Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Damar Swarno Dwipo
Abstrak :
Sistem pemberian hak desain industri di Indonesia menganut sistem oposisi (pengajuan keberatan). Hal ini terlihat dari Pasal 29 ayat (1) Undang-undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri yang menyatakan bahwa "Dalam hal tidak terdapat keberatan terhadap Permohonan hingga berakhirnya jangka waktu pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2), Direktorat Jenderal menerbitkan dan memberikan Sertifikat Desain Industri paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal berakhirnya jangka waktu tersebut". Pasal 29 ayat (1) Undang-undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri tersebut menyiratkan bahwa pemeriksaan substantif (substantive examination) guna memeriksa persyaratan "baru" yang ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri'tidak dilakukan bila pada masa pengumuman, tidak ada pihak yang mengajukan keberatan atau oposisi terhadap permohonan pendaftaran desain industri tersebut. Sistem pemberian hak desain industri yang dianut oleh Indonesia seperti tersebut di atas, dalam prakteknya ternyata kerap menirnbulkan masalah, karena banyak permohonan desain industri yang sesungguhnya merupakan desain industri yang telah umum digunakan di masyarakat atau dengan kata lain tidak memiliki aspek kebaruan tetap diberikan Hak Desain Industrinya. Hal tersebut di atas dapat terjadi karena sepanjang permohonan desain industri tersebut telah memenuhi kelengkapan persyaratan administratif permohonan dan dianggap patut untuk diumumkan serta dalam periode pengumumannya tidak ada pihak lain yang mengajukan keberatan, maka permohonan desain industri tersebut otomatis akan mendapatkan Hak Desain Industrinya, walaupun sesungguhnya permohonan desain industri tersebut tidak memiliki aspek kebaruan. Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, Pemerintah Republik Indonesia mengundangkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri. pada tanggal 04 Januari_ 2005, namun sesungguhnya ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri ini bertentangan dengan Undang-undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri itu sendiri.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18938
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nurul Huda
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan keselamatan kebakaran pada gedung Administrasi, Akademik dan Riset Pusat Studi Jepang serta gedung S Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Metodologi menggunakan desain studi observasional dengan pendekatan semi kuantitatif dan dibantu dengan software Computerized Fire Safety Evaluation System (CFSES) yang mengukur 12 parameter keselamatan yang mengacu pada NFPA 101A Guide on Alternative Approaches to Life Safety. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gedung Administrasi, Akademik dan Riset Pusat Studi Jepang serta gedung S Fakultas Teknik Universitas Indonesia belum memenuhi persyaratan minima l dari NFPA 101A. Pada gedung administrasi didapatkan nilai -2 untuk kontrol sebaran api, -3.1 untuk sistem jalan keluar dan -5.4 untuk keselamatan kebakaran umum. Gedung Akademik dan Riset mendapatkan nilai -1.57 untuk kontrol sebaran api, -3.1 untuk system jalan keluar dan -4.54 untuk keselamatan kebakaran umum. Pada gedung S SFTUI mendapatkan nilai -3.48 untuk control sebaran api, -8.65 untuk system jalan keluar dan -5.20 untuk keselamatan kebakaran umum. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah perlu adanya instalasi system proteksi berupa sprinkler, system alarm kebakaran dan hidran, menutup bukaan vertikal, pengaturan peletakan APAR yang sesuai dengan NFPA 10, pemasangan door closer pada tiap ruangan, penanda jalan keluar dan penerangan darurat, penentuan titik kumpul serta mengadakan pelatihan tanggap darurat secara rutin minimal 1 kali dalam setahun. ......This study aimed to evaluate the implementation of fire safety building at Administration, Academic and Research building of Center for Japanese Studies also S building Faculty of Engineering University of Indonesia. This study using the methodology of observational design with semi-quantitative approaches and supported by Computerized Fire Safety Evaluation System application which is measuring the 12 safety parameters that refers to NFPA 101A Guide on Alternative Apporaches to Life Safety. The results showed that the Administration, Academic and Research building of Center for Japanese Studies and also S building Faculty of Engineering University of Indonesia didn’t meet the minimum requirements in NFPA 101A: Life Safety Code. Administration building got scored -2 for fire control, -3.1 for egress and -5.4 for general fire safety. Academic and Research building got scored -1.57 for fire control, -3.1 for egress and -4.54 for general fire safety. S building got scored -3.48 for fire control, -8.65 for egress and -5.20 for general fire safety. Recommendation for those buildings are installation of fire protection system such as sprinkler, fire alarm system and hydrant, make sure to close all of the vertical opening, reorganize the fire extinguisher based on NFPA 10, add door closer for every single room, add the exit sign , emergency lamp, deciding the assembly point and also fire drilling at least once a year.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55914
