Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aulia Qisthi
Abstrak :
Biodiesel sebagai bahan bakar nabatimemiliki potensi besar terhadap kelangsungan bahan bakar alternatif di masa mendatang. Biodiesel yang dapat dihasilkan melalui sumber daya terbarukan seperti minyak nabati, ataupun lemak hewan tersebut digunakan dalam studi ini. Tujuan utama dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menghasilkan biodiesel dari beberapa jenis sumber minyak nabati dan lemak hewan untuk memiliki profil metil ester yang beragam dalam melihat adanya potensi korelasi antara profil metil ester dengan kualitas produksi biodiesel yang dihasilkan. Produksi biodiesel dilakukan dengan tujuh jenis minyak/lemak yang berbeda. Minyak nabati yang digunakan yakni minyak bunga matahari, minyak kacang tanah, minyak kenari, minyak rapeseed, minyak kelapa terhidrogenasi dan minyak kopra terhidrogenasi serta lemak daging sapi. Setelah produksi biodiesel dilakukan, kualitas biodiesel tersebut pun kemudian diuji sesuai peraturan dan spesifikasi standar EN 14214. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat hubungan yang kuat antara komposisi metil ester dengan beberapa parameter penting biodiesel seperti viskositas, densitas, titik nyala api, titik penyumbatan cold filter plugging point , nilai kalor lebih tinggi, bilangan iodium dan bilangan saponifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketidakjenuhan yang tinggi pada biodiesel akan meningkatkan nilai densitas dan nilai kalor lebih tinggi. Di sisi lain, ikatan rangkap yang terdapat pada biodiesel akan menurunkan stabilitas oksidasi dan mengurangi nilai viskositas biodiesel. Selain itu, tingginya jumlah bilangan saponifikasi akan meningkatkan nilai densitas biodiesel, tetapi untuk parameter titik nyala api, hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang lemah antara titik nyala api dengan bilangan iodium dan bilangan saponifikasi. ......Biodiesel as an alternative diesel fuel holds promise for the future of alternative fuels. Biodiesel that derived from renewable resources such as vegetable oil was used in this experimental study. The main objective of this study to produce biodiesel from different initial feedstock and to study the composition and the quality of biodiesel profile synthesized. Biodiesels were produced from seven different types of vegetable oil sunflower, peanut, walnut, beef tallow, rapeseed, hydrogenated coconut and hydrogenated copra oil . Then, biodiesel quality was tested according to the EU 14214. The results have related methyl ester profile to several specifications such as viscosity, density, flash point, cold filter plugging point, higher heating value, iodine value and oxidative stability. The results show that high degree of unsaturation will increase the higher heating value and density. On the other hand, large number of double bonds will lower the oxidation stability and reduce viscosity. Moreover, high amount of saponification value will increase the number of density. However, the result shows a weak correlation between flash point in function of iodine value and saponification value.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T49729
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sanas Zanadiya
Abstrak :
Permintaan energi global yang semakin tinggi, ditambah dengan dampak emisi gas rumah kaca yang berbahaya dari bahan bakar fosil, telah memicu pencarian sumber energi alternatif yang tidak bersaing dengan pasokan makanan. Penelitian ini melakukan perengkahan katalitik minyak nyamplung menjadi senyawa biohidrokarbon menggunakan katalis zeolit berbasis fly ash yang dimodifikasi. Katalis zeolite didapatkan dari preparasi fly-ash dengan metode pencucian asam (HCl) dan peleburan alkali (NaOH) yang diimpergnasi dengan kalsium oksida (CaO) dan nikel oksida (NiO) untuk meningkatkan kinerjanya. Variasi rasio campuran katalis 5% dan 10% CaO, serta 1-3% NiO, suhu 450-550◦C, dan rasio minyak terhadap katalis 0-20%wt. Hasil reaksi perengkahan berupa bio-oil dikarakterisasi dengan Gas Cromatography-Mass Spectroscopy (GCMS) dan Fourier Transform Infra-Red (FT-IR). Hasil preparasi katalis dikarakterisasi dengan X-ray diffraction (XRD), X-ray fluorescence (XRF), Scanning Electron Microscopy (SEM), dan Brunauer–Emmett–Teller (BET). Berdasarkan hasil penelitian, minyak nyamplung berhasil dikonversi menjadi senyawa biohidrokarbon dengan variasi katalis zeolite fly ash (ZFA) yang dimodifikasi dengan CaO dan NiO. Jenis katalis ZFA terimpregnasi 3% NiO (3%NiO/ZFA) pada suhu 550◦C dan rasio massa katalis terhadap minyak umpan 