Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fahmi Achmad Saputra
Abstrak :
S-Allyl-Cysteine (SAC) adalah senyawa bioaktif pada black garlic. Senyawa S-Ally-Cysteine (SAC) pada black garlic (BG) dapat menghambat atau menurunkan angka Plasminogen Activated Inhibitor (PAI-1) pada pasien komorbid COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi terhadap kandungan SAC untuk suplemen kesehatan berbasis black garlic. Rekayasa proses peeling dilakukan di tahap awal dimana BG dilakukan ekstraksi tanpa melalui proses pengupasan. Butiran BG (dengan kulit) dilakukan penghancuran (proses milling) dilanjutkan dengan ekstraksi dengan pelarut air. Variabel ekstraksi yaitu rasio bahan baku BG terhadap pelarut air (1:1, 2:3, 1:2 w/v) serta suhu ekstraksi (30°C dan 60°C). Analisis SAC dilakukan dengan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC), dengan fase diam kolom Phenomenex Luna C18 dan fase gerak sodium asetat: metanol. Penentuan kondisi optimum ekstraksi dilakukan dengan metode Respons Surface Methodology (RSM). Kondisi optimum yang diperoleh adalah dengan rasio pelarut 1:2, suhu ekstraksi 60°C dan tanpa melalui proses pengupasan, sehingga didapatkan kandungan SAC optimal sebesar 306,27 ppm. Optimasi kandungan SAC diharapkan dapat memperbaiki kualitas ekstrak black garlic dan dapat sebagai cost reducing untuk proses produksi di skala industri. ......S-Allyl-Cysteine (SAC) is a bioactive compound in black garlic. It can inhibit or reduce the number of Plasminogen Activated Inhibitor (PAI-1) in COVID-19 patients with comorbidity. This study aims to optimize the SAC content and antioxidant activity of health supplements derived from black garlic (BG). In an early stage of modified peeling process, BG is extracted without undergoing a stripping process. Crushed BG cloves (with skin) are extracted with a water-based solvent and separated using centrifugation. Extraction variables included the ratio of garlic with solvent (1:1, 2:3, 1:2 w/v) and extraction temperature (30°C and 60°C). SAC analysis was performed using High Performance Liquid Chromatography (HPLC), using stationary phase: Phenomenex Luna column C18, and mobile phase: sodium acetate: methanol. Response surace methodology (RSM) was applied in this study to obtain the optimum process condition. The optimum extraction condition from this study are the ratio of garlic to solvent at 1:2, extraction temperature of 60°C and without undergoing a peeling process, which optimum SAC content reached 306,27 ppm. The enhancement of SAC content is anticipated to improve the quality of black garlic extract and can be used to reduce the cost of industrial production process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranya Andjani Khairunnisa Johan
Abstrak :
Proses industri banyak melibatkan penggunaan coupled tank, salah satu proses yang dilakukan adalah pengendalian ketinggian cairan. Pada penelitian ini dilakukan pengendalian ketinggian air pada sistem coupled tank menggunakan Reinforcement Learning berbasis algoritma Soft Actor Critic (SAC) menggunakan MATLAB dan Simulink. Sebelum diimplementasikan ke dalam sistem coupled tank dilakukan serangkaian proses training pada algoritma SAC. Hasil dari proses training ini merupakan action dalam bentuk besar bukaan control valve. Kinerja pengendali dievaluasi menggunakan nilai rise time, settling time, overshoot, dan steady state error. Berdasarkan parameter ini, algoritma SAC dapat mengendalikan sistem dengan baik dengan rise time kurang dari 47 sekon, settling time kurang dari 62 sekon, overshoot dibawah 10%, dan steady state error kurang dari 1%. Ketika diberikan gangguan algoritma SAC dapat kembali ke keadaan stabil dalam waktu kurang dari 45 sekon. ......A lot of industrial processes utilize the use of coupled tanks, with one of the processes being liquid level control. In this study, Reinforcement Learning is implemented to control the water level in the coupled tank system using Soft Actor Critic (SAC) algorithm through MATLAB and Simulink. Before being implemented into the coupled tank system, the SAC algorithm went through a series of training processes. The result of this training process is an action in the form of adjusting control valve opening percentage. The controller performance is evaluated using parameters such as rise time, settling time, overshoot, and steady state error. Based on these parameters, the SAC algorithm manages to perform well in controlling the system with a rise time of less than 47 seconds, a settling time of less than 62 seconds, overshoot of less than 10%, and steady state error below 1%. When the system received a disturbance the SAC algorithm can return to a steady state in less than 45 seconds.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Angraini