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Anwar Sadat Faidar
Abstrak :
Dengan perkembangan ekosistem kendaraan elektrik yang semakin pesat, muncul kekhawatiran terhadap keamanan kelistrikan dari kendaraan elektrik. Kekhawatiran ini disebabkan oleh permasalahan yang ada pada kendaraan elektrik, yang tidak dapat digunakan sama sekali pada saat tidak sedang digunakan dalam waktu lama. Permasalahan ini disebabkan oleh sistem ringkat tegangan rendah, yang tidak tersedia pada saat kendaraan elektrik sedang berada pada kondisi tersebut. Selain itu muncul kekhawatiran atas penggunaan sistem tegangan tinggi yang ada pada kendaraan elektrik, yang dapat merusak dan berbahaya bagi manusia serta kendaraan elektrik itu sendiri Pada penelitian ini dirancang sebuah power distribution unit yang dapat disematkan sebuah algoritma yang dapat mendukung pengamanan atas ketersediaan energi listrik tingkat tegangan rendah. Serta penyaluran daya listrik bertegangan tinggi pada sistem kednaraan elektrik. Hasil riset ini menunjukkan bahwa algoritma yang dibuat dapat memberikan pengamanan terhadap ketersediaan energi listrik tingkat tegangan rendah, serta memastikan penyaluran daya listrik bertegangan tinggi dapat terlasalurkan dengan aman. Penyediaan sistem tegangan rendah, dilakukan dengan mengatur prosedur pengisian lead-acid battery. Sedangkan penyaluran tegangan tinggi, dilakukan dengan sistem buka tutup kontaktor berdasarkan pembacaan sensor tegangan yang ada pada PDU. Kendaraan tidak akan dapat digunakan apabila salah satu kondisi algoritma tidak terpenuhi, sehingga memastikan keselamatan kendaraan elektrik tetap terjaga. ......With the rapid development of the electric vehicle ecosystem, concerns have emerged regarding the electrical safety of electric vehicles. These concerns are caused by issues that render electric vehicles unusable when not in use for an extended period of time. This problem is attributed to the compact low-voltage system that is not available during such conditions. Additionally, there are concerns about the use of high-voltage systems in electric vehicles, which can be damaging and pose risks to both humans and the electric vehicles themselves. In this research, a power distribution unit is designed, which incorporates an algorithm to support the safety of low-voltage electrical energy availability and the distribution of high-voltage electrical power in the electric vehicle system. The research findings demonstrate that the developed algorithm provides safety measures for low-voltage electrical energy availability and ensures the safe distribution of high-voltage electrical power. The provision of the low voltage system is achieved by regulating the lead-acid battery charging procedure, while the high voltage distribution is carried out through the opening and closing of contactors based on the readings from voltage sensors in the power distribution unit (PDU). The electric vehicle will not be operable if any of the algorithm conditions are not met, thus ensuring the safety of the electric vehicle is maintained.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Raihan Umar
Abstrak :
Dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan manusia terhadap penggunaan mesin semakin meningkat dengan seiring berkembangnya teknologi untuk memudahkan kegitan sehari-hari. Salah satunya adalah stairlift. Stairlift merupakan teknologi transportasi untuk membantu dan memfasilitasi sebuah aktifitas bagi yang membutuhkan seperti lanjut usia dan disabilitas terutama untuk aktifitas naik dan turun tangga pada bangunan bertingkat. Dalam pembahasan topik ini difokuskan untuk membuat suatu konsep sistem keamanan pada stairlift yang dibuat oleh prof Danardono Agus Sumarsono, DEA. PE dan tim yang dimana jika rantai stairlift tersebut putus sistem akan membuat kursi stairlift tidak jatuh bebas. Dalam konsep safety pada stairlift ini digunakan alat fall arrester untuk mengantisipasi jika kursi stairlift jatuh bebas. Untuk menguji tingkat keselamatan sistem keselamatan dengan fall arrester, dilakukan simulasi kekuatan komponen dengan software Autodesk Inventor. Pengujian dilakukan dengan regulasi ASME.18.1. Hasil dari pengujian beban berupa deformasi maksimal, tegangan maksimal Von-Mises, dan faktor keselamatan. Hasil desain dan pengujian menunjukan bahwa konsep safety stairlift dengan fall arrester dapat di aplikasikan. Berdasarkan hasil simulasi faktor keselamatan pada komponen didalam fall arrester dengan jarak maksimum yaitu 4.83. Faktor keselamatan pada tali fall arrester dengan jarak maksimum yaitu 5.9. Faktor keselamatan pada komponen mounting dengan jarak maksimum sebesar 6.10, Pada desain assembly faktor keamanan dengan jarak maksimum yaitu 5.17. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep safety stairlift ini belum memenuhi regulasi ASME.18.1 namun apabila pemilihan material pada komponen fall arrester ditingkatkan sistem safety denga fall arrester ini dapat memenuhi standar regulasi ASME 18.1
