Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widurini Djohari
Abstrak :
BASTRAK
Kerusakan gigi molar satu rahang atas frekuensinya Cukup tinggi dan sering disertai kelainan pulpa. Perawatan saluran akar pada gigi ini memerlukan keterampilan yang ditunjang oleh pengetahuan anatomi dan morfologi a.l. panjang gigi, bentuk penampang saluran akar, jumlah akar, jumlah saluran akar, dan letak orifis. Dalam perawatannya sering dijumpai kesulitan menentukan letak apeks, karena pedoman ukuran yang ada berdasarkan ukuran gigi orang Amerika atau Eropa. Belum ada pedoman yang berdasarkan ukuran gigi orang Indonesia.

Dari sampel 50 gigi molar satu atas yang dicabut dari klinik gigi di Jakarta, diukur panjang gigi dari masing-masing apeks akar Palatal, Mesio Bukal, Disto Pukal ke bidang oklusal dengan mikrometer. Dihitung jumlah akar, jumlah saluran akar, dan dicatat bentuk penampang saluran akar 5 mm dari apeks, dan konfigurasi letak oriifis.

Dari hasil pengukuran diperoleh panjang gigi rata-rata dari apeks akar palatal 19,47 mm, dari apeks akar mesio bukal 19,14 mm dari apeks akar disto bukal 18,41 mm. Dari hasil pengamatan, semua gigi mempunyai tiga akar, dan diperoleh lebih banyak gigi dengan tiga saluran akar (98 %). Dari gambaran konfigurasi letak orifis diperoleh bentuk "7" (60 %),lebih banyak dibanding bentuk "Y" (16 %) dan bentuk "T" (18 7.). Dari pengamatan bentuk penampang saluran akar, terbanyak diperoleh bentuk bulat pada akar disto bukal (82 7.), dan bentuk Blips pada akar palatal (36 %). Selain itu diperoleh pula bentuk ginjal pada akar disto bukal (4%), dan bentuk pipih pada akar mesio bukal (14 %).

Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Mandalika
Abstrak :
Perawatan saluran akar gigi (endodontik) merupakan salah satu jenis perawatan dalam bidang kedokteran gigi. Jenis perawatan ini memerlukan beberapa kali kunjungan untuk menuntaskan rasa sakit dan keluhan yang dialami seorang pasien, agar gigi dapat berfungsi kembali. Kemauan pasien untuk menjalani tahapan terapi saluran akar gigi hingga tuntas merupakan hal yang sering menjadi kendala. Tesis ini membahas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku menuntaskan perawatan akar gigi pada pasien dewasa di Lakesgilut TNI AU, yang meliputi gambaran perilaku menuntaskan, gambaran faktor pemudah, pemampu dan penguat, hubungan ketiga faktor tersebut dengan perilaku menuntaskan serta faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku menuntaskan perawatan saluran akar gigi. Penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian univariat menunjukkan bahwa sebagian besar pasien menuntaskan perawatan saluran akar gigi, yang kebanyakan terdiri dari pasien wanita, berusia > 48,5 tahun, berpendidikan tinggi, dengan pekerjaan ibu rumah tangga atau tidak bekerja, memiliki pengetahuan tentang gigi yang tinggi serta sikap yang mendukung perawatan. Pada analisis bivariat, hanya faktor sikap yang memiliki hubungan signifikan dengan perilaku menuntaskan perawatan saluran akar gigi, dengan nilai p sebesar 0,039, dengan OR 2,439 (95% CI: 1,114 ? 5,339) atau dengan kata lain pasien bersikap mendukung perawatan saluran akar gigi berpeluang menuntaskan perawatan sebesar 2,4 kali dibanding yang tidak bersikap mendukung. Pada analisis multivariat, faktor yang berhubungan bermakna dengan perilaku menuntaskan perawatan saluran akar gigi adalah sikap pasien dan jumlah kunjungan yang diperlukan untuk perawatan saluran akar gigi. Sikap pasien memiliki nilai p 0,030 dengan OR = 2,543 dan jumlah kunjungan memiliki nilai p sebesar 0,010 dengan OR = 0,294. ...... Dental root canal treatment (endodontics) is the one of treatment in the field of dentistry. This type of treatment requires multiple visits to complete and complaints of pain experienced by a patient, so that the teeth can function again. Patient's willingness to undergo root canal treatment stages to completion is often a constraint. This thesis explores the factors associated with behavioral treatment completed dental roots in adult patients in Lakesgilut Air Force, which includes the description of complete behavior, predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors, the relationship of these three