Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Zani Agusfar
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Angka kematian ibu AKI merupakan salah satu indikator kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan ibu. Untuk menurunkan AKI di Indonesia, kementerian kesehatan melaksanakan program PONED. Penelitian-penelitian terhadap puskesmas PONED menunjukkan pelaksanaan PONED masih belum sesuai standar kinerja PONED. AKI pada wilayah puskesmas PONED dengan layanan yang belum sesuai standar masih tinggi, padahal program PONED dilaksanakan sebagai salah satu upaya menurunkan AKI di Indonesia.Tujuan: Mengukur tingkat kepatuhan terhadap standar kinerja PONED pada puskesmas PONED yang berada di wilayah dengan AKI tinggi dan AKI rendah. Mengetahui kendala dalam pelaksanaan PONED.Metode: Mixed-method dengan embedded design. Penelitian kuantitatif menggunakan rancangan survei potong lintang untuk mendapatkan data tingkat kepatuhan terhadap standar kinerja PONED. Pengambilan data kualitatif melalui kuesioner yang diberikan kepada tim PONED dan kepala puskesmas dilakukan secara bersamaan dengan pengambilan data kuantitatif. Sampel adalah seluruh populasi puskesmas PONED di Jakarta Timur 10 puskesmas dan Jakarta Pusat 8 puskesmas . Data kuantitatif diolah dengan statistik deskriptif dan uji t untuk melihat perbedaan. Data kualitatif diolah dengan koding terbuka untuk menghasilkan kode dan kategori.Hasil: Dari 18 puskesmas, 1 sedang tidak menjalankan PONED dan dikeluarkan dari sampel penelitian. Jumlah sampel menjadi 9 puskesmas di Jakarta Timur AKI rendah dan 8 puskesmas di Jakarta Pusat AKI tinggi . Tingkat kepatuhan terhadap standar kinerja PONED pada puskesmas di Jakarta Pusat 72 secara bermakna lebih tinggi dari puskesmas di Jakarta Timur 72 64 , t=2,543, p= 0,022 . Kendala dalam pelaksanaan PONED: fasilitas fisik, perlengkapan, sumber daya manusia, manajemen dan kendala eksternal yang berhubungan dengan pelatihan lanjutan bagi tim PONED.Simpulan:Tingkat kepatuhan terhadap standar kinerja PONED pada puskesmas PONED di wilayah dengan AKI tinggi lebih tinggi dibandingkan di wilayah dengan AKI rendah, namun tingkat kepatuhan terhadap standar kinerja PONED pada kedua wilayah tergolong rendah. Kendala pelaksanaan PONED: fasilitas fisik, perlengkapan, sumber daya manusia, manajemen dan kendala eksternal.
ABSTRACT
Background Maternal mortality rate MMR is one of the indicator of quality and accessibility of health, especially in women. In order to lower the MMR, Indonesian Ministry of Health developed a safe motherhood program in the community health center called PONED. Studies about PONED rsquo s community health center showed that these community health centers were not yet provide the healthcare for mother and baby according to PONED rsquo s standards and the MMR in the area of these community health center were still high.Objective To measure the compliance of PONED rsquo s standards in PONED rsquo s community health center in the area of high and low mortality rate. To know the hindrance of PONED rsquo s implementation in PONED rsquo s community health center.Methods Mixed method with embedded design. Cross sectional studies for quantitative data performed along with the qualitative survey given to the PONED rsquo s team in each community health center. Sample of the study is the whole population of PONED rsquo s community health center in East Jakarta 10 and Central Jakarta 8 .Result 1 of 18 sample was excluded because of not performing PONED rsquo s care at the time of the study. Total sample were 9 in East Jakarta low MMR area and 8 in Central Jakarta high MMR area . Mean of PONED rsquo s standard index of community health center in Central Jakarta 72 is significantly higher t 2,543, p 0,022 than East Jakarta 64 , but both were below the expected standards.The hindrance of PONED rsquo s implementation in community health center are facilities, medicine, human resource, management and external hindrance related to continuing training for PONED rsquo s team.Conclusion The compliance of PONED rsquo s standards in PONED rsquo s community health center in the area of high MMR are higher than the compliance of PONED rsquo s standards in PONED rsquo s community health center in the area of low MMR, but both were below the expected standards. The hindrance of PONED rsquo s implementation in community health center are facilities, medicine, human resource, management and external hindrance related to continuing training for PONED rsquo s team.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
White, Ruth C.