10%wt menghasilkan konversi terbesar 81,89%. Berdasarkan hasil GCMS, hasil selektivitas fraksi rantai gasoline (C5-C11) sebesar 27,14%. Karakteristik sifat fisik dari biohidrokarbonnya mendekati standar biodiesel dengan nilai densitas (717 kg/m3), viskositas kinematic (2,69 cSt,), dan angka RON (94). ......Increasing global energy demand and the harmful effects of greenhouse gas emissions from fossil fuels, has fuelled the search for alternative energy sources that don’t compete with food supplies. This study conducted the catalytic cracking of nyamplung oil into bio-hydrocarbon compounds using a modified fly ash-based zeolite catalyst. The zeolite catalyst was obtained from fly-ash preparation by acid washing (HCl) and alkali melting (NaOH) impregnated with calcium oxide (CaO) and nickel oxide (NiO) to improve its performance. Variation of catalyst mixture of 5% and 10% CaO, with 1-3% NiO, temperature 450-550◦C, and ratio of oil to catalyst 0-20% wt. The results of the cracking reaction in the form of bio-oil were characterized by Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GCMS) and Fourier Transform Infra-Red (FT-IR). The catalyst preparation results were characterized by X-ray diffraction (XRD), X-ray fluorescence (XRF), Scanning Electron Microscopy (SEM), and Brunauer–Emmett–Teller (BET). Based on the results of the research, nyamplung oil was successfully converted into bio-hydrocarbon compounds using a variety of zeolite fly ash (ZFA) catalysts modified with CaO and NiO. Catalyst type ZFA impregnated with 3% NiO (3%NiO/ZFA) at 550◦C and mass ratio of catalyst to feed oil of 10%wt produced the biggest conversion of 81,89%. Based on the GCMS results, the selectivity of the gasoline chain fraction (C5-C11) was 27,14%. The physical properties of the bio-hydrocarbons are close to those of biodiesel with a density value (717 kg/m3), kinematic viscosity (2,69 cSt,), and RON number (94).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Muhammad Adjie
Abstrak :
Reaksi dekarboksilasi minyak jarak kepyar dengan penambahan Ca(OH)2 berlebih untuk pembuatan hidrokarbon setara fraksi diesel telah dilakukan. Reaksi dilakukan di dalam reaktor batch yang beroperasi pada tekanan atmosferik dan temperatur antara 425 – 500 oC. Variasi yang dilakukan meliputi variasi rasio umpan, temperatur saponifikasi dan temperatur dekarboksilasi. Reaksi dengan umpan rasio umpan 1:6, temperatur saponifikasi 200 oC dan temperatur dekarboksilasi 475 oC memberikan konversi terbesar yaitu 67,46%. Analisa sifat fisik yang meliputi densitas dan viskositas menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI 8220:2017. Produk cair dianalisa analisa GC–MS menunjukkan komposisi hidrokarbon setara fraksi diesel sebesar 36,87%. Analisa menggunakan FTIR, menunjukkan masih banyaknya gugus asam karboksilat dalam produk. Upgrading dengan penambahan asam borat mampu menghilangkan gugus karboksilat, tetapi komposisi senyawa yang didapat tidak sesuai dengan fraksi diesel. ......The decarboxylation reaction of Castor oil with the addition of excess Ca(OH)2 for the manufacture of hydrocarbons equivalent to the diesel fraction has been carried out. The reaction was carried out in a batch reactor operating at atmospheric pressure and temperature between 425 – 500 oC. Variations carried out include variations in feed ratio, saponification temperature and decarboxylation temperature. The reaction with feed ratio of 1:6, saponification temperature of 200 oC and decarboxylation temperature of 475 oC gave the largest conversion, namely 67.46%. Analysis of physical properties which include density and viscosity shows that the resulting product has met the standards set by SNI 8220:2017. The liquid product was analyzed by GC–MS analysis showing the hydrocarbon composition equivalent to the diesel fraction of 36.87%. Analysis using FTIR, shows that there are still many carboxylic acid groups in the product. Upgrading with the addition of boric acid was able to remove the carboxylic groups, but the composition of the compounds obtained did not match the diesel fraction.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safri Saipulloh
Abstrak :