n daily life, human needs for the use of machines are increasing significantly by following the development of technology. One of them is Stairlift. Stairlift is a transportation technology to support and facilitate for those who need - for instance elderly and disable people - to use stairs. This discussion aims to create a concept of a security system on a stairlift made by Prof. Danardono Agus Sumarsono, DEA. PE and the team that if the stairlift had a malfunction on its system, it will not fall freely. In the safety concept on this stairlift, a falling arrester tool is used to request if the stairlift seat falls freely. In order to test the safety level of the system by fall arresters, an evaluation of the strength of components should be conducted with Autodesk Inventor software. The testing has done by ASME testing.18.1. The results of the load testing are maximum deformation, maximum Von-Mises stress, and safety factors. The design and test results show the concept of a safety stairlift with a fall arrester can be applied. Based on the results of the simulation of the safety factor on the components inside the arrester fall with a maximum distance of 3.45. The safety factor on the arrester fall rope with a maximum distance of 5.9. The safety factor for mounting components with a maximum distance of 6.10, In the assembly design the safety factor with the maximum distance is 5.17. The safety concept of this stairlift does not meet ASME requirements.18.1 but approval of material selection on the components of the arrester fall Improves the safety of the system by falling the arrester can meet ASME 18.1 standard requirements.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananta Rina
Abstrak :
Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan jasa boga yang tinggi (31%) menjadi semakin penting dan perlu mendapat perhatian serius. Masyarakat yang semakin sadar menuntut jaminan mutu dan keamanan pangan yang semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan menilai penerapan Sistem Manajemen Mutu pa- da perusahaan jasa boga perusahaan yang diteliti. Metoda yang digunakan mengacu pada sistem manajemen PDCA ( Plan ? Do ? Check ? Action ), pe- nerapan Sistem Manajemen Mutu ( ISO 9001) dan Sistem Keamanan Pangan ( HACCP dan ISO 22000). Sistem tersebut mencakup unsur-unsur pengen- dalian bahaya potensial dan parameter kritis aktifitas penyediaan rantai makanan (food chain), kesesuaian produk dan jasa yang terintegrasi ke dalam kegiatan operasional suatu perusahan jasa boga. Prinsip-prinsip tersebut disusun dalam suatu model Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan ter- padu kegiatan penyediaan makanan perusahaan Jasa Boga. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa Sistem Manajemen Mutu perusahaan jasa boga pe- rusahaan yang diteliti telah diterapkan dalam proses penerimaan bahan baku, penyimpanan, produksi dan pelayanan. Penetapan dan pelaksanaan Hazard Analysis Critical Control Point pada proses penerimaan bahan baku, penyimpanan, produksi dan pelayanan belum diterapkan sesuai standar HACCP dan ISO 22000. Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan ( SM2KP) dapat diterapkan dengan efektif dan terpadu karena proses pengendalian yang di- lakukan sesuai standar yang dapat diterima, diterapkan dan sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan bisnis.

The high frequency of food poisoning outbreak in catering service (31%) become more important and need more attention. People become more aware to the food safety and demand for serious attention to the problem. The study objective is to evaluate the application of Quality Management System (QMS) in food catering service. The method used in this study referred to PDCA(Plan?Do?Check?Action), application of QMS (ISO 9001) and food safety system (HAC- CP and ISO 22000). The system includes components of potential hazard control and critical parameter of food chain supply, and the apropriateness of pro- duct and services integrated to operational activity of catering service. The study reveals that QMS has been implemented in materials procurement, storage, production, and service. However, HACCP and ISO 22000 had not been fully standardized in implementation. Control process is important to implement Food Safety and Quality Management Syatem (SM2KP) in an effective and integrated way.
