Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ramadhani Ilmi Amanah
Abstrak :
Tanaman sawi (Brassica juncea) merupakan tanaman yang rentan terhadap cekaman genangan sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan toleransinya. Pemberian asam salisilat secara eksogen dengan tepat dianggap mampu untuk meningkatkan toleransi tanaman pada cekaman genangan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh waktu pemberian asam salisilat terhadap pertumbuhan dan aktivitas antioksidan tanaman sawi pada cekaman genangan. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu rancangan acak kelompok dengan empat perlakuan yaitu kontrol, genangan, genangan + asam salisilat 0,5 mM (dua hari sebelum perlakuan genangan), dan genangan + asam salisilat 0,5 mM (bersamaan dengan perlakuan genangan). Perlakuan genangan diberikan pada 45 HST selama tiga hari kemudian dilakukan pemulihan selama tujuh hari. Parameter yang diukur yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan aktivitas antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian asam salisilat dua hari sebelum genangan (43 HST) dapat meningkatkan perubahan tinggi tanaman dan jumlah daun, serta aktivitas antioksidan, sedangkan pemberian asam salisilat bersamaan dengan genangan hanya dapat meningkatkan perubahan jumlah daun dan aktivitas antioksidan pasca genangan. Namun, peningkatan tersebut tidak berbeda nyata secara statistik dengan perlakuan genangan tanpa pemberian asam salisilat. Pada fase pemulihan, pemberian asam salisilat baik dua hari sebelum maupun bersamaan dengan genangan belum menunjukkan dampak yang positif terhadap perubahan tinggi tanaman dan jumlah daun, serta aktivitas antioksidan. ......Mustard (Brassica juncea) is susceptible to waterlogging stress, special method is needed to increase their tolerance. Proper application of exogenous salicylic acid can increase plant tolerance to waterlogging stress. The purpose of this study is to determine the effect of application timing of salicylic acid on growth and antioxidant activity of mustard on waterlogging stress. The experimental design used was a randomized block design with four treatments; control, waterlogging, waterlogging + salicylic acid 0,5 mM (two days before waterlogging), and waterlogging + salicylic acid 0,5 mM (simultaneously with waterlogging). Waterlogging treatment was given in 45 DAP for three days then recovery was carried out for seven days. Parameters measured were plant height, number of leaves, and antioxidant activity. The results showed that application of salicylic acid two days before waterlogging (43 DAP) increased changes in plant height and number of leaves, and antioxidant activity, while application of salicylic acid simultaneously with waterlogging only increased changes in leaf number and antioxidant activity after waterlogging. However, this increase was not statistically significantly different from the waterlogging treatment without application of salicylic acid. In the recovery phase, application of salicylic acid didn’t show a positive effect on changes in plant height and number of leaves, and antioxidant activity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priscilla Ardianto
Abstrak :
Latar belakang: Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker terbanyak pada wanita. Studi terdahulu telah mendemonstrasikan hubungan antara proses inflamasi yang dimediasi oleh COX-2 dengan proliferasi sel kanker. Asam salisilat telah diteliti dan berpotensi untuk menjadi terapi antikanker karena dapat menghambat enzim COX. Tujuan: Penelitian ini diadakan untuk menilai dan membandingkan efek derivat asam salisat teralkilasi terhadap proliferasi sel kanker serviks HeLa. Metode: Derivat asam salisilat teralkilasi disintesis dengan mereaksikan asam salisilat dan n-alkohol menggunakan teknik esterifikasi Steglich. Sifat fisika dan kimia produk reaksi ditentukan dengan observasi, melting point apparatus, dan pelarutan dalam air. Produk reaksi dianalisa menggunakan teknik kromatografi lapis tipis. Derivat asam salisilat teralkilasi diuji menggunakan teknik MTT untuk mengetahui persentase inhibisi dan nilai IC50 terhadap sel HeLa. Nilai IC50 tersebut dibandingkan dengan nilai IC50 senyawa awal asam salisilat. Hasil: Profil kromatografi lapis tipis dari asam salisilat teralkilasi menggunakan eluen non-polar (n-heksana:etil asetat = 4:1) adalah: metil salisilat (Rf=0.75), etil salisilat (Rf=0.78), butil salisilat (Rf=0.90), isoamil salisilat (Rf=0.95), dan oktil salisilat (Rf= 0.81). Hasil uji MTT menunjukan bahwa baik asam salisilat maupun derivat teralkilasinya menunjukan aktifitas sitotoksik terhadap sel HeLa. Diskusi: Semua derivat asam salisilat teralkilasi yang diuji memiliki efek anti-proliferatif yang lebih baik dari senyawa awal asam salisilat. Namun, efek tersebut tidak sebaik efek proliferatif dari obat anti-kanker doxorubicin. Panjang rantai alkil tidak mempengaruhi efek anti-proliferatif. Butil salisilat memiliki efek anti-proliferatif yang terbaik dibandingkan dengan derivat asam salisilat teralkilasi lainnya. Kesimpulan: Asam salisilat teralkilasi, terutama