Abstrak :
Advanced Encryption Standard (AES) adalah suatu standar algoritma block cipher yang digunakan sebagai penerapan dari kriptografi. Perkembangan serangan pada algoritma AES mendorong banyaknya penelitian terkait modifikasi pada algoritma AES dengan tujuan untuk meningkatkan keamanan pada algoritma tersebut serta untuk menghasilkan alternatif dari algoritma enkripsi yang dapat digunakan untuk mengamankan data. Pada penelitian ini, telah dilakukan modifikasi terhadap algoritma AES dengan mengganti S-box menggunakan perfect SAC S-box pada proses SubBytes dan menggunakan matriks MDS involutary yang merupakan matriks M0 Clefia pada proses Mixcolumn. Perfect SAC S-box memiliki nilai rata-rata SAC yang tepat 0,5. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa perfect SAC S-box memiliki hasil uji SAC yang lebih baik dengan nilai error terkecil sebesar 0,0469. Selanjutnya modifikasi AES dilakukan dengan menggunakan perfect SAC S-box dan matriks M0 Clefia. Hasil uji strict avalanche criterion (SAC) menggunakan variabel bebas kunci pada algoritma modifikasi AES round kedua memiliki nilai yang lebih baik dengan nilai error rata-rata sebesar 0,0002. Hasil uji avalanche weight distribution (AWD) menggunakan variabel bebas kunci dan plaintext pada algoritma modifikasi AES round kedua memiliki nilai yang lebih baik dengan nilai distorsi rata-rata sebesar 0,0371 dan 0,1529. Waktu kecepatan dekripsi pada modifikasi AES dengan 1.000.000 sampel memiliki waktu yang lebih cepat, yaitu 4,1690 seconds. Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, algoritma modifikasi AES memiliki ketahanan keamanan dan performa yang lebih baik dibandingkan dengan algoritma AES asli. ......Advanced Encryption Standard (AES) is a standard block cipher algorithm used as an implementation of cryptography. The development of attacks on the AES algorithm has encouraged a lot of research related to modifications to the AES algorithm with the aim of increasing the security of the algorithm and to produce alternatives to encryption algorithms that can be used to secure data. In this study, modifications have been made to AES by replacing the S-box using the perfect SAC S-box in the SubBytes process and using the involutary MDS matrix which is the M0 Clefia matrix in the Mixcolumn process. The Perfect SAC S-box has an exact SAC average value of 0.5. Results Based on the test, it was found that the perfect SAC S-box has a better SAC test result with the smallest error value of 0.0469. Furthermore, AES modification is carried out using the perfect SAC S-box and the M0 Clefia matrix. The results of the strict avalanche criteria (SAC) test using the key-independent variables in the second round of modified AES algorithm have an average error value of 0.0002. The results of the avalanche weight distribution (AWD) test using the key-independent variables and plaintext in the second round of modified AES algorithm have an average distortion value of 0.0371 and 0.1529. Decryption speed time on AES modification with 1,000,000 samples has a faster time, which is 4.1690 seconds. results Based on the tests, the modified AES algorithm has better performance and security resistance than the original AES algorithm
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah
Abstrak :
ABSTRAK
