Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moniaga, Pritha Sati Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Fake news dan hate speech mengenai imigran Timur Tengah di Jerman berkembang pesat di media sosial seperti Facebook, Twitter, dan YouTube. Oleh karenanya, Jerman membuat undang-undang mengendalikan penyebaran fake news di media sosial yang disebut NetzDG. Undang-undang ini bertujuan memberi denda pada media sosial yang tidak segera menghapus fake news yang dilaporkan oleh pengguna. Penelitian ini diuji dengan gabungan metode kualitatif dan kuantitatif, menggunakan Teori Hegemoni Antonio Gramsci, Teori Sekuritisasi Barry Buzan, dan Teori Normatif milik Wilbur Scrahmm. Hasilnya, fake news melalui media sosial dijadikan alat partai sayap kanan untuk membentuk hegemoni bahwa imigran adalah hal yang membahayakan. Fake news mengancam demokrasi serta kehidupan bermasyarakat di Jerman, sehingga dianggap sebagai ancaman oleh Pemerintah Jerman dan akhirnya menjadikan hukum sebagai bentuk kontrol atas media sosial yang beroperasi di negara tersebut.
ABSTRACT
Fake news and hate speech on Middle Eastern immigrants in Germany are growing rapidly in social media like Facebook, Twitter, and YouTube. Therefore, Germany makes laws to control the spread of fake news in social media called NetzDG. This law aims to impose penalties on social media that do not immediately remove fake news reported by the user. This study was tested with a combination of qualitative and quantitative methods, using Antonio Gramsci 39 s Hegemony Theory, Barry Buzan 39 s Theory of Securitization, and Wilbur Scrahmm 39 s Normative Theory. As a result, fake news through social media is used as a tool of the right wing party to establish hegemony that immigrants are dangerous. Fake news threatens democracy and social life in Germany, so it is considered a threat by the German Government and ultimately makes law as a form of control over the social media that operating in the country.
2018
T51111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiliana
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh orientasi dominansi sosial SDO dan otoritarianisme sayap kanan RWA terhadap kesadaran kelas atau derajat sejauh mana individu memahami posisi mereka dan menempatkan diri mereka dalam hubungan antarkelas. Pengukuran kesadaran kelas pada penelitian ini menggunakan alat ukur Multidimensional Class Consciousness Scale MCCS. Orientasi dominansi sosial ialah derajat sejauh mana individu menginginkan kelompok mereka untuk mendominasi dan menjadi lebih unggul dari kelompok lainnya, dan diukur dengan alat ukur Social Dominance Orientation Scale SDO6. Otoritarianisme sayap kanan ialah derajat sejauh mana seseorang percaya untuk tunduk terhadap otoritas yang ada dan norma-norma sosial yang didukung oleh otoritas ini, dan diukur dengan Short Version Right-Wing Authoritarianism Scale SV-RWA. Partisipan penelitian ini ialah 129 mahasiswa S1 Universitas Indonesia usia 17 hingga 27 tahun. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa orientasi dominansi sosial dan otoritarianisme sayap kanan memprediksi kesadaran kelas yang rendah pada mahasiswa S1. ......The present study aims to investigate the effects of social dominance orientation SDO and right wing authoritarianism RWA on class consciousness or the extent to which individuals acknowledge and situate themselves within class relations. Class consciousness is measured with the Multidimensional Class Consciousness Scale MCCS. Social dominance orientation is the extent to which one desires that one 39 s ingroup dominate and be superior to outgroups and it is measured with the Social Dominance Orientation Scale SDO6. Right wing authoritarianism is the extent to which an individual believe strongly in submission to established authorities and the social norms these authorities endorse and it is measured with the Short Version Right Wing Authoritarianism Scale SV RWA. The study participants are 129 undergraduate students aged 17 to 27 enrolled in Universitas Indonesia. The result of this research shows that social dominance orientation and right wing authoritarianism predict lower class consciousness in college students.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Bloomsbury Publishing, 2013
320.566 2 RIG
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Vernanda Riviere
Abstrak :
Peningkatan dukungan terhadap partai sayap kanan di Eropa, salah satunya Alternative für Deutschland (AfD) di Jerman, telah memicu berbagai respons masyarakat. Pada Januari 2024 terungkap rencana AfD untuk melakukan deportasi massal imigran di Jerman yang memicu penolakan dari masyarakat Jerman dalam bentuk demonstrasi #gegenrechts hingga dalam bentuk lagu. Penelitian ini menganalisis lagu "Für immer Frühling" karya Soffie, yang viral di media sosial sehingga dianggap sebagai himne perlawanan terhadap AfD. Metode penelitian kualitatif deskriptif diterapkan untuk menerjemahkan dan menganalisis lirik lagu. Lirik lagu dianalisis menggunakan teori semiotika Roland Barthes (1957 dan 1977) dengan fokus pada denotasi, konotasi, dan mitos. Hasil analisis menunjukkan bahwa lagu ini menggambarkan utopia negeri dengan inklusivitas, kemakmuran, keamanan, dan optimisme. Selain itu, lagu ini ditemukan mengkritisi eksklusivitas dan diskriminasi serta refleksi kondisi sosial dan politik di Jerman saat ini. Penelitian ini juga menemukan bahwa lagu ini menciptakan gambaran ideal akan negeri yang inklusif, aman, dan makmur. ......The rise in support for right-wing parties in Europe, including Alternative für Deutschland (AfD) in Germany, has led to various responses from the public. In January 2024, AfD's plan to deport many immigrants in Germany was revealed, causing public protests like #gegenrechts and even song. This study analyzed the song "Für immer Frühling" by Soffie, which went viral on social media and is seen as a protest anthem against AfD. A qualitative descriptive method was used to translate and analyze the song's lyrics. The lyrics were studied using Roland Barthes' semiotic theory (1957 and 1977), focusing on denotation, connotation, and myth. The analysis shows that the song describes a utopian land with inclusivity, prosperity, security, and optimism. It also finds that the song criticizes the exclusivity and discrimination happening in Germany today, reflecting current social and political conditions. This study also shows that the song creates an ideal image of an inclusive, safe, and prosperous land.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library