factors with behavioral and completed the most dominant factor the complete behavior of root canal treated teeth. The research used in this thesis is a descriptive quantitative research design. The results of univariate showed that most patients complete dental root canal treatment, which consisted mostly of female patients, aged> 48.5 years old, highly educated, with housewives work or do not work, have a high knowledge of dental and supportive attitude treatment. In the bivariate analysis, only attitudinal factors that have a significant relationship with behavioral completed root canal treatment, with a p value of 0.039, with OR of 2.439 (95% CI: 1.114 to 5.339) or in other words being supportive patient care likely to complete the root canal care by 2.4 times compared to that not being supportive. In the multivariate analysis, the factors significantly associated with behavioral completed root canal treatment is the attitude of the patient and the number of visits required for dental root canal treatment. Attitude has a p-value of 0.030 patients with OR = 2.543 and the number of visits has a p value of 0.010 with OR = 0,294.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Althea Pranggapati Alexander
Abstrak :
Latar Belakang: Karies gigi merupakan masalah kesehatan yang dialami setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa) dan penyakit gigi dengan prevalensi terbesar di Indonesia. Insidensi karies mencapai pulpa juga selalu meningkat setiap tahunnya. Perawatan saluran akar merupakan tindakan kuratif yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Menurut studi di berbagai negara, tingkat kegagalan PSA dapat mencapai 30% dengan melibatkan banyak faktor. Saat terjadi kegagalan, tindakan yang paling diutamakan untuk dilakukan adalah perawatan saluran akar ulang untuk mempertahankan gigi asli dari pasien. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai prevalensi PSA ulang di RSKGM FKG UI dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi penyebab kegagalan PSA dan faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut untuk mencegah hal tersebut terjadi lagi di masa yang akan datang. Tujuan: Mengetahui prevalensi perawatan saluran akar ulang di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode 2019-2021. Metode: Penelitian merupakan penelitian deskriptif dan analitik komparatif yang bersifat retrospektif menggunakan data sekunder rekam medis pasien konservasi di RSKGM FKG UI. Hasil: Dari 3503 pasien PSA di RSKGM FKG UI periode Januari 2019-Juli 2021, 181 pasien dengan kegagalan PSA memilih untuk PSA ulang dan 20 pasien lainnya dilakukan ekstraksi. Melalui analisis komparatif, terdapat perbedaan secara statistik antara etiologi kegagalan PSA dengan status penyakit periapeks pada pasien, tidak ditemukan perbedaan antara sosiodemografi, elemen gigi dan diagnosis periapeks pasien pada perawatan PSA ulang dan ekstraksi, dan terdapat perbedaan secara statistik antara etiologi kegagalan PSA dengan perawatan yang dipilih (PSA ulang dan ekstraksi). Kesimpulan: Prevalensi PSA ulang di RSKGM FKG UI adalah 5,1%. Penyebab kegagalan PSA yang paling banyak ditemukan adalah pengisian saluran akar yang kurang. Diagnosis penyakit periapeks pasca PSA, paling banyak ditemukan adalah abses periapikal. Berdasarkan sosiodemografis, pasien paling banyak didominasi oleh jenis kelamin perempuan dan kelompok usia yang paling banyak ditemukan adalah kelompok usia 50-59 tahun. PSA ulang paling banyak terjadi pada gigi molar mandibula. PSA yang inadekuat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyakit periapeks, proporsi tertinggi etiologi kegagalan PSA pada tindakan PSA ulang adalah PSA inadekuat dan proporsi tertinggi etiologi kegagalan PSA pada tindakan ekstraksi adalah restorasi inadekuat......Background: Dental caries is a serious health problem experienced by half of the world’s population (3.58 billion people) and an oral disease with the highest prevalence in Indonesia. The incidence of pulpitis is also increasing every year. Root canal treatment is taken to cure the disease. According to studies in various countries, endodontic treatment failure rate can reach to 30% involving many factors. When endodontic