Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yunita Rosadi
Abstrak :
Penjamah makanan memiliki peran penting dalam persebaran tifoid, kemungkinan penjamah tersebut carrier yang dapat menularkan bakteri S.typhi pada saat mengolah makanan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik individu, sanitasi lingkungan dan keberadaan Salmonella typhi pada penjamah makanan di lingkungan Sekolah Dasar Kota Tangerang. Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional, besar sampel 208 penjamah makanan. Pengumpulan data menggunakan kusisioner dan pemeriksaan usap dubur penjamah makanan dengan reagen API 20E Biomeriux. Hasil uji laboratorium sampel usap dubur penjamah makanan menunjukkan bahwa seluruhnya negatif S.typhi 100. Berdasarkan hasil analisis pada variabel karakteristik penjamah makanan didapatkan responden dominan berumur 36-45 tahun 34,1, perempuan 51,9 ,berpendidikan rendah 50,5, tidak memiliki riwayat tifoid keluarga 70,7 ,berpengetahuan cukup tentang tifoid 73,6, berperilaku hidup bersih dan sehat cukup baik 91,8, memiliki kebersihan tangan kurang baik 56,3, tidak memiliki kebiasaan jajan di luar rumah 64,9, dan memiliki tempat sampah terbuka 73,6. Saran yang dapat diberikan kepada pemerintah Kota Tangerang yaitu penjamah makanan harus diperiksa kesehatan setiap 6 bulan sekali secara rutin dengan uji mikroorganisme berupa pemeriksaan sampel usap dubur atau tangan umtuk memastikan bahwa penjamah makanan tersebut bukanlah pembawa kuman patogen. ......The food handlers have an important role for spreading typhoid. There is a possibility that the food handlers were typhoid carrier, who can pass the Salmonella typhi during the processing food. This research aims to know the description of the individual characteristics, environmental sanitation and the presence of Salmonella typhi at food handlers in the elementary school neighborhood of Tangerang city. The type of this research is a descriptive study with large samples as much as 208 food handlers by using cross sectional design study. Data collection was done using questionnaire and examination of food handlers rectal swab sample with reagent API 20E Biomeriux. The results of the laboratory test of rectal swab samples showed that all of them are entirely negative for S. typhi 100. Based on the analysis results of the individual characteristic variables were obtained that respondents aged 36 45 years 34.1, dominantly women 51.9, low educated 50.5, did not have a history of typhoid fever in their family 70.7, knowledgeable enough about typhoid 73.6, having a clean and healthy life behavior quite well 91.8, did not have the habit of eating outside the home 64.9, had a less good hand hygiene 56.3 and have the open trash cans 73.6. The suggestion that can be given for the Tangerang city goverment that the food handlers rsquo health should be checked once in every 6 months with microorganism test by getting examination from their rectal and hand swab to make sure that they are not the carriers of pathogens.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68346
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Hartati Moehario
Abstrak :
ABSTRAK
Salmonella typhi (S typhi) adalah kuman penyebab demam tifoid. Penyakit ini sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan global, termasuk Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand. Angka kesakitan pertahun mencapai 157/100.000 populasi pada daerah semi rural dan 810/100.000 populasi di daerah urban di Indonesia, dan dilaporkan adanya kecenderungan untuk meningkat setiap tahun.

Dari studi epidemiologi molekuler ditemukan divesitas genetik yang bermakna diantara strain-strain S. typhi. Strain S. typhi yang menyebabkan demam tifoid di Indonesia diduga memiliki keunikan dibandingkan dengan strain-strain yang ditemukan di negara-negara Asia Tenggara Hal ini dihubungkan dengan manifestasi klinis demam tifoid di Indonesia yang pada umumnya lebih berat, seperti antara lain terjadinya komplikasi hepatitis tifoid, pankreatitis tifoid, dan gangguan neuropsikiatrik. Penelitian ini adalah studi awal epiderniologi molekuler menggunakan Pulsed-Field Gel Electrophoresis (PFGE) atau elektroforesis medan listrik berpulsasi, suatu metode typing yang mempunyai kemampuan diskriminasi yang tinggi, untuk melihat diversitas genetik isolat lokal S. typhi dan menilai spesifisitas tipe PFGE tertentu isolat S. typhi dengan gejala klinik demam tifoid yang ditimbulkannya.

Penelitian ini dimulai dengan melakukan persiapan bahan-bahan yang diperlukan, baik pemesanan, pembuatan regensia dan koleksi isolat S. typhi beserta data klinis pasien. Optimasi teknik isolasi DNA genom, digesti menggunakan ensim restriksi dan teknik elektroforasis medan listrik berpulsasi.