2008
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Suharto
Abstrak :
Sistem Evaluasi Keamanan (Safety) Instalasi Pengolahan Gas Bumi ini merupakan sistem yang disusun untuk digunakan sebagai alat evaluasi tingkat keamanan instalasi pengolahan gas bumi. Tinjauan yang digunakan dalam sistem evaluasi ini diambil secara makro, dengah harapan dapat merangkum sistem secara menyeluruh. Pada sistem ini penilaian dilakukan atas 4 (empat) faktor utama yaitu :
1. Faktor instalasi.
2. Faktor Operasi dan Perawatan.
3. Faktor Korosi.
4. Faktor Lain. Dari masing-masing faktor tersebut selanjutnya diuraikan menjadi beberapa komponen yang masing-masing dianggap memiliki pengaruh terhadap tingkat keamanan instalasi. Evaluasi ini dilakukan dengan melakukan penilaian (skoring) terhadap masing-masing komponen sesuai dengan kondisinya. Semakin tinggi nilai yang diberikan berarti komponen dianggap semakin aman, dan sebaliknya semakin rendah nilai yang diberikan berarti komponen tersebut dianggap semakin tidak aman. Untuk lebih efektifnya penilaian, diharapkan team evaluasi terdiri dari personil yang telah memiliki pengalaman lapangan, sehingga selain memiliki kemampuan yang cukup juga memilikl sense yang baik terhadap obyek penilaian. Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui apakah instalasi dalam kondisi AMAN, CUKUP AMAN atau TIDAK AMAN berdasarkan nilai yang diperoleh. Batasan kriteria penilaian AMAN atau TIDAK untuk masing-masing komponen didasarkan pada batasan yang umum/lazim dipergunakan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikie Eliantho
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku aman awak kapal tunda PT. X yang beroperasi di anjungan lepas pantai area Balikpapan tahun 2004, dan merupakan studi yang bersifat kualitatif dengan variabel data bersifat kualitatif dan kuantitatif, yang kemudian dikuantitatifkan dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua awak kapal tunda PT. X yang beroperasi di anjungan lepas pantai area Balikpapan dengan jumlah keseluruhan responden sebanyak 86 orang. Analisis data menggunakan analisis statistik yaitu analisis univariat, dilanjutkan dengan analisis bivariat menggunakan uji signifikasi (chi-square), kemudian analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas awak kapal tunda (73 orangl 84.9%) mempunyai perilaku aman yang baik dalam menunjang keselamatan operasi harian. Berdasarkan uji signifikasi (chi-square) dan uji regresi logistik yang dilakukan terhadap dua belas variabel independen, diketahui bahwa faktor yang berkorelasi secara signifikan dengan perilaku aman awak kapal tunda PT. X adalah faktor masa kerja yang merupakan faktor internal. Masa kerja terbukti mempengaruhi perilaku aman awak kapal tunda PT. X sehingga untuk meningkatkan perilaku aman awak kapal tunda diperlukan adanya sistem pertukaran informasi/ pengalaman antara awak kapal senior atau awak kapal yang mempunyai masa kerjal pengalaman lebih lama kepada awak kapal baru (seperti pertemuan pagi harian, ramah tamah antara awak kapal yang libur dan personil darat bulanan/ perdua bulan, dan lain sebagainya sesuai kondisi operasional perusahaan), dan perlunya divisi HSE perusahaan bersama dengan personil darat lainnya untuk lebih aktif menginformasikan/ mengimplementasikan manual HSE sehingga timbul kesadaran awak kapal akan keutamaan keselamatan diatas kegiatan operasional atau kegiatan lainnya, karena hal ini juga didukung oleh pihak penyewa. Selain hal diatas perlu juga ditingkatkan dan digiatkan kegiatan pelatihan baik internal maupun eksternal dengan fasilitator perusahaan, dikarenakan keterbatasan penghasilan awak kapal, dan tanggungjawab perusahaan akan keselamatan dan peningkatan kemampuan/ pengetahuan awak kapal. Untuk peningkatan program pendidikan budaya keselamatan lainnya, bisa dilaksanakan propaganda melalui pamflet/ poster keselamatan, pencontohan penggunaan APD yang baik oleh personil darat, serta sosialisasi resikoresiko kecelakaan di kapal tunda yang mungkin terjadi. Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan rekomendasi dan masukan kepada PT. X untuk pembuatan program guna mengurangi angka kecelakaan pada umumnya, dan khususnya untuk meningkatkan sadar keselamatan melalui program sadar keselamatan yang akan dirancang.