Teknologi Internet of Things (IoT) menjadi salah satu kebutuhan yang terus meningkat, dan tentunya memunculkan risiko dan tantangan keamanan informasi. Mengingat serangan terhadap perangkat IoT juga semakin meningkat, aspek keamanan menjadi bagian utama dalam implementasi IoT salah satunya adalah teknik kriptografi. Dari segi teknik kriptografi, lightweight cryptography dibutuhkan untuk memenuhi aspek keamanan informasi sekaligus didesain untuk diterapkan pada perangkat IoT. PRESENT merupakan salah satu algoritma block cipher ultra lightweight yang banyak diimplementasikan karena telah teruji ringan dan cepat, serta termasuk dalam salah satu algoritma lightweight yang direkomendasikan pada standar ISO/IEC 29192-2. Namun beberapa peneliti telah melakukan analisis kelemahan algoritma PRESENT terhadap suatu cryptanalysis salah satunya adalah improbable differential cryptanalysis. Improbable differential cryptanalysis merupakan gabungan dari metode impossible differential characteristic dan differential characteristic. Metode improbable differential cryptanalysis ini memanfaatkan karakteristik unik berupa undisturbed bit dari s-box PRESENT untuk membentuk pola dalam melakukan analisis cryptanalysis. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan analisis dan pengembangan algoritma modifikasi PRESENT berdasarkan ketahanannya terhadap potensi improbable differential cryptanalysis. Modifikasi algoritma dilakukan dengan mengganti s-box PRESENT menggunakan 9 (sembilan) pilihan s-box yang meliputi 4 (empat) s-box SERPENT, s-box BORON, s-box KLEIN, s-box LED, s-box RECTANGLE, dan s-box NES. Analisa yang dilakukan menggunakan uji Strict Avalanche Criterion (SAC), uji Differential Approximation Probability (DAP), dan analisa terhadap probabilitas karakteristik improbable differential yang dapat dibentuk. Berdasarkan hasil penelitian, substitution box KLEIN menghasilkan nilai uji SAC dan DAP yang paling baik dibandingkan 9 s-box lainnya yaitu memiliki nilai SAC rata-rata sebesar 0.59375 dan nilai DAP tertinggi sebesar 0.25 sebanyak 15. Serta berdasarkan hasil analisa improbable differential, algoritma modifikasi PRESENT yang menggunakan s-box KLEIN memiliki probabilitas terendah yaitu sebesar . Hal ini menunjukkan bahwa algoritma modifikasi PRESENT menggunakan s-box KLEIN memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap potensi dilakukannya improbable differential cryptanalysis.
ABSTRACT
Internet of Things (IoT) technology increased for needed, and it raises risks and challenges of information security. Considering that attacks on IoT devices are increasing, security aspects become a part important in the implementation of IoT, one of which is cryptography. In terms of cryptography techniques, lightweight cryptography is needed to comply with the information security aspects and designed to be applied to IoT devices. PRESENT is one of the ultra-lightweight block cipher algorithms that has been implemented because it has been tested small and fast. PRESENT is included in one of the lightweight algorithms recommended in the ISO/IEC 29192-2 standard, but some researchers have analyzed algorithm weaknesses. Improbable differential cryptanalysis is a combination of impossible differential characteristics and differential characteristics. This improbable differential cryptanalysis method uses a unique characteristic consisting of the uninterrupted bits of the PRESENT s-box to create a pattern for conducting cryptanalysis. Therefore, in this research, an analysis of the PRESENT modification algorithm is based on its resistance to improbable differential cryptanalysis potential. Algorithm modification is done by replacing PRESENT S-box using 9 (nine) s-box options, which include 4 (four) SERPENT s-boxes, BORON s-boxes, KLEIN s-boxes, LED s-boxes, RECTANGLE s-boxes, and NES s-boxes. The analysis is performed using Strict Avalanche Criterion (SAC) test, Differential Approximation Probability (DAP) test, and analysis of the probability of improbable differential characteristics that can be formed. Based on the results of the research, KLEIN substitution box produces the best SAC and DAP test values compared to 9 other s-boxes, which have an average SAC value of 0.59375 and the highest DAP value of 0.25 of 15. And based on the results of improbable differential analysis, PRESENT modification algorithm which use the KLEIN s-box has the lowest probability of. This shows that the PRESENT modification algorithm using the KLEIN s-box has better resistance to the potential for improbable differential cryptanalysis.