Burlington: Mass. Jones & Bartlett Learning, 2016
362.198 2 WHI g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Putra
Abstrak :
Latar Belakang: Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi perhatian utama di Indonesia. Pilar Safe Motherhood oleh WHO, diterapkan untuk mengatasi masalah ini. Asuhan antenatal sangat penting, dan profesional perawatan kesehatan yang kompeten sangat penting untuk penyediaannya. Menilai kompetensi petugas layanan kesehatan sangat penting untuk memastikan asuhan antenatal yang berkualitas. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi asuhan antenatal dokter umum yang bekerja di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Jakarta dan untuk meningkatkan kompetensi mereka. Metode: Penelitian cross-sectional ini menilai kompetensi asuhan antenatal menggunakan kuesioner yang telah dikembangkan sebelumnya yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas. Kuesioner terdiri dari 22 pertanyaan yang dikategorikan ke dalam lima kelompok topik: layananasuhan antenatal terpadu, layanan terkait preeklampsia, rekomendasi nutrisi ibu hamil, USG dasar, dan persiapan persalinan. Hasil: Dari 98 peserta, hanya 8,2% yang menunjukkan kompetensi yang baik dalam pelayanan antenatal care secara keseluruhan. Secara spesifik, masing-masing 50%, 13,3%, 23,5%, 68,4%, dan 12,2% menunjukkan pengetahuan yang baik tentang layanan terpadu, layanan asuhan antenatal terkait preeklampsia berat, rekomendasi nutrisi untuk ibu hamil, USG dasar, dan persiapan persalinan. Uji chi-square yang dilakukan pada faktor sosiodemografi, pendidikan, dan pekerjaan menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan dengan kompetensi dan pengetahuan dokter umum dalam layanan asuhan antenatal secara keseluruhan. Kesimpulan: Pelayanan asuhan antenatal oleh dokter umum yang bekerja di Puskesmas di Jakarta perlu ditingkatkan. Program pemberdayaan direkomendasikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan asuhan antenatal. Penelitian di masa depan harus fokus pada program pelatihan yang disesuaikan untuk dokter umum dan metode penilaian alternatif untuk mengevaluasi keterampilan layanan asuhan antenatal. ......Introduction: Maternal Mortality Ratio (MMR) is a major concern in Indonesia. Initiatives, such as the Safe Motherhood pillar by WHO, are being implemented to address this issue. Antenatal care (ANC) is crucial, and competent healthcare professionals are vital for its provision. Assessing healthcare workers' competence is essential for ensuring quality ANC. Objective: This study aims to investigate the ANC competence of general practitioners working at Primary Health Care in Jakarta and to enhance their competence. Methods: This cross-sectional study assesses the ANC competency using a pre-developed questionnaire that had undergone a validity and reliability testing. The questionnaire consists of 22 questions categorized into five topic groups: integrated ANC services, preeclampsia- related services, recommendations for pregnant women's nutrition, basic ultrasound, and labor preparation. Results: Out of the 98 participants, only 8.2% demonstrated good competence in antenatal care services overall. Specifically, 50%, 13.3%, 23.5%, 68.4%, and 12.2% exhibited good knowledge regarding integrated services, ANC services related to severe preeclampsia, nutrition recommendations for pregnant women, basic ultrasound, and labor preparation, respectively. The chi-square tests conducted on sociodemographic, educational, and occupational factors revealed no significant relationships with the competence and knowledge of general practitioners in ANC services overall. Conclusion: ANC services by general practitioners working at Primary Health Care in Jakarta require improvement. An empowerment program is recommended to enhance ANC service quality. Future research should focus on tailored training programs for general practitioners and alternative assessment methods to evaluate ANC service skills.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliza Kaswendi
Abstrak :
Pelayanan antenatal merupakan salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian u di Indonesia. Pelayanan antenatal adalah memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Memanfaatkan pelayanan antenatal yang teratur yaitu minimal 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III (pola 1-1-2) bertujuan menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan sehat serta melahirkan bayi yang sehat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal, meliputi faktor-faktor umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, status ekonomi keluarga, biaya pelayanan antenatal, jarak rumah dan persepsi Desain penelitian menggunakan rancangan cross-sectional. Responden adalah ibu-ibu yang baru melahirkan dengan partus aterm sebanyak 100 orang di wilayah kerja Puskesmas Pulau Temiang. Hasil penelitian menunjukkan 40% teratur memanfaatkan pelayanan antenatal. Faktor pengetahuan, persepsi ibu, status ekonomi keluarga dan umur ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan pelayanan antenatal. Pengetahuan ibu merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal. ibu dengan pengetahuan tinggi 31,18 kali lebih teratur memanfaatkan pelayanan antenatal dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan rendah setelah dikontrol oleh faktor persepsi ibu, status ekonomi keluarga dan umur ibu. Untuk peningkatan pemanfaatan pelayanan antenatal yang teratur di Puskesmas Pulau Temiang, Dinas Kesehatan Kabupaten Tebo dan Puskesmas Pulau Temiang perlu menetapkan kegiatan Promosi Kesehatan sebagai program prioritas.
