Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suadi
"ABSTRAK
Pengupasan sabut kelapa dengan cara tradisioanal masih saja dilakukan orang terlebih di daerah-daerah pedesaan. Demikian halnya mesin-mesin pengupas sabut kelapa yang diharapkan akan mampu memberi solusi mengatasi adanya kelemahan pada alat yang digunakan dengan cara tradisional. Namun keberadaan mesin-mesin kian hari kian berkembang. Sehingga dilakukanlah suatu penelitian dengan melakukan rancang bangun terhadap mesin pengupas sabut kelapa yang baru dengan kapasitas besar dan semi kontinu. Mesin ini mengalami perubahan dan inovasi dari mesin-mesin yang sudah ada sebelumnya. Kegiatan penelitian diawali dengan melakukan perancangan terhadap mesin, kemudian hasil perancangan direalisasikan dalam bentuk pembuatan mesin dan akhirnya dilakukan uji kinerja mesin. Pengujian dilakukan terhadap tiga jenis kelapa yang keadaan kulitnya basah, sedang dan kering. Masin-masing buah kelapa yang diuiji sebanyak 10 buah. Pada hasil pengujian Waktu rata-rata pengupasan untuk tiap buah kelapa yang bersabut basah selama 13,1 detik per buah, untuk kelapa sedang 17,2 detik dan untuk kelapa kering selama 22 detik. Sedang kapasitas mesin adalah: untuk pengupasan jenis kelapa basah, kapasitas mesin adalah sebanyak 275 buah/jam, untuk kelapa sedang adalah sebanyak 209 buah/jam dan untuk kelapa kering sebanyak 163 buah/jam. Hasil kesimpulan dari penelitian adalah: analisis secara umum kelapa basah lebih mudah dikupas, sebab kelapa basah seratnya lebih banyak mengandung air sehingga gampang/lebih mudah dipisahkan dari kulitnya dibandingkan dengan kelapa yang lebih kering, seratnya hampir tidak mempunyai kadar air atau kondisi sabut kelapa kering.
"
Medan: Politeknik Negeri Medan, 2019
338 PLMD 22:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Amru
"ABSTRAK
Serat sabut kelapa muda dapat dimanfaatkan sebagai komponen bahan akustik. Bahan komposit yang berfungsi sebagai bahan akustik, terdiri dari kombinasi serat sabut kelapa muda dengan polimer jenis low density polyethylene (LDPE). Susunan bahan akustik merupakan lapisan-lapisan serat sabut kelapa muda sebagai bahan penyerap gelombang bunyi dan polimer jenis low density polyethylene (LDPE) sebagai bahan pengikat (matriks). Benda uji (spesimen) untuk pengujian koefisien adsorpsi dibuat dengan variasi bentuk geometris dari bangun-bangun serat sabut kelapa muda. Bentuk geometris serat sabut kelapa muda terdiri dari bangun-bangun bola, silindris, dan bentuk lembaran-lembaran. Spesimen dibuat melalui proses pemanasan dan penekanan bangun-bangun serat sabut kelapa muda ke dalam LDPE. Benda uji yang telah dibentuk ini berfungsi sebagai bahan akustik yang dapat mengadsorpsi gelombang bunyi. Koefisien adsorpsi bunyi dari spesimen diuji dengan metode tabung impendansi. Peralatan yang digunakan pada metode tabung impedansi ini terdiri dari rangkaian tabung impedansi, oscilloscope, labjack U12 LV dan software DAQ. Hasil pengujian menunjukkan bahwa koefisien adsorpsi bunyi relatif lebih baik untuk spesimen yang mempunyai serat sabut kelapa muda berbentuk lembaran-lembaran, untuk rentang frekuensi (1500 ÷ 2000) Hz. Namun sebaliknya untuk spesimen dengan serat sabut kelapa muda berbentuk bangun bola dan silindris mempunyai koefisien adsorpsi bunyi relatif lebih baik, untuk rentang frekuensi (500 ÷ 1000) Hz."
