan diri terhadap tugas. Pada kelompok ciri ketiga nampaklah bahwa keberbakatan tidak hanya ditentukan oleh faktor intelektif, tetapi juga oleh faktor non-intelektif. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan, berapa besarkah peran faktor non-intelektif turut menentukan keberhasilan akademis seseorang, setelah dipastikan bahwa ia unggul dalam factor intelektif. Apakah anak berbakat yang berprestasi menunjukkan kelebihan-kelebihan pada faktor non-intelektif dibandingkan dengan anak berbakat yang berprestasi kurang? Penelitian ini ditujukan untuk menguji sembilan hipotesis yang terdiri dari satu Hipotesis Mayor dan delapan Hipotesis Minor.
Metode dan kesimpulan: Melalui prosedur identifikasi anak berbakat (Martinson, 1972; Utami Munandar, 1982) disaringlah 199 anak berbakat dari sejumlah 2809 siswa SMA di Jakarta. Dari 199 sampel Anak Berbakat tersebut ditemukan 61 persen anak berbakat yang berprestasi dan 39 persen anak berbakat yang berprestasi kurang. Kemudian mereka seluruhnya diminta mengisi tiga macam skala, yaitu (1) Skala Pengikatan Diri terhadap tugas skolastik, (2) Skala Konsep Diri dan (3) Skala Persepsi. Sementara itu Para orangtua mengisi skala (4) yaitu Pola Asuh. Data dianalisis dengan teknik Analisis Diskriminan.
Dari hasil Analisis Diskriminan tersebut disimpulkan bahwa Hipotesis Mayor yang berbunyi "Terdapat variabel yang membedakan secara signifikan Kelompok Anak berbakat yang Berprestasi dengan Kelompok Anak Berbakat Berprestasi kurang, yaitu variabel non-intelektif (1) pengikatan diri terhadap tugas, (2) konsep diri, (3) persepsi mengenai sikap orangtua dan (4) pola asuh yang diterapkan orangtua dalam keluarga", diterima untuk variabel konsep diri.
Hipotesis Minor 1, yang berbunyi "Terdapat subvariabel dari variabel Pengikatan Diri Terhadap Tugas, yaitu (1) kemampuan mengarahkan perilaku ke tujuan nyata, (2) kemampuan menetapkan sasaran di atas standar, (3) kemampuan belajar teratur berdasarkan disiplin pribadi, (4) kemandirian, (5) ketangguhan dan (6) sikap kreatif, diterima untuk subvariabel (1) kemampuan mengarahkan perilaku ke tujuan nyata, (2) kemampuan belajar teratur berdasarkan disiplin pribadi.
Hipotesis Minor 2, yang berbunyi "Terdapat subvariabel dari variabel Konsep Diri, yaitu (1) Konsep Diri umum dan (2) Konsep Diri Akademis", diterima untuk kedua-duanya yaitu konsep diri umum dan akademis.
Hipotesis Minor 3, yang berbunyi "Terdapat subvariabel dari variable Persepsi Mengenai Sikap Orangtua, yaitu (1) persepsi mengenai nilai-nilai intelektual, (2) persepsi mengenai nilai-nilai non-intelektual dan (3) persepsi mengenai cara .pengasuhan yang dipraktekkan dalam keluarga", diterima untuk subvariabel persepsi nilai-nilai non-intelektual.
Hipotesis Minor 4, yang berbunyi "Terdapat subvariabel dari variabel Pola Asuh yang diterapkan orangtua dalam keluarga yaitu (1) nilai-nilai intelektual yang dianut orangtua, (2) nilai-nilai non-intelektual yang dianut orangtua, (3) nilai-nilai kemandirian, (4) nilai keuletan, (5) cara pengasuhan otoriter, (6) cara pengasuhan yang permisif, dan (7) cara pengasuhan yang otoritatif, diterima untuk subvariabel nonintelektual, pola asuh otoriter dan pola asuh permisif.
Hipotesis Minor 5, yang berbunyi "Terdapat korelasi signifikan antara Variabel Pengikatan Diri Terhadap Tugas dengan Variabel Konsep Diri AB", diterima.
Hipotesis Minor 6, yang berbunyi "Terdapat korelasi signifikan antara Variabel Pengikatan Diri Terhadap Tugas dengan Persepsi AB Mengenai Sikap Orangtua", diterima.
Hipotesis Minor 7, yang berbunyi "Terdapat korelasi signifikan antara Variabel Pengikatan Diri Terhadap Tugas dengan Variabel Pola Asuh yang "Dipraktekkan Orangtua dalam Keluarga", diterima.
Hipotesis Minor 8, yang berbunyi "Terdapat korelasi signifikan antara Variabel Persepsi AB mengenai orangtuanya dengan Variabel Pola Asuh yang Diterapkan dalam Keluarga", diterima."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
D00003
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library