Antenatal care is one of the efforts to decrease Maternal Mortality Rate in Indonesia. Antenatal care is to examine condition of the mother and the fetus regularly completed with correction against identified deviation. The purpose of regular antenatal care utilization, which are minimum once in first trimester, once is second trimester, and twice in third trimester, is to keep the mother healthy during the pregnancy, giving birth, and parturition, so that she can give birth a healthy baby. The purpose of this research is to find out factors that are related with antenatal care utilization, namely age, education, occupation, knowledge, behavior, family economy status, antenatal care cost, house-distance, and mother's perception. Research design used cross-sectional arrangement The respondents are mothers who have just given birth with aterm partus 100 people in the work field Puskesmas (Public Health Center) Pulau Temiang. The result of the research indicates that 40% of the respondents use antenatal care regularly. Factor of knowledge, mother's perception, family economy status, and mother's age, has a meaningful relation with antenatal care utilization. Mother's knowledge is the most dominant factor related with antenatal care utilization. Mothers with high knowledge use antenatal care 31.18 times more regularly than those with low knowledge, controlled by factors of mother's perception, family economy status, and mother's age. In order to increase regular antenatal care utilization at Puskesmas Pulau Temiang, Dinas Kesehatan (Health Division) of Kabupaten Tebo and Puskesmas Pulau Temiang needs to hold health promotion activities as a priority program.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T3510
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atin Karjatin
Abstrak :
Angka kematian ibu di Kabupaten Garut didapatkan masih relatif tinggi demikian juga dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang masih rendah. Melihat kenyataan tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat faktor internal maupun eksternal pada ibu bersalin yang berhubungan dengan pemanfaatan penolong persalinan. Penelitian ini mengunakan pendekatan potong lintang dengan metode survei cepat yang berbasis masyarakat. Survey cepat ini memakai prosedur sampling dua tahap. Tahap pertama terpilih 30 kluster meialui cara probability proportional to size (pps) berdasarkan inforrnasi jumlah penduduk desa. Tahap kedua pemilihan sampel dengan memilih rumah yang terdekat dengan pusat desa, selanjutnya berputar seperti obat nyamuk. Besar sampel sebanyak 210 responden adalah ibu-ibu yang melahirkan pada tahun 2001. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2002, menggunakan kuesioner, dengan cara wawancara yang dibantu oleh petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Garut sebanyak 10 orang yang sudah mendapat pelatihan dari peneliti dan mempuyai pengalaman tentang survey cepat. Hasil penelitian memperlihatkan proporsi pemanfaatan penolong persalinan dengan tenaga kesehatan adalah sebesar 60% dengan estimasi selang 95% antara 53,82% - 66,18%. Pendidikan ibu dan persepsi terhadap penolong persalinan yang merupakan faktor internal pada ibu bersalin serta biaya persalinan yang termasuk faktor ekstenal berhubungan bermakna dengan pemanfaatan penolong persalinan. Persepsi terhadap penolong persalinan merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan penolong persalinan. Agar mendapatkan simpati dari masyarakat, penolong persalinan perlu memantapkan kerjasama dengan dukun bayi dan juga mengadopsi pengalaman dare kelebihan yang dimiliki dukun bayi. Hal ini perlu untuk memperbaiki persepsi negatif terhadap penolong persalinan yang selama ini ada di masyarakat. Dalam hal ini petugas juga harus berusaha meningkatkan kemampuannya dalam segi teknis maupun komunikasi. Bagi yang membutuhkan biaya untuk memanfaatkan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan terampil, perbaikan program yang sudah ada seperti JPKM taanpaknya sangat bermanfaat, selain itu masyarakat juga harus didorong untuk membentuk tabulin atau mekanisme lain yang diharapkan dapat membantu pelayanan kesehatan tersebut.