butil salisilat, memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat antikanker serviks. ......Background: Cervical cancer is one of the most frequently found cancer in women. Various studies have demonstrated the correlation between inflammation mediated by COX-2 enzyme and cancer proliferation. Salicylic acid has been studied for its anti-cancer properties due to its ability in inhibiting COX enzymes. Purpose: This research was conducted to observe and compare the effects of alkylated salicylic acid derivatives on the proliferation of cervical cancer HeLa cell. Methods: Alkylated salicylic acid was synthesized by reacting salicylic acid with n-alcohol through Steglich esterification. Its products’ physical and chemical properties were determined by observation, meting point apparatus, and dissolving them in water. The products of reaction were analysed by thin layer chromatography. Alkylated derivatives of salicylic acid were tested using MTT assay to determine their percentage inhibition and IC50 value against HeLa cell. IC50 values were compared with the IC50 value of salicylic acid. Result: The thin layer chromatography profile for alkylated salicylic acids using non-polar eluent (n-hexane : ethyl acetate = 4 :1 ) are as: methyl salicylate (Rf=0.75), ethyl salicylate (Rf=0.78), butyl salicylate (Rf=0.90), isoamyl salicylate (Rf=0.95), and octyl salicylate (Rf=0.81). The MTT result shows that both salicylic acid and its alkylated derivatives showed cytotoxic activity. Discussion: All alkylated derivatives of salicylic acid has better anti-proliferative activity compared to salicylic acid, however those properties were lacking compared to established anti-cancer drug doxorubicin. The length of alkyl chain was not related with anti-proliferative activity. Out of all alkylated salicylic acid derivatives, butyl salicylate had the best anti-proliferative activity
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Divina
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sitotoksisitas alkil asam salisilat terhadap sel kanker T47D. Senyawa yang diuji adalah metil salisilat, etil salisilat, butil salisilat, isoamil salisilat, dan oktil salisilat. Kromatografi lapis tipis dilakukan terhadap senyawa uji dan uji MTT terhadap sel kanker T47D dilakukan untuk mengetahui laju inhibisi sel kanker dan nilai IC50. Berdasarkan uji MTT, terlihat bahwa efek sitotoksisitas meningkat seiring penambahan konsentrasi. Nilai IC50 turunan asam salisilat menunjukkan efek sitotoksisitas yang signifikan (p<0,05) bila dibandingkan dengan IC50 asam salisilat kecuali oktil salisilat. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan gugus alkil memberikan efek sitotoksisitas yang lebih signifikan karena adanya peningkatan afinitas. Hasil ini didapatkan dari nilai IC50 turunan asam salisilat yang lebih rendah dibandingkan asam salisilat. Efek sitotoksisitas ini dikarenakan inhibisi COX-2 yang ditemukan meningkat pada kanker payudara. ......This research aim is to analyse the cytotoxicity effect of alkylated salicylic acid towards breast cancer cells T47D. Samples used are methyl salicylate, ethyl salicylate, butyl salicylate, isoamyl salicylate, and octyl salicylate. Thin layer chromatography was done to samples and MTT test was done against T47D cancer cells to obtain cancer cell growth and IC50 value. Based on MTT result, there was shown an increase of cytotoxicity effect with higher concentration. IC50 value of alkylated salicylic acid showed more significant cytotoxicity effect (p<0,05) when compared to IC50 value of salicylic acid, except octyl salicylate. This shows that addition of alkyl group enhances cytotoxicity effect of salicylic acid due to increase of affinity. The IC50 value of alkylated salicylic acid showed lower results compared to salicylic acid. This cytotoxicity effect is due to inhibition of COX-2 which has been shown to increase in breast cancers.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Asam salisilat dan asam benzoat adalah zat aktif yang keduanya secara bersama sering digunakan dalam sediaan larutan topikal sebagai anti jamur lokal. Pemeriksaan kadar kedua zat dalam sediaan tersebut perlu dilakukan dengan metode analisis yang dapat memenuhi akurasi dan presisi yang dapat memenuhi persyaratan dengan biaya yang relatif rendah. Salah satu metode analisis yang mungkin dapat digunakan adalah spektrofotometri derivatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimal untuk penetapan kadar asam salisilat dan asam benzoat dalam sediaan larutan topikal yang mengandung povidon iodum secara spektrofotometri derivatif serta menguji validitasnya. Pada sediaan tersebut, povidon iodum direaksikan terlebih dahulu dengan natrium thiosulfat, kemudian asam salisilat dan asam benzoat masing-masing diukur serapannya pada panjang gelombang 258.9 nm dan 272 nm (derivatif pertama). Dari hasil uji perolehan kembali menunjukkan bahwa metode spektrofotometri derivatif memenuhi syarat akurasi dan presisi sehingga dapat digunakan untuk penetapan kadar asam salisilat dan asam benzoat dalam campuran keduanya dalam sediaan larutan topikal.