Pada saat ini telah diperoleh hasil PFGE dari 25 isolat S. typhi yang di digesti dengan ensim restriksi XbaI. Hasil analisis menggunakan NTSYS-pc versi 1.80 menunjukan hubungan kekerabatan diantara 25 isolat S. typhi yang relatif tinggi, namun demikian, tampaknya tidak ditemukan korelasi antara tipe PFGE tertentu isolat S. typhi dengan manifestasi klinik pasien, dalam hal ini perubahan biokimiawi fungsi hati. Penelitian ini masih berjalan, digesti DNA genom S. typhi dengan ensim restriksi kedua yaitu AvrII sedang dalam proses pelaksanaan. Diharapkan hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk konfirmasi hasil analisis saat ini.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Objective: There are many factors that govern growth and resistant of Salmonella typhi. A study had reported that the use of sodium benzoate caused antibiotic resistant. However, no study has directly evaluated the effect of sodium benzoate exposure on S. typhi sensitivity to chloramphenicol. The aim of this study was to evaluate the resistance or sensitivity of S. typhi to chloramphenicol after sodium benzoate exposure. Methods: The study was conducted in seven groups: three treatment groups (sodium benzoate insensitive S. typhi+8 μg/mL, 16 μg/mL, and 32 μg/mL of chloramphenicol), three positive control groups (sodium benzoate sensitive S. typhi+8 μg/mL, 16 μg/mL, and 32 μg/mL of chloramphenicol), and one negative control groups (sodium benzoate sensitive S. typhi+0 μg/mL of chloramphenicol). The effect of sodium benzoate exposure to S. typhi sensitivity to chloramphenicol was measured after 24 hours. Spearman test was used to analyzed this association. Results: In this study, we found that the average S. typhi growth in the treatment groups (A, B, C) was 445 CFU/mL, 385 CFU/mL, and 171 CFU/mL, respectively. While in the positive control group (D, E, F) was not obtained any S. typhi growth. Average S. typhi growth in the negative control group was 430 CFU/mL. We found that sodium benzoate exposure inhibited S. typhi growth and affected S. typhi sensitivity to chloramphenicol (p<0.05). In addition, we found that 32 μg/mL chloramphenicol had the highest mean difference value, so this showed that the dose 32 μg/mL of chloramphenicol had the best effectiveness of various treatment groups (p<0.05). Conclusions: Sodium benzoate exposure can inhibit S. typhi growth and cause S. typhi resistant to chloramphenicol.;
Faculty of Medicine University of Syiah Kuala, 2016
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nurleny Sutanto
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian: Demam tifoid merupakan penyakit endemic di Indonesia. Salah satu masalah utama dalam penanggulangan penyakit ini adalah belum adanya cara diagnosis pemasti yang dapat diandalkan, terutama untuk pengelolaan penderita. Saat ini laboratorium Mikrobiologi FKUI sedang mengembangkan suatu cara diagnosis dengan menggunakan protein membran luar (PML) S.typhi. Untuk itu diperlukan PML dalam jumlah banyak, sehingga perlu dicari cara isolasi yang cepat,mudah dan efisien. Dicoba 2 cara isolasi yaitu menggunakan dapar Hepes dan dinatrium hidrofosfat (Na2HPO4). Kuman dikultur selama 18-24 jam dalam medium kaldu nutrien yang ditambahkan ekstrak ragi 0,2% dan glukosa 1,257 Dengan sentrifugasi 1400xg sus.pensi 1/1000 volume kuman dipanen pada -lase "late logarithmic" dan disonikasi. Pemisahan protein membran Iuar dan protein membran dalam dilakukan dengan sentrifugasi 100.000>:g, selanjutnya dilakukan elektroforesis pada SDS-PAGE untuk membandingkan profil proteinnya. Karakterisasi protein tersebut dilakukan dengan "Western blot". Hasil dan kesimpulan: Jumlah protein yang dihasilkan dengan menggunakan dapar Na2HPO4 rata-rata 0,084x10-7 ug per sel kuman,sedangkan ekstraksi dengan menggunakan dapar Hepes menghasi l kan protein rata--rata 0, 051X10-7 ug per sel kuman. Profil protein pada SDS-PAGE dapat dilihat dengan jelas pada konsentrasi protein 50 ug/ml untuk ekstraksi PML menggunakan dapar Hepes dan 30 ug/ml dengan Na2HPO4. Fraksinasi pada SDS-PAGE dengan kedua cara diatas memperlihatkan pita-pita protein dengan berat molekul antara 26-116 kDA dengan pita protein mayor terletak antara 36-38 kDa . Hasil "Western blot" menggunakan serum pasien tifoid dan serum kelinci yang telah diimunisasi kuman S.typhi menunjukkan adanya reaktivitas yang kuat dengan protein 38 kDa. Tidak ditemukan reaksi silang dengan serum kelinci yang diimmunisasi dengan kuman S.paratyphi A atau B. Dari hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa isolasi PML dengan menggunakan dapar Na.2HP04 lebih cepat,mudah dan praktis karena prosedurnya lebih singkat. Selain itu ektraksi cara ini lebih efisien dare pada cara Hepes karena jumlah protein yang diperoleh lebih banyak, dan dibLLtuhkan jumlah yang lebih sedikit.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ucca Ratulangi Widitha
Abstrak :