The death rate of mothers in the district of Garut is relatively at a high level of statistical data and that deliveries, supported by delivery team is quite minim. The mentioned report proposed to conduct a study of internal as well as external factors that prevents mothers from utilizing delivery supporters provided by the health institute. A cross sectional study was performed and followed a method of short term survey of community. This study was carried out according to two procedure sampling. The first step was to select 30 cluster in accordance with probability proportional to size (pps) of the rural population that had been informed, the second step was the selection of homes located closed to the center of the rural center and moved to the center. The number of the sample consisted of 210 mother respondents, experiencing delivery in the year 2001. Collecting the data took place on May 2002, using questioner forms and interviews guided by officials of the District Health Service Department of Garut, that were 10 in number. This study showed that 60% with interval between 53,82% to 66,18% benefited the support of attendants provided by health services. Mothers education, perception to delivery supporters and delivery bill were internal as well as external factors that may become hindrance to utilizing supporters available. Mother perception was the most significant variable of utilizing delivery supporters. Cooperative attitude of delivery supporters with traditional midwifery habits may became clues of willingness to utilize supporters delivery team members were suggested to adopt some experiences of traditional midwifes and advance their technical knowledge and communication activities. For those needing delivery bill of skill full supporters JPKM should extend its capacity of finding system and last of all the community should be motivated to have delivery insurance and other mechanism that may increase supportive measures to health services.
2001
T3640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Kartika
Abstrak :
Dewasa ini sekitar 45% kematian bayi terjadi pada bayi berumur kurang dari satu bulan, dan 20% kematian bayi tersebut disebabkan oleh Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Depkes, 1996). Dilihat dari segi kesehatan masyarakat BBLR turut berperan di dalam menentukan sukses tidaknya pembentukan generasi mendatang (Population Report, 1998), karena BBLR dapat mengakibatkan tumbuh kembang bayi dan anak terhambat, serta menimbulkan gangguan kesehatan pada bayi yang dilahirkan. Banyak upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko BBLR, antara lain dengan meningkatkan pelayanan antenatal care (ANC). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran terjadinya BBLR yang berhubungan dengan frekuensi ANC, pemberian vaksinasi tetanus toxoid, pemberian tablet besi, tinggi fundus uteri, berat badan ibu, tinggi badan ibu, tekanan darah ibu, umur ibu, pendidikan ibu, lingkar lengan atas ibu, kadar Hb ibu, paritas, jarak kehamilan, dan jenis kelamin bayi. Penelitian ini merupakan studi observasional dari data sekunder laporan data maternal perinatal dasar RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2000. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan sampel penelitian sebanyak 863 ibu yang melahirkan tunggal dan cukup umur selama tahun 2000. Analisis yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan uji chi square dan multi variat dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian BBLR dari 863 kelahiran tunggal dan cukup umur adalah sebanyak 53 kelahiran (6,1%), sedangkan kejadian BBLR dan total populasi yaitu dari 2684 kelahiran, termasuk tunggal, kembar prematur dan cukup umur, sebanyak 462 kelahiran (17,2%). Hasil penelitian univariat menunjukkan bahwa yang frekuensi ANCnya tidak adekuat sebesar 14,63%, tinggi fundus uteri yang tidak normal adalah sebesar 34,62%, tinggi badan kurang dari 145 cm sebesar 14,75%, tekanan darah tidak normal sebesar 12, 42%, paritas > 4 sebesar 8,9%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel tersebut dengan kejadian BBLR (p < 0,05), sedangkan variabeI vaksinasi tetanus toxoid, berat badan ibu, umur ibu, pendidikan ibu, LLA ibu, kadar Hb ibu, jarak kehamilan, dan jenis kelamin bayi tidak mempunyai hubungan yang bermakna.Variabel tablet tablet besi tidak dapat dianalisis karena datanya kurang bervariasi. Dari model regresi logistik diketahui ternyata variabel yang paling besar peranannya terhadap kejadian BBLR adalah frekuensi ANC, tinggi fundus uteri, dan tekanan darah ibu, sedangkan yang paling kuat hubungannya dengan kejadian BBLR adalah tinggi fundus uteri, dengan OR 15,46 ( CI 95 % ). Disarankan agar rumah sakit melakukan pemantauan yang ketat terhadap ibu yang terdeteksi mempunyai risiko BBLR, dan menyiapkan ruangan bersalin khusus dengan sarana yang lengkap untuk persalinan BBLR Untuk petugas lapangan atau penyuluh kesehatan, agar dapat menyebarluaskan informasi mengenai tanda-tanda yang menunjukkan BBLR, serta memberikan informasi mengenai penanganan kejadian BBLR Bagi praktisi kesehatan terutama bidan praktek swasta, agar dapat melakukan deteksi dini kejadian BBLR.