Medan: Polimedia Negeri Medan, 2018
338 PLMD 21:4 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Masruchin
"Pada penelitian ini telah dikembangkan komposit berbasis polimer polipropilena (PP) dengan penguat serat alam yaitu serat sisal dan serat sabut kelapa. Bentuk morfologi serat alam divariasikan dalam bentuk bulk (chopped) dan berbentuk single of fiber melalui proses pulping. Jenis polimer yang digunakan adalah homopolimer dan kopolimer. Komposit yang dihasilkan dikarakterisasi untuk memperoleh komposit dengan kekuatan optimum tanpa mengesampingkan nilai ketangguhan-nya. Perlakuan panas dilakukan terhadap komposit serat alam pada suhu 70°, 100° dan 130°C selama 20 jam.
Dari penelitian ini diketahui bahwa sifak mekanis polimer PP dapat ditingkatkan dengan penambahan serat alam. Serat sisal memiliki sifat mekanis yang lebih baik jika dibandingkan dengan serat sabut kelapa, hal ini dibuktikan dengan nilai kuat tarik, struktur mikro, derajat kristalinitas dan stabilitas terhadap panas. Dari analisa FE-SEM, perubahan bentuk serat menjadi pulp dapat meningkatkan dispersi serat dalam matrik polimer, namun hal ini hanya meningkatkan kuat tarik dan kuat tekuk. Nilai kuat tarik, kuat tekuk, modulus dan impak komposit pada penelitian ini dapat ditingkatkan dengan tetap mempertahankan bentuk morfologi bulk (chopped) dari serat alam dengan penambahan EPDM 2.5% berat dan perlakuan panas pada 130°C. Mekanisme peningkatan ketangguhan komposit disebabkan oleh pembentukan kristal β-phase PP serta mekanisme fiber pull out dari serat alam bentuk chopped pada matrik polimer. Polimer homopolimer memberikan performa komposit yang lebih baik jika dibandingkan dengan kopolimer.

The aim of this study is to develop polypropylene (PP) composite reinforced with sisal and coconut fibers. The effect of fiber morphology in term of bundles (chopped) and single of fibers (pulp), as well as types of polymer (homopolymer and copolymer) were manufactured to obtain high strength and high toughness composites. Composites were annealed at 70°, 100° and 130°C.
From this study, it is reported that sisal fiber is superior to coconut fibers as reinforcing agents. It is not necessary to convert the bundles into pulp. Optimum composite could be obtained by annealed the composites of 40% weight sisal chopped reinforced PP at 130°C by addition of EPDM 2.5% wt in the presence of PP-g-MA 5% wt. The formation of β-phase crystallization of PP revealed from XRD analysis and fiber pull out mechanism take responsible for the improvement of the high toughness of composite. Homopolymer gave best performance as matrix compared to copolymer for strength and toughness composites.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31260
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sasono Wibowo
"Limbah organik dapat dimanfaatkan untuk menyerap ionion logam berat dalain larutan Diduga yang berperan aktif adalah tannin. Untuk memperbaiki kestabilannya sebagai adsorben inaka limbah organik dipoliinerisasikan dengan formaldehida. Matras sabut kelapa mengandung kadar tannin 0,65 / Polimerisasi yang optimum diperoleh pada kondisi sebagai berikut perbandingan berat samnpel dan larutan pereaksi (asamn sulfat 0 1 2 N yang mnengandung 5% (b/b) formaldehida) 1 20 pada suhu 500C selama 2 jam Selanjutnya polimner diubah dalamn bentuk garaninya dengan merendamn dalamn NaOH 0 1 N Evaluasi sifat polimner yang dihasilkan dilakukan dengan mnenentukan serapannya terhadap ion Cu2+ dalamn proses batch.
Kemampuan penyerapan polimner ditentukan oleh bentuk asam atau garamnya pH dan konsentrasi larutan Bentuk asam (pada pH larutan 4 6) menyerap ± 4 mg/9 adsorben sedangkan dalam bentuk garain (pada pH larutan 5 3) menerap :L 9 mg/9 adsorben dari larutan Cu2 100 ppm Serapan optimal terdapat pada daerah pH 4-4,5 menyerap i3 4 mg/g adsorben Polimer dalam bentuk asamnya (pada pH larutan 3) menyerap t3 +4 dan -i-lB mg/9 adsorben dan larutan 100 750 dan 3500 ppm.