Universitas Indonesia, 2009
S32929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Putri Septiyani
Abstrak :
Keterbatasan lahan dan kualitas panen menjadi masalah yang dihadapi oleh pembudidaya selada merah (Lactuca sativa var. crispa L.). Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan sistem hidroponik Nutrient Film Technique (NFT) dan penggunaan elisitor berupa asam salisilat. Asam salisilat berpotensi digunakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dari tanaman selada merah yang ditumbuhkan pada sistem hidroponik NFT. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian asam salisilat terhadap pertumbuhan dan organoleptik selada merah. Perlakuan asam salisilat (0, 50 dan 100 ppm) diberikan dengan cara disemprotkan pada tiga plot tanaman dengan sembilan ulangan. Penyemprotan dilakukan selama tiga periode (31, 32 dan 37 Hari Setelah Tanam). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah daun, kandungan klorofil relatif, berat segar dan berat kering dari selada merah. Akan tetapi, terdapat perbedaan signifikan pada perlakuan asam salisilat 100 ppm terhadap tinggi tanaman. Berdasarkan uji organoleptik, selada merah yang diberi perlakuan elisitor asam salisilat 100 ppm memiliki skor penampilan, rasa dan tekstur yang lebih baik. Terdapat indikasi pemberian asam salisilat kurang optimal terhadap pertumbuhan selada merah karena nilai kelembapan udara saat penelitian lebih rendah dibandingkan dengan nilai POD (Point of Deliquescence) dari asam salisilat yang dilarutkan. Selain itu, diduga asam salisilat tidak optimal diserap oleh daun karena berkaitan dengan umur fisiologis daun. ......Land limitation and harvest quality are problems faced by red lettuce (Lactuca sativa var. crispa L.) farmers. Nutrient Film Technique (NFT) hydroponic system and the use of salicylic acid as an elicitor are alternatives to solve the problems. The use of salicylic acid has the potential to increase the quantity and quality of red lettuce. This study aimed to examine the effect of salicylic acid on the growth and organoleptic of red lettuce. Three concentrations (0, 50, and 100 ppm) of salicylic acid were applied to three plots of plants with nine replications. Salicylic acid spraying was carried out at three time periods (31, 32, and 37 Days After Planting). The results showed that there was no significant difference in the number of leaves, total chlorophyll content, fresh and dry weight of red lettuce. However, there was a significant difference in plant’s height after foliar application with 100 ppm of salicylic acid. Organoleptic test showed the application of 100 ppm salicylic acid elicitor gave a higher score for the appearance, taste, and texture. There were indications that the effects of foliar application of salicylic acid was less than optimal for the growth of red lettuce because the humidity value was lower compared to the POD (Point of Deliquescence) value of the salicylic acid. In addition, there is a possibility that salicylic acid is not optimally absorbed by the leaves because it is related to the physiological age of the leaves.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murthy Mutmainah
Abstrak :
Latar Belakang: Prevalensi preeklamsia dalam kehamilan di Indonesia sebesar 7-10%, Asam asetilsalisilat yang mengandung senyawa aktif asam salisilat diketahui dapat mencegah terjadinya preeklamsia awitan dini terutama bila diberikan sebelum usia kehamilan 16 minggu. Tubuh memiliki asam salisilat natural yang didapatkan dari konsumsi sayuran yang mengandung asam salisilat. Asam salisilat merupakan senyawa aktif yang berperan sebagai anti inflamasi. Penelitian ini bertujuan menilai apakah kejadian preeklamsia dipengaruhi oleh kadar asam salisilat natural serum dan urin. Metode: Penelitian ini menggunakan disain case-control berpasangan. Subjek adalah pasien hamil dengan preeklamsia awitan dini (PEAD) dibandingkan dengan hamil normotensi 20-34 minggu terdiri atas 35 pasien/kelompok, preeklamsia awitan lambat (PEAL) dibandingkan dengan hamil normotensi 34-40 minggu terdiri atas 39 pasien/ kelompok. Pemeriksaan kadar asam salisilat (SA) dan asam salisilurat (SUA) dalam serum diperiksa dari sampel darah vena, kadar SA dan SUA urin diperiksa dari sampel urin sewaktu yang terkoreksi dengan kadar kreatinin urin, semuanya diperiksa