treatment failure occurs, the most applied action to be taken is endodontic retreatment to preserve patient’s teeth. Therefore, it is necessary to conduct a research on the prevalence of endodontic retreatment at RSKGM FKG UI by discovering the causes of the failure and other factors that contributed to the failure to prevent it from happening in the future. Objectives: This study aims to determine the prevalence of endodontic retreatment at RSKGM FKG UI for the period of 2019-2021. Methods: Retrospective descriptive and comparative analytical study is done using secondary data found in patient’s medical record. Results: There were 3503 endodontic patients at RSKGM FKG UI for the period of January 2019-July 2021, 181 patients with endodontic failure chose to be treated with endodontic retreatment and another 20 patients underwent extraction. Through comparative analysis, there were statistical differences between the etiology of endodontic failure and periapical disease. No differences found between the sociodemographic and the tooth, periapical diagnoses of patients with the choices of treatment between endodontic retreatment and extraction, and there were statistical differences between the etiology of endodontic failure and the choice of treatment. Conclusion: The prevalence of endodontic retreatment at RSKGM FKG UI is 5.1%. The most common etiology of endodontic failure is underobturation. Periapical abscess is the most found diagnosis of post endodontic treatment. Based on sociodemographics, most patients are female and the age group that commonly found was 50-59 years old age group. Endodontic retreatment mostly treated on mandibular molars. the biggest proportion of etiology of failure on endodontic retreatment treatment choice is an inadequate endodontic treatment while the highest proportion of etiology of failure on extraction is inadequate restoration
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Chandra Devi
Abstrak :
Latar belakang: Angka terjadinya karies di Indonesia masih cenderung tinggi. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi terjadinya karies di Indonesia mencapai 88,8%. Pada gigi dengan karies yang telah meluas hingga pulpa dan periapeks, perawatan saluran akar perlu dilakukan untuk mempertahankan dan mengembalikan fungsi gigi. Namun, kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan manfaat perawatan, serta diperberat oleh berbagai faktor hambatan dapat berakibat kepada kepatuhan dalam menjalankan prosedur perawatan saluran akar. Kondisi ini dapat menyebabkan terhambatnya prosedur perawatan dan mempengaruhi keberhasilan perawatan saluran akar. Tujuan: Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan kesadaran pasien mengenai prosedur perawatan saluran akar dengan kepatuhan pasien dalam menjalankan perawatan. Mengetahui tingkat pengetahuan, kesadaran, kepatuhan dan hambatan pada pasien perawatan saluran akar. Metode: Studi analitik observasional pada 105 responden yang pernah menjalani perawatan saluran akar menggunakan kuesioner E-survey tentang pengetahuan, kesadaran hambatan, dan kepatuhan prosedur perawatan saluran akar, dengan pendekatan cross sectional secara purposive sampling. Hasil: Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan cukup (48,57%), kesadaran baik (77,14%), kepatuhan baik (85,71%) dan hambatan rendah (52,38%). Terdapat hubungan searah antara pengetahuan dengan kepatuhan terhadap prosedur perawatan walau lemah (rho:0,287) namun sangat bermakna p:0,003), terdapat hubungan searah antara kesadaran dengan kepatuhan walau lemah (rho:0,371) namun juga sangat bermakna (p:0,000); dan antara faktor hambatan dengan kepatuhan walau terlihat tidak bermakna (p:0,590) namun tetap terdapat hubungan yang berlawanan (rho:-0,053). Kesimpulan: Responden pada penelitian ini menunjukkan memiliki pengetahuan yang cukup, kesadaran yang baik, dan kepatuhan yang baik, serta faktor hambatan yang rendah tentang prosedur perawatan saluran akar. Terdapat hubungan yang searah antara pengetahuan dan kesadaran dengan kepatuhan, serta hubungan yang berlawanan antara faktor hambatan dengan kepatuhan dalam menjalankan prosedur perawatan saluran akar gigi. ......Background: Nowadays, Indonesia