Berdasarkan penyerapannya kestabilan tannin dalam inatras yang tidak dipolimerisasikan dan yang dipolimerisasikan terhadap pengaruh pencucian, pemanasan dan perendaman dalam asam atau basa adalah sama Akan tetapi perendainan lebih dari 24 jam dalam NaOH 1 N serapan matras yang tidak dipoliinenisasikan cenderung turun dibandingkan dengan inatras yang telah d.pclinienisasikan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-29807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yane Cahyadi
1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Bagas Wardhana
"Sabut kelapa merupakan salah satu sumber biomassa lignoselulosa yang melimpah di alam dan sering digunakan dalam penelitian pembakaran membara. Biomassa lignoselulosa lainnya yang sering digunakan dalam penelitian termasuk tanah gambut, kertas, tembakau, jerami, dan batu bara. Penelitian sebelumnya di Laboratorium Termodinamika, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, telah mengkaji pembakaran membara pada tanah gambut. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pembakaran membara pada biomassa lignoselulosa lainnya, khususnya sabut kelapa. Eksperimen dilakukan dengan membakar sampel sabut kelapa menggunakan variasi daya 5 watt, 10 watt, 15 watt, 20 watt, 25 watt, dan 30 watt untuk mengetahui daya yang dibutuhkan agar sabut kelapa mulai terbakar. Hasil menunjukkan bahwa sabut kelapa mulai terbakar pada daya lebih dari 25 watt. Untuk variasi tambahan, dilakukan pengujian dengan daya 60 watt dan 80 watt. Hasil percobaan menunjukkan perbedaan signifikan dalam hal jumlah emisi dan waktu pembakaran. Pengujian menunjukkan bahwa laju pengurangan massa sebanding dengan waktu proses pembakaran dan jumlah emisi yang dihasilkan. Pada daya 30 watt, rata-rata laju persebaran kebakaran lebih kecil dibandingkan dengan daya 60 watt dan 80 watt. Emisi partikulat yang dihasilkan pada daya 30 watt juga lebih rendah dibandingkan dengan daya yang lebih tinggi. Grafik karbon monoksida (CO) dan oksigen (O2) menunjukkan bahwa ketika kadar oksigen menurun, kadar karbon monoksida meningkat. Penelitian ini memberikan wawasan tentang karakteristik pembakaran membara sabut kelapa dan pentingnya memahami energi penyulutan serta kandungan emisi yang dihasilkan. Hasil ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lanjutan dan pengembangan teknologi pengelolaan limbah biomassa lignoselulosa.

Coconut fiber is one of the sources of lignocellulosic biomass that is abundant in nature and is often used in smoldering combustion research. Other lignocellulosic biomass frequently used in research include peat, paper, tobacco, straw, and coal. Previous research at the Thermodynamics Laboratory, Faculty of Engineering, University of Indonesia, has studied smoldering combustion in peat soil. Therefore, this research aims to examine smoldering combustion of other lignocellulosic biomass, especially coconut fiber. Experiments were carried out by burning samples of coconut fiber using variations in power of 5 watts, 10 watts, 15 watts, 20 watts, 25 watts and 30 watts to determine the power needed for the coconut fiber to start burning. The results show that coconut fiber starts to burn at a power of more than 25 watts. For additional variations, tests were carried out with 60 watts and 80 watts of power. The experimental results show significant differences in the amount of emissions and combustion time. Tests show that the rate of mass reduction is proportional to the combustion process time and the amount of emissions produced. At 30 watts of power, the average rate of fire spread is smaller than at 60 watts and 80 watts. Particulate emissions produced at 30 watts of power are also lower compared to higher powers. The carbon monoxide (CO) and oxygen (O2) graph shows that as oxygen levels decrease, carbon monoxide levels increase. This research provides insight into the characteristics of smoldering coconut fiber and the importance of understanding the ignition energy and the resulting emissions content. These results can be used as a reference for further research and development of lignocellulosic biomass waste management technology."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Wulandari
"Penelitian tentang efisiensi energi sangat menarik untuk diteliti, salah satunya adalah pengurangan hambatan pada aliran dalam pipa. Metode pengurangan hambatan dalam pipa dilakukan dengan metode aktif yaitu menambahkan zat aditif pada aliran dalam pipa dan metode pasif yaitu dengan memvariasikan geometri pipa. Tujuan penelitian yaitu menganalisis karakteristik serat sabut kelapa terhadap pengurangan hambatan pada aliran dalam pipa spiral horizontal dan pipa bulat horizontal secara eksperimental. Pengujian dilakukan dengan menggunakan pipa spiral rasio P/Do 7.3 dan pipa bulat horizontal ID 38 mm panjang 1200 mm. Fluida uji yaitu suspensi serat sabut kelapa yang dicampurkan dengan air sehingga mencapai konsentrasi 300, 500, dan 1000 ppm.