Latar Belakang: Peningkatan jumlah bakteri Salmonella Typhi dengan resistensi terhadap antibiotik lini pertama menjadi beban ganda bagi negara berkembang di Asia termasuk Indonesia sehingga diperlukan antibiotik alternatif untuk menghadapinya. Daun Carica papaya memiliki komponen-komponen antibiotik sehingga berpotensi menjadi antibiotik alternatif.

Metode: Pada penelitian ini dilakukan uji eksperimental dengan ekstraksi daun C.papaya dengan pengenceran menjadi 4 konsentrasi; 100 mg/ml, 75 mg/ml, 50 mg/ml, dan 25 mg/ml. Tiap konsentrasi diuji aktivitas antibakteri terhadap Salmonella Typhi dengan metode difusi cakram dan uji konfirmasi dengan metode broth dilution. Diameter zona inhibisi pertumbuhan bakteri dengan metode difusi cakram diukur kemudian dianalisis

Hasil: Hasil dari penelitian difusi cakram tidak membuktikan adanya aktivitas antibiotik dari ekstrak daun C.papaya terhadap Salmonella Typhi sementara uji konfirmasi dengan metode broth dilution membuktikan adanya aktivitas antibakteri oleh keempat konsentrasi ekstrak terhadap Salmonella Typhi.

Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak daun C.papaya memiliki aktivitas antibakteri terhadap Salmonella Typhi


Background: Increasing incidence of resistant Salmonella Typhi strain towards first-line antibiotics has become a high burden in Asia’s developing countries including Indonesia impacting the need of an alternate antibiotic. Carica papaya leaves extract contain antibiotic components making it a potential alternative antibiotic.

Methods: This experimental research uses extraction of the C.papaya leaves with dilution into 4 concentrations; 100 mg/ml, 75 mg/ml, 50 mg/ml, and 25 mg/ml. Each concentration undergo antimicrobial susceptibility testing towards Salmonella Typhi with disc diffusion method and confirmatory test with broth dilution method. Diameter of inhibition zone of Salmonella Typhi bacterial growth in disc diffusion method will be measured and analyzed.

Results: Results show that the disc diffusion method was not able to prove the antibacterial activity of C.papaya leaves extract against Salmonella Typhi while the confirmatory test with broth dilution method has successfully proven antibacterial activity of the four extract concentrations towards Salmonella Typhi.

Conclusion: This research concluded that Carica papaya leaves extract has antibacterial activity towards Salmonella Typhi.