Konversi katalitik minyak sawit menjadi hidrokarbon fraksi gasoline memerlukan pendekatan baru yang lebih ekonomis. Penggunaan senyawa basa untuk mendapatkan biogasoline dari minyak sawit dapat menjadi salah satu solusinya, karena ketersediaan senyawa basa yang lebih banyak dibandingkan senyawa seperti alkohol dan aseton yang pernah digunakan dalam pretreatment konversi minyak sawit menjadi biogaoline. Saponifikasi minyak sawit menggunakan dua jenis basa yang berbeda yaitu KOH dan Al(OH)3 dengan rasio mol stoikiometrik, 10% dan 20% kelebihan minyak sawit. Reaksi katalitik dilangsungkan dalam fixed bed reactor pada suhu 350°C, 400°C dan 450°C dan tekanan atmosferik. Reaksi menggunakan katalis B2O3/Al2O3 dengan loading B2O3 10%, 15%, dan 20% dalam katalis. Produk hidrokarbon dianalisa menggunakan analisa fraksinasi untuk mengetahui kuantitas fraksi gasoline yang dihasilkan. Analisa FTIR digunakan untuk mengetahui kandungan produk yang dihasilkan secara kualitatif. Selain itu, digunakan pula analisa GC dan GC-MS untuk memperjelas kandungan produk yang dihasilkan. Persentase yield digunakan sebagai dasar untuk menentukan kondisi terbaik reaksi dalam penelitian ini. Hasil yang didapatkan menunjukkan, temperatur terbaik reaksi adalah 450°C. Pada temperatur tersebut, katalis yang paling baik adalah 10% B2O3/Al2O3 dengan rasio umpan terbaik adalah 10% kelebihan minyak sawit. Spektra FTIR dan analisa fraksinasi menunjukkan performa basa Al(OH) 3 lebih baik dari pada KOH dalam penelitian ini. ......The Conversion of palm oil to biogasoline trough catalytic cracking needed new approach which economical. One of the solution in producing biogasoline from palm oil is employing base (alkaline). It could become more efficient because their availability are much more compared to alcohol and acetone groups which used in pretreatment of catalytic conversion palm oil to biogasoline. The Saponification of palm oil used two bases, KOH and Al(OH) 3, that varied in mole ratio, stoichiometric, 10% and 20% excess of palm oil. The catalytic cracking reactions occurred in fixed bed reactor at 350°C, 400°C and 450°C in atmospheric pressure. Reactions used B2O3/Al2O3 catalyst with 10%, 15%, and 20% B2O3 loaded in catalyst. Hydrocarbon products analyzed using fractionation analysis to obtain quantities of biogasoline which produced. FTIR analysis was used to identify quality of products by detecting their spectra. To accomplish the analyzing, GC and GC-MS were used to identify specifications of products. Yield percentage was used as basic to know best condition of reactions in this research. It showed that the best temperature was 450_C. At that temperature, the best loading of B2O3 in catalyst was 10% and the best feed ratio was 10% excess of palm oil. Spectra from FTIR analysis showed that Al(OH) 3 performed better than KOH as base in saponification of palm oil to obtain biogasoline. The fractionation analysis showed the same conclusion.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49678
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andres Suranto
Abstrak :
Reaksi dekarboksilasi minyak jarak pagar dengan penambahan Ca(OH)2 berlebih untuk pembuatan hidrokarbon setara fraksi diesel telah dilakukan. Reaksi dilakukan di dalam reaktor batch yang beroperasi pada tekanan atmosferik dan temperatur antara 400-475°C. Variasi yang dilakukan meliputi variasi umpan, temperatur saponifikasi dan temperatur dekarboksilasi. Reaksi dengan umpan excess Ca(OH)2 100% mol, temperatur saponifikasi 200°C dan temperatur dekarboksilasi 475°C memberikan konversi terbesar yaitu 65,44%. Produk cair dianalisa menggunakan FTIR, menunjukkan adanya gugus keton namun tidak dijumpai adanya gugus karboksil. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi dekarboksilasi telah berhasil dilakukan. Analisa GC - MS menunjukkan yield hidrokarbon setara fraksi diesel sebesar 38,18%. Sedangkan analisa sifat fisik yang meliputi densitas dan viskositas menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Dirjen Migas. ......Decarboxylation reaction of Jatropha curcas oil with Ca(OH)2 excess for hydrocarbon-diesel-like fuel production was conducted. The reaction was carried out in batch reactor at atmospheric pressure and temperature between 400-475°C. The research variations consist of feed, saponification and decarboxylation temperature. The result showed that reaction with excess Ca(OH)2 100% mol, saponification and decarboxylation temperature 200 oC and 475°C respectively, gave the biggest conversion of 65,44%. Liquid product analized with FTIR showed that ketone group was found but not carboxyl. It indicated that the decarboxylation reaction was succeesful. The GC'MS showed that the yield of hydrocarbon-diesel-like fuel was 38,18%. While the physical analysis of density and viscosity showed that product has fulfilled Dirjen Migas's standard.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, [2009;2009, 2009]
S51837
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library