Penelitian ini dilakukan pada Reynolds Number mulai dari sekitar 6,000 sampai Reynolds Number sekitar 25,000. Hasilnya menunjukkan bahwa rasio pengurangan hambatan pada pipa bulat ID 38 terjadi pada suspensi serat sabut kelapa konsentrasi 1000 ppm yaitu sebesar 7.6 pada Reynolds Number sekitar 25,000. Dengan konsentrasi yang sama yaitu 1000 ppm, rasio pengurangan hambatan tertinggi pada pipa spiral rasio P/Do 7.3 yaitu sebesar 10 pada Reynolds Number sekitar 25,000. Berdasarkan penelitian ini, disimpulkan bahwa pengurangan hambatan meningkat dengan adanya peningkatan konsentrasi suspensi serat sabut kelapa. Serat sabut kelapa dapat digunakan sebagai zat aditif pengurangan hambatan drag reducing agent.

Research on energy efficiency is very interesting to study, one of which is the drag reduction in the pipe flow. Active and passive methods are commonly using on reducing drag. Active method by adding additive to the fluid and passive method by varying the geometry of the pipe. The research purpose was to analyze characteristics of coco fiber on drag reduction in spiral and circular pipe. The experimental was performed using a spiral pipe ratio of P Do 7.3 and a circular pipe ID 38 mm with 1200 mm length. The test fluid was water with addition of coconut fiber with 300, 500, and 1000 ppm concentration.
This study was conducted on a low Reynolds Number to Reynolds Number about 25,000. The results showed that the drag reduction on the circular pipe ID 38 mm was about 7.6 on coconut fiber suspension 1000 ppm concentration and in Reynolds Number about 25,000. With the same concentration, the highest drag reduction of spiral pipe ratio P Do 7.3 is about 10 in the Reynolds Number about 25,000. The drag reduction increases with the increase of coconut fiber suspension concentration. It can be concluded that coco fiber can be used as a drag reducing agent.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devandra Octavio Putra
"Kebakaran dapat terjadi kapan saja dan di tempat yang tak terduga. Seringnya, kebakaran terjadi pada sebuah bangunan. Kebakaran gedung ini dapat berupa kebakaran pada perumahan, kebakaran pada perkantoran, dan kebakaran pada mall. Oleh karena itu, dalam perencanaan pembangunan suatu gedung diperlukan adanya perencanaan sarana keselamatan saat terjadi kebakaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan bagi asap untuk memenuhi ruangan dan waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan asap dari ruangan dengan menggunakan ventilasi alamiah. Penelitian ini menggunakan sabut kelapa sebagai bahan bakar dan dengan variasi massa 40 gr, 60 gr, dan 80 gr. Pembuangan asap hanya akan menggunakan ventilasi natural dan tanpa exhaust fan atau alat bantu lainnya. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa massa bahan bakar yang digunakan akan mempengaruhi temperatur, laju produksi asap, dan waktu yang dibutuhkan untuk membuang asap dari bangunan.

Fires can occur at any time and in the most unexpected places. Often, fires occur in a building. This building fire can be a housing fire, an office fire, and a mall fire. Therefore, in planning the construction of a building, it is necessary to plan safety facilities in the event of a fire. This study aims to determine the time needed for smoke to fill the room and the time needed to clear the smoke from the room using natural ventilation. This study used coconut coir as fuel and with mass variations of 40 gr, 60 gr and 80 gr. Smoke disposal will only use natural ventilation and without exhaust fans or other assistive devices. The takeaways from this experiment is the amount of fuel mass will affect temperature changes, smoke production rate, and the amount of time it takes to clear all the smokes from the building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Jesse Karubaba
"Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kemungkinan menciptakan nilai tambah yang sangat besar pada sumber daya sabut kelapa yang selama ini dianggap sebagai limbah. Salah satu nilai tambah yang dapat dihasilkan dari sabut kelapa adalah bio-oil yang kaya akan senyawa aromatik. Senyawa kaya aromatik dalam bio-oil telah berhasil diproduksi melalui proses pirolisis katalitik dengan bantuan katalis ZSM-5 terimpregnasi logam Nikel dan Seng. Pirolisis adalah perengkahan termal non-oksigen dari bahan organik.