menggunakan kromatografi. Seluruh subjek dilakukan wawancara FFQ (Food Frequent Questionnaire) untuk mengetahui asupan makanan selama hamil. Analisis statistik yangdigunakan adalah uji Mann Whitney . Hasil: Median usia kehamilan pasien PEAD adalah 31 minggu, kelompok normal adalah 30 minggu. Kadar SUA serum pada PEAD berbeda bermakna dibandingkan hamil normal dengan median 1,43 (min-max 0,001-9,32) vs 0,21 (0,002-15,78) nilai p<0,001. Kadar albumin pada PEAD berbeda bermakna dengan hamil normal median 3 (2,1 – 3,8) vs 3,7 (3,4-4,3) p<0,001. Kadar Asupan protein berbeda bermakna (13% vs 14%, p<0,001)Kadar serat pangan pada PEAD berbeda bermakna dibandingkan hamil normal (8 gram/hari vs 9,6 g/hari, p<0,001). Kadar SA dalam serum dan urin, SUA urin pada kelompok ini tidak berbeda bermakna. Median usia kehamilan PEAL dan normotensi adalah 37 minggu. Kadar SA serum dan urin dan SUA serum tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok. Kadar albumin pada PEAL berbeda bermakna dengan median (3 (2,4-3,6) vs 3,4 (2,9-4,1) p<0,001). Simpulan : Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar asam salisilat dan asam salisilurat pada serum dan urin pada kehamilan preeklamsia dan normotensi. Kelompok PEAD terdapat kadar SUA serum yang lebih tinggi dan berkorelasi dengan kadar albumin dan asupan protein yang rendah. Asupan serat pangan berhubungan dengan kejadian PEAD, tetapi tidak berhubungan dengan kadar asam salisilat dan asam salisilurat ......Background: The prevalence of preeclampsia in pregnancy in Indonesia is 7-10%. Acetylsalicylate which contains the active compound salicylic acid is known to prevent early onset preeclampsia, especially if given before 16 weeks of gestation. The body has natural salicylic acid which is obtained from the consumption of vegetables that contain salicylic acid. Salicylic acid is an active compound that acts as an anti-inflammatory. This study aims to assess whether the incidence of preeclampsia is influenced by the levels of natural salicylic acid in the blood and urine. Methods: : A matched case-control was adopted in this study. Subjects were pregnant patients with early onset preeclampsia (EOP) compared to normotensive pregnancies of 20-34 weeks consisting of 35 patients/group, late onset preeclampsia (LOP) compared with normotensive pregnancies of 34-40 weeks consisting of 39 patients/group. Examination of salicylic acid (SA) and salicylic acid (SUA) levels in serum was examined from venous blood samples, urine SA and SUA levels were examined from urine samples while corrected by urine creatinine levels, all were examined using chromatography. . To measure food intake during pregnancy, all subject were interviewed using the FFQ (Food Frequent Questionnaire). The Mann Whitney test was utilized in the statistical analysis. Objective: The goal of this study is to see if natural blood and urine levels of salicylic acid affect the risk of preeclampsia. Result :EOP subject had a median gestational age of 31 weeks, while normal group 30 wga. Serum SUA levels in EOP were considerably different from normal pregnant women, with a median of 1.43 (min-max 0.001-9.32) versus 0.21 (0.002-15.78) p value <0.001, while albumin levels in EOP were significantly different from normal pregnant women, with a median of 3 (2.1-3.8) vs. 3.7 (3.4-4.3) p<0.001, and protein intake significantly lower than normal (13 vs 14%, p<0,001).. Dietary fiber in EOP was significantly different compared to normal pregnancy (8 g/day vs 9.6 g/day, p<0.001) SA levels in serum and urin, as well as urine SUA, were not substantially different in this group. LOP and normotensive gestational age were both 37 weeks. The levels of SA and SUA in the serum and urine were not substantially different between the two groups. With a median of 3 (2.4-3.6) vs. 3.4, albumin levels in PEAL were substantially different (2.9-4.1). Conclusion: In preeclampsia and normotensive pregnancies, there was no significant difference in salicylic acid and salicyluric acid levels in blood and urine. The serum SUA levels in the EOP group were greater and associated with low albumin levels and low protein intake. Fiber intake was linked to the development of EOP, but not to salicylic acid levels or salicyluric acid levels.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library