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Trisnawati
Abstrak :
ABSTRAK Kriminalitas merupakan salah satu permasalahan sosial yang harus diatasi karena mengakibatkan berbagai macam kerugian ekonomi dan psikologis. Kriminalitas termasuk fenomena spasial karena terdapat kecenderungan bahwa tingkat kriminalitas suatu daerah mempengaruhi tingkat kriminalitas di daerah sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keterkaitan spasial tingkat kriminalitas antar provinsi-provinsi di Indonesia dan mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang signifikan mempengaruhi tingkat kriminalitas diantara household expenditure, tingkat pengangguran terbuka, persentase siswa SMA dropout, persentase polisi, persentase penduduk miskin, dan indeks gini. Penelitian ini menggunakan data panel 33 provinsi selama periode 2007-2013, yang dianalisis secara deskriptif dan ekonometrika menggunakan regresi data panel dan regresi spasial data panel. Hasil estimasi menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan spasial tingkat kriminalitas di Indonesia. Model terbaik yang dapat menggambarkan tingkat kriminalitas adalah spatial autocorrelation (SAC) yang menunjukkan adanya keterkaitan spasial baik pada variabel dependen maupun errornya. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi tingkat kriminalitas di Indonesia selama periode 2007-2013 adalah indeks gini, persentase siswa SMA dropout, dan tingkat pengangguran terbuka. Dengan α=1% indeks gini menunjukkan variabel yang paling berpengaruh terhadap peningkatan tingkat kriminalitas. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesenjangan ekonomi antar masyarakat dapat memicu terjadinya aktifitas kriminal.
ABSTRACT Crime is a social problem that must be solved because it resulted in a wide range of economic and psychological losses. Crime is one of spatial phenomena because there is a tendency that a local crime rate affects the crime rate in surrounding area. This study aims to investigate the spatial linkages of crime rate among the provinces in Indonesia and to identify what factors are significantly affecting the crime rate among household expenditure, unemployment rate, the percentage of high school students drop out, the percentage of the police, the percentage of poor people, and the index gini. This study uses panel data of 33 provinces during the period 2007-2013, were analyzed using descriptive and econometric panel data regression and spatial regression panel data. The result indicates that there is a spatial linkages of crime rate in Indonesia. The best model that can capture the crime rate is spatial autocorrelation (SAC) which shows the spatial relationship both on the dependent variable and error. Significant factors that affecting the crime rate in Indonesia for period 2007-2013 are the gini index, the percentage of high school dropouts, and the unemployment rate. With α = 1% gini index is the most influence variable that increase the crime rate. This indicates that the economic disparities between communities may lead to criminal activity.
2016
T44800
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Regar
Abstrak :
Latar Belakang: Akses yang baik ke sakus lakrimal sangat penting dalam prosedur DCR endoskopik pada kasus obstruksi duktus nasolakrimal. Struktur ini dapat terhalangi oleh keberadaan agger nasi, yang juga dapat mempersulit prosedur operasi dan meningkatkan angka kegagalan. Tujuan: Untuk menentukan variasi anatomi agger nasi dalam hubungannya dengan sakus lakrimal menggunakan CT scan dan membandingkannya dengan pembukaannya. Metode: Studi ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan pada 11 subjek yang didiagnosis dengan sumbatan saluran air mata hidung terperoleh primer. Subjek menjalani CT scan untuk menilai keberadaan agger nasi dan penempatannya terhadap sakus lakrimal. Subjek kemudian menjalani dakriosistorinostomi endoskopik, dan operator menilai apakah agger nasi perlu dibuka atau tidak untuk mengakses sakus lakrimal. Analisis statistik menggunakan Cohen's Kappa dilakukan untuk mengevaluasi kesepakatan antara kedua temuan tersebut. Hasil: Dari 13 subjek, 12 adalah perempuan. Agger nasi ditemukan pada 12 dari 13 subjek. Pada pemeriksaan radiologi, 8 dari 12 subjek menunjukkan penempatan sakus lakrimal dengan agger nasi. Pada intraoperatif, agger nasi dibuka pada 9 subjek. Terdapat