Nowadays about 45% infant mortality occurs to infant in the age less than 1 month, and 20% as stated above caused by low birth weight (LBW) (Depkes, 1996). From the view of public health, LBW has its role to determine the successful future generation formation (Population Report, 1998), because LBW can cause retardation to child growth, also can cause health birth infant problem. There are efforts had been done to reduce LBW risk, such as increase antenatal care (ANC). This research aim is to know the description LBW occurred which related to the frequency of ANC, tetanus toxoid vaccination, iron tablet distribution, fundus uteri height, mother's weight, mother's height, mother's blood pressure, mother's age, mother's education, mother's upper arm circumference, mother's Hemoglobin level, parity, interval of pregnancy, and infant gender. This research is observational study by secondary data analyzed. Secondary data is taken from the audit maternal prenatal dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung in year 2000. The design used in this study is cross sectional with 863 mothers who deliver single baby and mature during year 2000. The analysis of this research is using univariate, bivariate with chi square test and multivariate with logistic regression test. The research showed that from 863 single and mature births, 53 infants are LBW (6,1%), while L13W from total of population from 2684 births, including single, preterm twin and mature, are 462 births (17,2%). The result of univariate test showed that the inadequate ANC are 14,63%, abnormal fundus uteri height are 34,62%, less than 145 cm height are 14,75%, abnormal blood pressure are 12,42%, parity > 4 are 8,9%. The result of statistics analysis showed that there is meaningful relationship between stated variables with LBW (p< 0,005), while tetanus toxoid vaccination, mother's weight, mother's age, mother's education, mother's upper arm circumference, mother's hemoglobin content, spacing of pregnancy, and infant gender, are not related to LBW and the ferrum distribution cannot analyzed because the data is not representatives to analyzed. From the logistic regression is known that the determinant factor to LBW is ANC frequency, fundus uteri height, and mother's blood pressure. It is suggested that hospital carry out the tight supervision to LBW detected mother, and preparing special delivery room with fully equipped for LBW delivery. Health worker is hoped to spread out the information about the LBW symptom, also spread out the information about taking care of LBW. For the private health practitioners especially private midwife, it is necessary to detect LBW early, and refer immediately if there is no ability to deliver LBW infant.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T3639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lazwardi
Abstrak :
Angka kematian ibu akibat persalinan dan angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu sebesar 390 per 100.00 kelahiran hidup (SDKI, 1995). Angka kematian ibu akibat persalinan di Sumatera Barat sebesar 330 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi 47 per 1000 kelahiran hidup (BPS. 1998). Untuk menurunkan angka kematian ibu akibat persalinan dan angka kematian bayi, pemerintah menempuh salah satu cara yaitu dengan menempatkan tenaga profesional di desa yakni bidan. Keberadaan bidan di desa merupakan perpanjangan tangan dalam melaksanakan sebagian fungsi dari Puskesmas, khusus dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak. Dengan adanya bidan di desa, diharapkan masalah tingginva angka kematian ibu dan bayi akan dapat diatasi, Terwujudnya kondisi ini menunjukkan bahwa bidan di desa telah dimanfaatkan oleh masyarakat secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan bidan di desa yaitu faktor umur, pendidikan, sosial ekonomi, pengetahuan, sikap, keberadaan bidan, dorongan keluarga dan dukungan tokoh masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang (cross sectional) dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Responden dan informan dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai anak umur kurang dari satu tahun dan tokoh masyarakat. Analisis data dilakukan dengan uji kai kuadrat dan analisis multivariat regresi logistik, sedangkan analisis secara kualitatif dilakukan dengan analisis isi. Dari hasil pengolahan data diperoleh informasi bahwa pemanfaatan bidan di desa adalah sebesar 40,4%. Dari delapan variabel yang dipelajari ternyata hanya dua variabel yang mempunyai hubungan secara bermakna terhadap pemanfaatan bidan di desa. Kedua variabel tersebut adalah variabel sikap dan variabel keberadaan bidan. Hasil uji regresi logistik dan uji interaksi