still has a high rate of caries. Based on Riskesdas data in 2018, the prevalence of caries in Indonesia reached 88.8%. When caries are allowed to spread, it will cause irreversible pulp and periapical disease, so root canal treatment is necessary to preserve the tooth. The level of knowledge, awareness and barriers factors will result in compliance in root canal treatment procedures. This situation in some patients causes discontinuation of root canal treatment. Objective: To analyze the relationship between the level of knowledge, awareness, and barriers factors to the level of patient compliance regarding root canal treatment procedures. Knowing the level of knowledge, awareness, compliance, and barriers factors for root canal treatment patients. Methods: An observational analytic study with a cross-sectional approach on 105 patients who had undergone root canal treatment obtained by purposive sampling. The instrument used is a questionnaire about knowledge, awareness, barriers factors, and compliance to root canal treatment procedures, adapted from several E-Survey studies. Results: Most of the respondents had a sufficient level of knowledge (48.57%), good awareness (77.14%), good compliance (85.71%), and low barriers factors (52.38%). There is a unidirectional association between knowledge to treatment procedures compliance. However, weak (rho: 0.287) but very significant (p: 0.003), there is a unidirectional association between awareness to compliance although weak (rho: 0.371) but also very significant (p: 0.000); and between the barriers to compliance, although it looks insignificant (p: 0.590), there is has an opposite relationship (rho: -0.053). Conclusion: Respondents in this study showed sufficient knowledge, good awareness, and good compliance, as well as low barrier factors regarding root canal treatment procedures. There is a direct association between knowledge and awareness of compliance and an opposite association between barriers to compliance in root canal treatment procedures.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munyati Usman
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kebocoran pengisian saluran akar dari 3 macam tehnik pengisian, yaitu tehnik kondensasi lateral (k.l), kondensasi vertikal gutta-percha panas (k.v.g.p) dan kondensasi lateral gutta-percha panas (k.l.g.p).

Sembilan puluh akar gigi dengan saluran akar tunggal dan lurus, dipreparasi secara step-back sesuai-panjang kerja 9 mm dengan file terbesar No.60, dan kemudian dilakukan secara step-back sampai No.80. Foramen apikal ditembus dengan file No.25 untuk mendapatkan keseragaman diameter. Masing-masing tehnik dilakukan pada 30 akar gigi. Kebocoran pengisian saluran akar diukur dengan perembesan zat warna (tinta cina hitam), dengan interval waktu rendaman 1 hari dan 15 hari. Perendaman dengan tinta cina dilakukan setelah semen saluran akar mengeras dan sementara itu sampel direndam dalam aquadest selama 48 jam. Evaluasi dilakukan dengan stereomikroskop dan sebelumnya sampel dibelah memanjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebocoran tehnik k.l.g.p. lebih kecil secara bermakna.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu kebocoran pengisian yang terkecil pada tehnik k.l.g.p, kemudian tehnik k.l. dan tehnik k.v.g.p. yang paling besar Pengaruh lama perendaman, sama pada semua tehnik pengisian.
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rista Eka Aprilianti Sugiono
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang : Ekstrak Biji AnggurEBA mengandung proantosianidin sebagai pengikat silang kolagen yang menentukan sifat mekanik dentin. Tujuan : Menganalisis pengaruh larutan EBA terhadap kekuatan lentur dentin saluran akar. Metode : 90 lempeng dentin saluran akar dibagi menjadi 3 kelompok direndam larutan EBA, NaOCl dan aquabides. Dilakukan uji kekuatan lentur dentin dengan Universal Testing Machine. Hasil : Kekuatan lentur tertinggi pada kelompok larutan EBA, terendah pada kelompok NaOCl. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok larutan EBA dan aquabides (p>0.05). Kesimpulan : Nilai kekuatan lentur dentin saluran akar pada larutan EBA lebih tinggi dibandingan dengan larutan NaOCl.