kesepakatan yang substansial dengan κ = 0,800; p = 0,005. Satu pasien tidak menunjukkan penempatan, namun agger nasi dibuka karena kesulitan mengakses sakus lakrimal yang disebabkan oleh sudut proses frontal maksila. Kesimpulan: Evaluasi aposisi agger nasi terhadap sakus lakrimal dapat dilakukan secara rutin. Terdapat kesepakatan yang substansial antara pemeriksaan radiologi dan temuan intraoperatif mengenai pembukaan agger nasi. ......Background: Proper access to the lacrimal sac is crucial in endoscopic DCR procedures in nasolacrimal duct obstruction. This structure can be obstructed by the presence of the agger nasi, which may complicate the surgery and increasing failure rate. Objectives: To determine the anatomical variations of the agger nasi in relation to the lacrimal sac using CT scan and comparing it with its opening. Methods: This study is a cross-sectional study conducted on 11 subjects diagnosed with primary acquired nasolacrimal duct obstruction. The subjects underwent CT to assess the presence of the agger nasi and its apposition to the lacrimal sac. Endoscopic dacryocystorhinostomy was performed, and the operator assessed whether the agger nasi needed to be opened or not to access the lacrimal sac. Statistical analysis using Cohen's Kappa was conducted to evaluate the agreement between the two findings. Results: Out of the 13 subjects, 12 out of 13 were female. Agger nasi was found in 12 out of 13 subjects. In radiological examination, 8 out of 12 subjects showed apposition of the lacrimal sac with the agger nasi. Intraoperatively, the agger nasi was opened in 9 subjects. There was substantial agreement with a κ = .800; p = .005. One patient did not show apposition, however agger nasi was opened due to difficulty in accessing the lacrimal sac caused by the angulation of the frontal process of the maxilla. Conclusion: Evaluation of the apposition of the agger nasi to the lacrimal sac can be routinely performed. There is substantial agreement between radiological examination and intraoperative findings regarding the opening of the agger nasi.
2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Yugitama
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai pengembangan Algoritma KASUMI dengan Penerapan fungsi F MISTY1 dan S-box AES. Algoritma hasil pengembangan diberi nama KAMIES. Untuk membandingkan tingkat keamanan KASUMI dan KAMIES dilakukan beberapa pengujian pada masing-masing komponen. Komponen yang dilakukan pengujian diantaranya adalah fungsi F yang terdiri dari FI, FL dan FO, kemudian S-box yang terdiri dari S7, S8, dan S9 yang terdapat pada masing-masing algortima. Metode pengujian yang digunakan diantaranya Bit Independence Criterion BIC dan Strict Avalanche Criterion SAC pada fungsi F sedangkan pada S-box digunakan metode pengujian Avalanche Criterion AC , SAC, BIC, XOR Table, LAT dan Nonlinearity. Hasil yang didapat dari penelitian ini membuktikan bahwa penerapan F MISTY1 dan S-box AES memiliki pengararuh terhadap tingkat keamanan algoritma KASUMI. Hal ini berdasarkan hasil pengujian Strict Avalanche Criterion SAC dan Avalanche Weight Distribution AWD pada algoritma keseluruhan KASUMI dan KAMIES yang menunjukkan bahwa KAMIES memiliki nilai difusi yang lebih baik dibandingkan KASUMI. ......This thesis discusses the development of KASUMI Algorithm with Application of F Function MISTY1 and S box AES. The result of development algorithm is named KAMIES. To compare the level of security KASUMI and KAMIES performed some testing on each component. Components that are tested are F functions consisting of FI, FL and FO, then S boxes consisting of S7, S8, and S9 are present in each algortima. Test methods which used include Bit Independence Criterion BIC and Strict Avalanche Criterion SAC on F function while in S box used Avalanche Criterion AC , SAC, BIC, XOR Table, LAT and Nonlinearity testing methods. The results obtained from this study prove that the application of F MISTY1 and S box AES have influence to the security level of KASUMI algorithm. This is based on the results of Strict Avalanche Criterion SAC and Avalanche Weight Distribution AWD testing on the overall algorithm of KASUMI and KAMIES which shows that KAMIES have better value than KASUMI.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48628
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library