menggambarkan bahwa variabel sikap dan variabel keberadaan bidan mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan bidan di desa dan kedua variabel tersebut tidak menunjukkan adanya interaksi. Dari hasil ini juga diperoleh bahwa ibu yang mempunyai sikap positif berpeluang memanfaatkan bidan di desa 43,71 kali lebih besar dibandingkan ibu-ibu yang mempunyai sikap negatif. Ibu-ibu yang menyatakan bidan selalu ada, berpeluang memanfaatkan bidan di desa 39,1 kali lebih besar dibandingkan ibu-ibu yang menyatakan bidan tidak selalu ada, (setelah dikontrol variabel sikap). Disimpulkan bahwa pemanfaatan bidan di desa berhubungan erat dengan lhktor sikap ibu dan keberadaan bidan itu sendiri. Dalam upaya meningkatkan pemanfaatan bidan desa perlu kiranya memperhatikan kedua faktor tersebut yaitu pembinaan dan pengawasan secara intensif terhadap keberadaan bidan melalui tokoh masyarakat serta pembinaan kepada masyarakat secara berkesinambungan, agar bidan di desa dapat dinianfaatkan secara optimal sesuai dengan azas profesionalisme melalui institusi kemasyarakatan yang ada.
Maternal mortality rate due to partus and infant mortality rate in Indonesia is still high around 390 per 100,000 live birth (SDKI, 1995). The maternity mortality rate due to partus in West Sumatra is 330 per 100,000 live births and infant mortality rate is 47 per 1.000 live births (BPS. 1998). In order to reduce the maternal mortality rate due to delivery the baby and infant mortality rate, the government has been taken the policy which is placing skilled personnel in the villages, its called midwives. The availability of midwives in the villages is aim to give services in implementing some Functions oldie community health center, especially the service for mother and child. With the availability of midwives in villages, it is expected that the high maternity and infant mortality rate can he overcome. Realization of such condition indicates that the midwives in villages have been utilized by the community in optimum way. This research is intended to obtain description regarding the factors related to utilization of midwives in villages namely age, education, social economy, knowledge, attitudes, availability of' midwives, encouragement of family and support from public figures. This- research is a cross-sectional design using quantitative and qualitative approach. The respondents and informants in this research are mothers who have child with the age less than one year and public figure. The quantitative data have analyzed by chi square test and logistic multivariate analysis, further more the qualitative data have analyzed by using contains analysis method. Information is obtained from the result of data processing that utilization of midwives in villages is 40.4%. From 8 variables studied it turned out those only-two variables that have significant relationship with utilization of midwives in villages. Both variables are attitudes and availability of the midwives. The result of Logistic Regression and Interaction Test indicate that the variable of attitude and midwives availability have significant relationship with the utilization of midwives in villages and the two variables do not show the existence of relationship. Mothers that have positive attitudes have greater chance to use the midwives in the villages 43,71 times greater compared to mother that have negative attitude means a mothers who stated there is always midwives .have the chance to use the midwives in the village 34,1 times greater compared to mothers stated that there is no midwives, it is concluded that utilization of midwives of midwives in villages has a close relationship with the attitude factor of the mothers and the availability of the midwives itself. In an effort to increase the utilization of village midwives, it is necessary that the two factors namely intensive supervision and control of the midwives availability through public figure and continuous supervision of the people, in order that the people in villages can take advantage the midwives in optimum way according to professionalism principle through the existing institutions.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Fitrianingsih
Abstrak :