ABSTRACT Background : Grape Seed Extract (GSE) contains proanthocyanidin as collagen crosslinking which determines the mechanical properties of dentin. Objective: To analyze the effect of the GSE solution to the flexural strength of root canal dentin. Methods : 90 root canal dentin slabs were divided into 3 groups, immersed in GSE solution , NaOCl and aquabidest . Dentin flexural strength test measured by Universal Testing Machine. Results : The highest flexural strength was found in GSE solution group , the lowest in the group of NaOCl . There were no significant differences between GSE groups and aquabidest group ( p > 0.05 ). Conclusion : The value of flexural strength of root canal dentin found in GSE solution group was higher when compared with NaOCl solution.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Aliifah
Abstrak :
Latar Belakang: Preparasi saluran akar gigi dengan file endodontik Ni-Ti umum digunakan saat ini dalam praktik klinis maupun institusi pendidikan karena karakteristik bahan yang baik. File perlu melalui sterilisasi autoklaf sebelum digunakan kembali. Namun, setelah siklus preparasi dan sterilisasi terlihat perubahan morfologi dan belum ada kesepakatan batas penggunaan untuk menghindari hal tersebut. Tujuan: Menganalisis efek frekuensi preparasi dan sterilisasi terhadap perubahan morfologi file endodontik Ni-Ti hand-use. Metode: File ProTaper® Universal hand-use (Dentsply Maillefer) digunakan untuk preparasi 135 gigi premolar akar tunggal, sebanyak 5 kali (kelompok 1) dan 10 kali (kelompok 2), antar tiap preparasi file dibersihkan dengan larutan enzimatik, scouring sponge, ultrasonic cleaner dan sterilisasi autoklaf. Kemudian sampel diamati dengan stereomicroscope (Nikon® SMZ800, Japan). Data dianalisis dengan uji Kruskal-wallis dan Mann-Whitney (p<0,05). Hasil Penelitian: Terdapat perbedaan bermakna antara perubahan morfologi file setelah 5 dan 10 kali preparasi dan sterilisasi (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara perubahan morfologi file F1 setelah 5 dan 10 siklus (p>0,05). Terdapat perbedaan bermakna antara perubahan morfologi file F2 setelah 5 dan 10 siklus (p<0,05) dan antara perubahan morfologi file F1 dan F2 setelah 5 siklus (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara perubahan morfologi file F1 dan F2 melalui 10 siklus (p>0,05). Kesimpulan: Frekuensi preparasi dan sterilisasi file endodontik Ni-Ti hand use memiliki efek terhadap perubahan morfologi pada file. ......Background: Root canal preparation using Ni-Ti endodontic file was generally used today, due to its more elastic characteristic. In clinical setting, file requires autoclave sterilization before next usage. However, morphological changes could be seen after cycles of preparation and sterilization and there is still no agreement on safe usage limits for the re-use of these files. Objective: To analyze the effect of preparation and sterilization frequency on Ni-Ti endodontic hand-use files by their morphological changes. Method: ProTaper® Universal Hand-use files (PTU) (Dentsply Maillefer, Switzerland) were used on 135 single-rooted canal premolars for 5 times (1st group), 10 times (2nd group), then after every use, files are cleaned with enzymatic solution, scouring sponge, ultrasonic cleaner and sterilized by autoclave. Afterward, F1 and F2 files observed with stereomicroscope. Data was analyzed using Kruskal-Wallis and Mann-Whitney tests (p<0.05). Result: There were statistically significant differences of file morphological changes after 5 and 10 cycles (p<0.05). There were no statistically significant differences of F1 files morphological changes after 5 and 10 cycles (p>0.05). There were statistically significant differences of F2 files morphological changes after 5 and 10 cycles (p<0.05). There were statistically significant differences of F1 and F2 files morphological changes after 5 cycles (p<0.05). There were no statistically significant differences of F1 and F2 files morphological changes after 10 cycle (p>0.05). Conclusion: The frequency of preparation and sterilization on Ni-Ti endodontic hand-use files had effect on its morphological changes.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Hardhitari