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahdi Dewin Marzaini
Abstrak :
Salmonella typhi merupakan etiologi dari demam tifoid dan Shigella flexneri merupakan etiologi dari shigellosis. Kedua bakteri ini menginfeksi manusia melalui jalur fekal-oral dan menginvasi sistem gastrointestinal. Penyebab tersering dari terjadinya infeksi ini adalah konsumsi makanan yang tidak higienis. Infeksi bakteri ini umumnya terjadi di negara berkembang. Bakteri ini sudah mengalami peningkatan resistensi antibiotik, karena itu penemuan antibiotik baru sangat diperlukan. Salah satu substansi yang berpotensi sebagai antibiotik baru adalah senyawa X. Dalam penelitian ini, senyawa X diujikan kepada kedua bakteri tersebut dengan menggunakan metode disk diffusion testing. Bakteri dibagi menjadi 9 kelompok sesuai dengan jenis intervensinya, yaitu akuades, alkohol 98% sebagai kontrol, dan 7 jenis senyawa X berkonsentrasi 2 - 128 mg/l. Masing-masing kelompok berjumlah 3 sampel. Hasil penelitian berupa diameter hambatan pertumbuhan bakteri tersebut. Uji Post-Hoc pada Salmonella typhi menunjukkan bahwa senyawa X mampu menghambat pertumbuhan (p = 0,000 - 0,002) namun tidak terdapat perbedaan antara intervensi senyawa X dengan berbagai konsentrasinya (p = 0,191 - 0,982). Uji Kruskal-Wallis pada Shigella flexneri antara seluruh jenis intervensi menunjukkan bahwa senyawa X tidak mampu menghambat pertumbuhan dan tidak terdapat perbedaan antara intervensi senyawa X yang berlainan konsentrasi (p = 0,185).
Salmonella typhi and Shigella flexneri are the etiology of typhoid fever and shigellosis respectively. Both infect humans via the fecal-oral route, invade the gastrointestinal system, and are common in developing countries. Antibiotic resistance of these bacteria has been increased. One substance that is potential as a new antibiotic is substance X. In this study, substance X is tested on both bacteria using the disk diffusion testing. Bacteria are divided into 9 groups according to the type of intervention, namely distilled water, 98% alcohol as a control, and 7 types substance X (2-128 mg/l). Each group consists of 3 samples. The results are the diameters of bacterial growth inhibition. Post-Hoc test on Salmonella typhi shows that substance X is able to inhibit growth (p = 0.000 to 0.002) but there were no differences between the interventions of substance X with various concentrations (p = 0.191 to 0.982). Kruskal-Wallis test in Shigella flexneri between all types of interventions shows that substance X is not able to inhibit the growth and there are no differences between the intervention of substance X with various concentrations (p = 0.185).
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Najma Azizah
Abstrak :
Salmonella typhi adalah bakteri penyebab demam tifoid, yaitu penyakit yang dapat menyebabkan demam tifoid penyakit yang mengancam jiwa yang sering ditemukan di negara berkembang. Penampilan Salmonella typhi yang kebal antibiotik telah mengganggu efektivitas antibiotik digunakan sebagai obat demam tifoid. Syzygium aromaticum adalah rempah-rempah yang dikenal sebagai salah satu obat tradisional dan terbukti khasiatnya antibakteri terhadap bakteri yang menyebar melalui makanan, salah satunya adalah Salmonella typhi. Bunga cengkeh diekstraksi dengan etanol menggunakan metode kelelahan. Selanjutnya, ekstrak diencerkan menjadi empat konsentrasi yang berbeda (200 mg/ml, 100 mg/ml, 50 mg/ml, 25 mg/ml) untuk diuji terhadap bakteri Salmonella typhi menggunakan metode difusi cakram. Diameter zona hambatan kemudian diukur. Data dianalisis menggunakan One-Way ANOVA dan Uji Post-Hoc Tamhane. Uji konfirmasi dilakukan dengan menggunakan metode pengenceran cair. Dari percobaan ini, tidak ada zona hambat dari empat konsentrasi ekstrak yang berbeda terhadap pertumbuhan Salmonella typhi. Kesimpulannya, ekstrak bunga cengkeh tidak menghasilkan zona hambat pada kultur Salmonella typhi menggunakan metode difusi cakram. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh sifat ekstrak dan jenis/kondisi kertas cakram yang digunakan digunakan untuk proses difusi senyawa antibakteri dalam ekstrak ke dalam medium yang seperti itu.
Salmonella typhi is the bacteria that causes typhoid fever, a disease that can cause typhoid fever, a life-threatening disease that is often found in developing countries. The appearance of antibiotic-resistant Salmonella typhi has interfered with the effectiveness of antibiotics used as typhoid fever drugs. Syzygium aromaticum is a spice that is known as a traditional medicine and has proven antibacterial properties against bacteria that spread through food, one of which is Salmonella typhi. Clove flowers were extracted with ethanol using the fatigue method. Next, the extract was diluted into four different concentrations (200 mg/ml, 100 mg/ml, 50 mg/ml, 25 mg/ml) to be tested against bacteria. Salmonella typhi using disc diffusion method. Zone diameter resistance is then measured. Data were analyzed using One-Way ANOVA and Tamhane Post-Hoc Test. Confirmation test was carried out using the liquid dilution method. From this experiment, there was no inhibition zone of four different extract concentrations on the growth of Salmonella typhi. In conclusion, clove flower extract did not produce a zone of inhibition in Salmonella typhi culture using the disc diffusion method. This can be caused by the effect of the nature of the extract and the type/condition of the disc paper used used for the process of diffusion of antibacterial compounds in the extract into such a medium.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library