Produk pirolisis atau dikenal sebagai bio-oil digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Namun, seiring perkembangan zaman bio-oil dapat digunakan sebagai bahan baku dalam proses pembuatan banyak produk petrokimia karena memiliki senyawa aromatik. Aromatik adalah zat kimia berbentuk cincin yang dapat ditemukan dalam biomassa yang kaya lignoselulosa. Aromatik bio-oil diperoleh dari proses pirolisis katalitik limbah sabut kelapa dengan menggunakan bantuan katalis untuk memaksimalkan komposisi senyawa aromatik. Sabut kelapa dipotong dan digiling dalam persiapan-awal ke ukuran yang diinginkan. Katalis yang diimpregnasi Zn/ZSM-5 dan Ni/ZSM-5 yang telah dikarakterisasi oleh XRD (X-Ray Diffraction) digunakan untuk memaksimalkan yield dari senyawa aromatik, juga luas permukaan spesifik katalis menggunakan analisis Branauer Emmet Teller (BET).
Proses pirolisis katalitik berlangsung di reaktor silinder unggun diam yang dilengkapi dengan tungku sebagai sumber panas. Produk yang keluar dari reaktor dikondensasi dengan menggunakan air dingin dan aseton. FTIR (Fourier Transform Infrared) dan GCMS (Gas Chromatography-Mass Spectrometer) berfungsi sebagai instrumen analitik untuk mengidentifikasi keberadaan dan kuantitas kelompok aromatik dalam bio-oil. BTX (Benzena, Toluena dan Xilena) sebagai senyawa aromatik dalam bio-oil telah diidentifikasi melalui analisis FTIR. Nikel dengan 5% berat loading adalah komponen aktif utama dalam katalis ZSM-5 yang diimpregnasi karena kinerjanya dalam menghasilkan yield tertinggi dari bio-oil aromatik sebesar 38,90%, pada suhu reaksi 450°C. Senyawa kaya aromatik dari bio-oil sebagai hasil penelitian ini dapat dianggap sebagai penemuan baru dalam menciptakan nilai tambah yang sangat besar pada sumber daya alam asli Indonesia, yang memiliki risiko minimal terhadap manusia dan lingkungan, dan dapat didaur ulang tanpa polusi.


This study is aimed to explore the possibility of creating enormous added value on coconut fiber resources which was so far considered as wastes. One of the added value of coconut fiber that can be created is bio-oil which rich in aromatic compounds. The rich-aromatic compounds within bio-oil has been produced successfully by the catalytic pyrolysis process which supported by impregnated ZSM-5 catalyst of Nickel and Zinc. Pyrolysis is a non-oxygen thermal cracking of organic materials.
Pyrolysis product or known as bio-oil is used as an alternative fuel. However, as the era progresses bio-oil can be used as raw materials in manufacturing process of many petrochemical products because it has aromatic compounds. Aromatic is a shaped-ring chemical substance that can be found in lignocellulosic-rich biomass. Aromatic bio-oil is obtained from catalytic pyrolysis process of waste coconut fiber with the aid of using catalysts to maximize the composition of aromatic compounds. Coconut fiber is cut and grind in pre-treatment to the desirable size. Impregnated catalysts Zn/ZSM-5 and Ni/ZSM-5 that have been characterized by XRD (X-Ray Diffraction) are used to maximize the yield of aromatic compounds, and also specific surface area using Branauer Emmet Teller (BET) analysis.
The catalytic pyrolysis process takes place in a fixed bed turbular reactor equipped with a furnace as a heat source. The product coming out of the reactor is condensed by using cold water and aceton. FTIR (Fourier Transform Infrared) and GCMS (Gas Chromatography-Mass Spectrometer) serve as analytical instruments in order to identify the presence and the quantity of aromatic group in bio-oil. BTX (Benzene, Toluene and Xylene) as aromatic compounds within bio-oil has been identified through the FTIR analysis. Nickel of 5% weight loading is the main active component within impregnated ZSM-5 catalysts due to its performance in producing the highest yield of aromatic bio-oil as of 38.90%, at the reaction temperature of 450°C. The aromatic-rich compounds of bio-oil as results of this study could be considered as a new invention of creating enormous added value on Indonesia original natural resources, which has a minimal risk to humans and the environment, and can be recycled without pollution.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library