Abstrak :
Latar belakang: Smear layer akibat preparasi saluran akar dapat menyebabkan kegagalan perawatan Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan dua macam irigan kombinasi terhadap pembersihan smear layer di daerah sepertiga apeks. Metode: Tiga puluh gigi premolar tetap dibagi atas tiga kelompok sama besar Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok II masing masing menggunakan irigan kombinasi NaOCl 2 625 asam sitrat 17 NaOCl 2 625 EDTA 17 dan Kelompok III kelompok kontrol menggunakan salin. Sisa smear layer di daerah sepertiga apeks diperiksa dengan SEM dan diukur dengan memberikan skor jika permukaan yang bersih dari smear layer adalah lebih dari 75 50 - 75 25 - 50 dan kurang dari 25 maka berturut turut diberi Skor 0 1 2 dan 3 Hasilnya dianalisis dengan Kolmogorov Smirnov. Hasil: Tidak ada perbedaan signifikan dalam membersihkan smear layer antara Kelompok I dan II p 0 447 tetapi dibandingkan dengan kelompok kontrol Kelompok I dan II secara signfikan p 0 000 membersihkan smear layer lebih baik Kesimpulan Kombinasi irigan NaOCl - asam sitrat dan NaOCl - EDTA tidak berbeda pengaruhnya dalam membersihkan smear layer di daerah sepertiga apeks. ......Background: Smear layer as a result of instrumentaion could influence the outcome of treatment. The aim of this study was to analyze the effectiveness of two combination of irigants in removing the smear layer in the root canal. Methods: Thirty permanent premolars were divided in 3 groups equally Group I II and III used NaOCl 2 625 citric acid 17 NaOCl 2 625 EDTA 17 and saline solution control respectively. The remnants of smear layer were evaluated by SEM and were scored The Score was 0 1 2 or 3 if the remnants of the smear layer was less than 25 between 25 to 50 50 to 75 and more than 75 of the surface respectively and were analyzed by Kolmogorov Smirnov Results: There was no significant different in removing the smear layer between the Group I and the Group II p 0 447 while comparing to the control group the experimental groups were significantly better p 0 000 Conclusion No difference in ability to remove the smear layer between combinations of irrigant of NaOCl 2 625 citric acid 17 and NaOCl 2 625 EDTA 17
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T32986
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi Widjajanti
Abstrak :
ABSTRAK
Pengisian saluran akar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan endodontik Untuk maksud tersebut pengisian saluran akar dilakukan dengan bahan padat dan semen saluran akar. Mengingat dalam saluran akar yang terinfeksi banyak ditemukan mikroorganisme dan tidak mudah dihilangkan dengan tindakan sterilisaasi maka pemberian antimikroba dalam semen saluran akar dianjurkan Akan tetapi sampai sejauh mana daya antimikroba semen saluran akar terhadap tumbuh kembang biaknya kuman penyebab infeksi pulpa perlu diketahui. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya antimikroba dari empat macam semen saluran akar yang banyak dipakai di Indonesia terhadap kuman anaerob. Kuman anaerob yang digunakan diperoleh dengan cara isolasi haggling dari pasien dengan infeksi pulpa pada klinik pasca FKG UL Sebelas koloni kuman kokus gram positif dan 12 koloni laiman batang gram negatif yang diperoleh dari 23 pasien diuji kepekaannya terhadap semen saluran akar Proco-Sol, Endomethasone, AH26 dan Sealapex dengan menggunakan metode cakram. Jarak zona hambat diukur dan dibandingkan. Hasilnya AH26 mempunyai daya antimikroba terbesar diikuti oleh Proco-Sol, Endomethasone dan Sealapeks, serta daya antimikroba ke empat semen saluran akar tersebut terhadap kuman kokus gram positif dan kuman batang gram negatif tidak berbeda bermakna pada batas kemaknaan p= 0,05.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library