This research is going to find factors influence safety attitude of crew tugboats PT. X that. operated on offshore platform Balikpapan area 2004, and constitute of qualitative study with qualitative and quantitative data variable, then made it quantitative with cross-sectional approach. Population in this research are all of the crew tugboats PT. X that operated on offshore Balikpapan with quantity of responden. 86 person. Data analysis using statistic analysis i.e univariate analysis, follow up by bivariate analysis with chi square test, then multivariate analysis using logistic regression test. Result of research show that majority of crew tugboats (73 person/ 84.9%) having good safety attitude for supporting daily safety operation. Basis chi square test and logistic regression test had done to twelve independence variables, result that related factor significant influence safety attitude of crew tugboats PT. X is working period, it's one of research internal factors. Working period proven tobe influence safety attitude of crew tugboats PT. X, and to improve safety attitude of crew tugboats need proper system information exchange/ experiences between senior crews or crews having morel longer experiences to junior crews (like daily morning meeting, monthly or bi-monthly conversable between off duty crews and onshore personnel, and etc asper company's operational condition), and HSE division with others onshore personnel need more active to inform/ implement HSE manual, enable develop safety awareness crew tugboats with safety priority upon operational activity or other activities, since this is also supported by the chatterer. Besides the above mentioned, need to improve and more active in training activities (internal or external) which facilitated by company, since limitedness of crews income, and company responsibility with safety and crew skill/ knowledge development. Other improvement safety culture program could be done by propaganda using safety pamphlet/ poster, proper utilizing PPE training by onshore personnel as sample, and also socialization with accident risks onboard that might be happened. Researcher hopefully this research could give proper recommendation and input to PT. X for developing one program aim to minimize incident rate (common purpose), and to improve safety awareness through safety awareness program that will be developed by the company (specific purpose).
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13146
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Sulistiyo
Abstrak :
Peneltian ini diawali dengan evaluasi produk stairlift yang telah dikembangkan sebelumnya. Evaluasi dilakukan dengan penilaian kesesuaian produk terhadap ASME A18.1. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan analisa tegangan dan defleksi guide rails stairlift. Hasil simulasi menunjukkan nilai tegangan yang didapat sebagian besar diatas nilai yang dipersyaratkan ASME A18.1 sebesar 100 MPa sehingga perlu dilakukan penguatan pada guide rails. Metode selanjutnya adalah mengembangan desain dan teknologi stairlift dengan meningkatkan kekuatan struktur guide rails dan merancang sistem keselamatan stairlift, sistem keselamatan yang dikembangkan adalah sistem pengeraman darurat untuk mencegah stairlift jatuh ketika mekanisme penggerak pada stairlift putus. Mekanisme penggerak stairlift menggunakan wire rope. Mekanisme ini dipilih karena kuat, mudah dipasang dan murah. Sistem keselamatan stairlift yang dikembangkan model locking dan slowdown. Hasil analisa tegangan pada guide rails menunjukkan nilai tegangan maksimum 87,5 MPa dan defleksi maksimum 0,17 mm. Nilai ini dibawah nilai tegangan dan defleksi maksimum yang disyaratkan ASME A18.1 yaitu 100 MPa dan 6 mm. Kemiringan stairlift pada saat pengujian adalah 450. Diameter wire rope untuk menahan beban stairlift minimal 3,97 mm. Kekerasan material brake pad yang digunakan adalah 55 HA. Uji struktur guide rails didapat nilai tegangan sebesar 114,97 MPa, dan defleksi 0,3 mm. Uji fungsi sistem pengereman dilakukan dengan memutus wire rope pada saat beban stairlift 210 kg, hasilnya stairlift berhenti dan tidak jatuh. ......This research begins with an evaluation of the stairlift that has been developed previously. Evaluation was conducted by evaluating the suitability of the product with ASME A18.1 standards. One of the steps taken is stress analysis and deflection of the guide rails stairlift. The simulation results show that the value of the stress obtained is mostly above the value required of ASME A18.1 it is 100 MPa, so it needs to be strengthened on the guide rails. The next method is to develop the design and technology of the stairlift in the with increasing the strength of the guide rails structure and designing a safety system for the stairlift. A safety system developed is an emergency braking system that will