Krisis ekonomi yang berlarut - larut telah menjadikan bangsa Indonesia berada pada kondisi yang kurang beruntung. Ketidak beruntungan lebih nyata pada kelompok rawan yaitu ibu dan balita. Dari dampak indikator program telah menujukkan bukti yang nyata yaitu menurunnya Indeks Pembangunan Manusia / IPM . angka kematian Ibu sebagai salah satu bagian dari indikator utama sektor kesehatan juga menunjukkan trend penurunan yang sama. Berbagai program telah dicanangkan oleh pemerintah untuk melakukan upaya akselerasi penurunan kematian ibu. Gerakan Sayang Ibu , kemudian disusul dengan Gerakan Pita Putih adalah bentuk -bentuk program yang bertujuan menggalang kepedulian lintas sektor. Dalam skala internasional gaung menyelarnatkan ibu bersalin telah sangat kuat. Program safe motherhood adalah program yang memiliki tujuan penurunan kematian ibu. Terdapat 4 pilar strategis yang mendukung program ini, yaitu Keluarga berencana , ante natal care , persalinan yang normal serta rujukan obstetri. Program ini secara ekonomi telah dianggap sebagai progrram yang cost efektif dalam menurunkan kematian ibu. Program safe motherhood di kota Sukabumi memberikan gambaran yang kurang menguntungkan terutama pada keluarga miskin. Cakupan K1 , K4 dan persalinan oleh tenaga kesehatan sangat rendah. Bahwa pelayanan untuk keluarga miskin adalah bagian dari public goods, maka diperlukan informasi biaya yang diperlukan untuk program ini . Oleh sebab itu penulis tertarik untuk menghitung berapa besarnya biaya program ini untuk keluarga miskin di kota Sukabumi yang dapat dilakukan di pelayanan kesehatan dasar. Pada penelitian ini penulis hanya akan menghitung pelayanan yang dapat dilakukan di PKM adalah pelayanan ANC dan persalinan dengan sampel pada PKM Lembursitu. Penelitian menggunakan metode alokasi biaya activity based costing. Yang akan secara menyeluruh menghitung biaya satuan pelayanan persalinan dan kunjungan Kl s/d K4. Dari angka yang diperoleh kemuadian dijadikan dasar untuk menghitung kebutuhan anggaran pelayanan safe motherhood . Hasil analisis menunjukkan bahwa, pelayanan ibu hamil keluarga miskin dengan menggunakan anggaran JPSBK mencukupi untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Biaya total yang diperlukan untuk pelayaan ANC dan persalinan Gakin di Kota Sukabumi sebesar Rp 43.156.050,﷓ Secara garis besar hasil dari penelitian ini adalah bahwa diperlukan mekanisme yang memungkinkan akses gakin ke pelayanan kesehatan tidak mengalami kendala. Informasi yang jelas tentang hak hak gakin serta diikuti dengan peningkatan jumlah maupun kualitas bidan akan diharapkan mendorong keberhasilan program. Pada konteks biaya , dimana investasi dan gaji telah disediakan pemerintah , maka peningkatan kuaantitas obat penyediaan vaksin serta sarana skrining VDRL dapat menjadi usulan alokasi anggaran disamping anggaran rutin.
Prolonged economic crises has placed Indonesia in deprived condition. This condition is more obvious among the risk groups, that is, mother and child Indicators on program showed real evidence about impact of the very bad condition as reflected by decreased Human Development Index and Maternal Mortality Rate. Varied programs have been declared by government to accelerate the reduction of MMR. Mother Friendly Movement, followed by White Band Movement are amongst program aimed to improve the inepter sect oral awareness on the issue. Internationally, the initiative to save delivery mothers has been embarked quite loudly. Safe Motherhood Program is a program aimed to reduce maternal mortality_ There are four strategic pillars to support this program, these include family planning, antenatal care, normal delivery, and obstetric referral. Economically speaking, this program has been viewed as a cost-effective program in declining the maternal mortality. Safe Motherhood Program in Sukabumi city provided a not very good situation, particularly among poor families. Coverages of K1, K4, and delivery assisted by health personnel were very low. There is a need to reveal cost information needed by this program since service for poor families is a part of public goods_ Hence, in this study, cost for ANC and delivery in Lembursitu Community Health Center. This study used activity based costing allocation method which comprehensively calculated the unit cost of delivery care and K1 to K4 visits. The acquired figures was then used as a basis for calculating the safe motherhood budget. The analysis showed that pregnancy care for poor families using JPSBK budget was sufficient to provide a quality care. Total cost needed for ANC and delivery in Sukabumi City was Rp. 43 156 050,-. In general the study showed that there is a need to have a mechanism in which the access of poor families to get health care without constraints. Clear information about poor families' rights and followed by adequate quantity and quality of midwives will improve success of the program. In the cost context, where investment and salary are provided by government, it is suggested to allocate budget to increase vaccine stock and to provide facility of VDRL screening.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12704
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library