prevent the stairlift from falling when the driving mechanism on the stairlift is broken. The driving mechanism of the stairlift uses wire ropes. This mechanism was chosen because it is strong, easy to install, and inexpensive. The safety system of the stairlift is the emergency braking system locking and slowdown model. The stress analysis results on the guide rails show a maximum stress value is 87.5 MPa and a maximum deflection value is 0.17 mm. This value is still below the maximum stress and deflection are required by ASME A18.1 are 100 MPa and 6 mm. The inclination of the stairlift when testing is 450. The diameter of the wire rope to hold the load of the stairlift is a minimum of 3.97 mm. The hardness of the brake pad material is 55 HA. The test of the guide rails structure obtained a stress value is 114.97 Mpa, and a deflection value is 0.3 mm. The emergency braking system is a good function when tested by breaking the wire rope when the load of the stairlift about 210 kg, the stairlift stop, and not fall.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The Westinghouse AP1000 is a new design nuclear power plant which has implemented the concept of passive system. Even though a passive system may be more reliable than an active one, the possibility of the passive system to fail still exists. In line with this possibility, generic database have been used to study the reliability of the AP1000 passive safety system. However, since the used data are not specific to the AP1000, the results of the analysis will not show its real performance. This study proposes a fuzzy reliability approach to overcome this problem. The proposed fuzzy reliability approach utilizes the concept of failure possibility to qualitatively describe basic event likely occurences and membership functions of triangular fuzzy numbers to quantitatively represent qualitative failure possibilities. A case-based experiment on reliability study of the AP1000 passive safety system involved to mitigate a large break loss of collant accident is used to validate the feasibility of the proposed approach. By comparisons, probabilities of basic events generated by the proposed approach are very close to the ones which have been used by previous reliability studies. This can be observed from the small numbers of relative errors, i.e. between 0.004125 and 0.079635. These results confirm that the fuzzy reliability approach offers a more realistic technique to study the reliability of the AP1000 passive safety system without the need to engage to precise probability distributions of its components which are currently unavailable.
AIJ 40:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Reihan Muhammad Naser
Abstrak :
Pada negara berkembang seperti Indonesia, sektor konstruksi memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan sektor konstruksi dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Namun saat ini salah satu masalah yang mendesak untuk sektor konstruksi adalah keselamatan dan kesehatan. Keselamatan kerja merupakan perhatian utama sektor konstruksi, karena keselamatan kerja yang buruk rentan menimbulkan kecelakaan. Beberapa penelitian sebelumnya menyimpulkan implementasi ketentuan atau kebijakan merupakan salah satu upaya efektif mengurangi kecelakaan kerja. Dalam penelitian ini, dapat dilihat seberapa besar pengaruh penerapan sub element SMK3 PP 50 2012 pada proyek konstruksi dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Sehingga dengan melihat pengaruh penerapan dari setiap elemen SMK3 dapat dirumuskan berbagai strategi untuk meningkatkan implementasi dan kendala yang terdapat dalam implementasi SMK3 pada proyek konstruksi yang terkait dengan aspek kepemimpininan, kompetensi petugas K3 dan sistem yang diaplikasikan dalam penerapan SMK3.
In the developing countries such as Indonesia, the construction sector has an important role in economic growth. This is because the construction sector can provide jobs that can improve the welfare of people directly or indirectly. But this time one of the urgent issues for the construction sector is health and safety. Safety is the main concern in the construction sector, due to poor work safety prone to accidents. Several previous studies have concluded the implementation of its provisions or policies is an effort to effectively reduce workplace accidents. On this study, it can be seen that how big the effect of the sub elements SMK3 PP 50 2012 on the construction sector with analytic of descriptive method. Therefore by looking at the effect of applying SMK3 can be formulated various strategies to improve the implementation and constraints contained in SMK3 implementation in construction projects which are related with leadership aspec, competency of K3 workers and implementation of applying SMK3 system.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>