Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44 dokumen yang sesuai dengan query
cover
London: Routledge, 2010
720.103 RUR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Malden: Blackwell Publishing, 2008
307.760 9 URB
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Englewood Cliffs, NJ: Appleton-Century-Crofts, 1969
301.364 CLA (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zainal Hidayat
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam rangka perencanaan di bidang kependudukan sebagai penunjang pembangunan nasianal, regional dan pedesaan, pengetahuan tentang pola dan perilaku migrasi di berbagai daerah di Indonesia perlu diketahui. Khususnya di daerah Kabupaten Wonogiri studi tentang migrasi belum banyak dilakukan. Padahal gejala migrasi ini terus semakin meningkat pada akhir-akhir ini, khususnya migrasi yang sirkuler. Meningkatnya gejala migrasi sirkuler ini sejalan dengan semakin pesatnya pembangunan yang dilakukan di Kabupaten Wonogiri. Hal ini menarik justru di Kabupaten Wonogori yang merupakan daerah asal migran sirkuler, dimana pembangunan sedang giat-giatnya dilakukan, namun-gejala migrasi sirkuler tersebut tidak semakin berkurang akan tetapi malah terus meningkat. Gejala ini menimbulkan persoalan apakah pembangunan di Kabupaten Wonogiri itu tidak mampu membendung arus migrasi penduduk ke kota-kota besar, atau malah pembangunan yang sedang berlangsung itu sebagai dampak dari semakin meningkatnya arus migrasi penduduk ke kota-kota besar.

Dengan didasarkan atas pengamatan empirik, studi ini lebih condong untuk menyoroti persoalan yang kedua, yakni melihat dampak migrasi sirkuler terhadap pembangunan masyarakat desa. Studi tentang migrasi sirkuler ini akan sangat memiliki kegunaan, manakala dikaitkan dengan perubahan sosial ekonomi masyarakat. Tujuan utama yang ingin diketahui dari penelitian ini adalah ingin melihat dampak positif dari migrasi sirkuler terhadap peningkatan status ekonomi keluarga. Selain itu juga ingin mengetahui karakteristik dan pola﷓pola perilaku migran sirkuler. Penjelasan tentang gambaran daerah penelitian dimaksudkan untuk memberikan latar belakang, baik yang menyangkut lingkungan fisik maupun sosial yang memberikan sumbangan terhadap timbulnya gejala migrasi sirkuler tersebut.

Studi ini dilakukan di tiga daerah asal migran sirkuler yang terletak di daerah Kabupaten Wonogiri. Ketiga desa tersebut meliputi desa Kerjo Lor Kecamatan Ngadirojo, Pule Kecamatan Selogiri, dan Rambangan Kecamatan Selogiri. Ketiga desa sampel ini dipilih dengan pertimbangan bahwa dari segi keadaan topografi, demografi dan sosio kultural cukup mewakili gambaran mengenai keadaan kabupaten Wonogiri. Pemilihan ketiga desa sampel tersebut dilakukan secara tak acak, karena dengan pertimbangan bahwa desa-desa yang dipilih harus mewakili desa yang terdapat banyak orang yang melakukan migrasi sirkuler.

Unit analisis dari penelitian ini adalah seluruh keluarga yang salah satu anggota keluarganya ada yang melakukan migrasi sirkuler. Sedangkan unit pengamatannya adalah salah satu anggota keluarga dari migran sirkuler. Pemilihan unit analisis dilakukan secara tak acak, karena dengan pertimbangan bahwa pengertian migrasi sirkuler yang dimaksudkan disini hanya terbatas pada gerak penduduk yang bertujuan untuk bekerja mencari tambahan penghasilan di kota dan bukan untuk tujuan yang lain. Jadi unit pengamatannya adalah salah satu anggota keluarga yang anggota keluarganya ada yang pergi untuk sementara waktu bekerja mencari tambahan penghasilan di kota. Sedangkan pemilihan unit pengamatan dilakukan secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan survei lapangan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang terstruktur dan dengan wawancara betas. Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian yang diangkat dari ketiga desa sampel secara agregat menunjukkan bahwa tingkat migrasi sirkuler yang terjadi di ketiga desa sampel cukup tinggi. Tingginya tingkat migrasi sirkuler tersebut disebabkan oleh rendahnya tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. Rendahnya tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat tersebut dikarenakan lingkungan fisik di daerah Kabupaten Wonogiri umumnya kurang dapat dipakai sebagai gantungan hidup. Daerahnya yang tandus bergunung-gunung serta tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, mengakibatkan masyarakatnya berada dalam kondisi ekonomi yang kurang baik. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan kesejahteraan hidup, orang harus pergi meninggalkan desa untuk sementara waktu bekerja mencari tambahan penghasilan di kota-kota besar.

Selain karena lingkungan fisik dan kepadatan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan orang harus meninggalkan desanya, juga karena adanya harapan untuk dapat memperoleh penghasilan yang lebih besar di kota, mendorong orang untuk pergi mencari tambahan penghasilan di kota dengan melakukan migrasi sirkuler. Pilihan untuk melakukan migrasi sirkuler ini sangat dimungkinkan karena tersedianya sarana angkutan yang murah dan memadai. Sehingga para migran sirkuler dapat melakukan perjalanan pergi dan pulang dari desa ke kota setiap waktu. Rata-rata setiap bulan migran sirkuler yang berasal dari ketiga desa sampel pulang mengunjungi keluarga di desa. Pada saat semacam itu biasanya para migran sirkuler membawa sebagian dari penghasilannya di kota untuk dikirim ke keluarganya di desa. Kebiasaan mengirim sebagian dari penghasilannya ke keluarga di desa dapat dipandang sebagai bentuk dari tanggung jawab dan ikatan kekeluargaan yang kuat dengan daerah asal. Mengingat penghasilan para migran sirkuler dari ketiga desa sampel tersebut relatif kecil. Untuk mengirim uang ke desa secara teratur, di kota para migran sirkuler yang berasal dari ketiga desa sampel harus mengimbangi dengan cara hidup yang amat berat yakni tinggal di `pondok boro' dengan hidup seadanya, berperilaku hemat, ulet dan kerja keras pantang menyerah. Nampaknya ini merupakan salah satu kunci dari keberhasilan para migran sirkuler yang berasal dari ketiga desa sampel.

Salah satu dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan mengirimkan uang ke desa adalah meningkatnya status sosial ekonomi keluarga di ketiga desa sampel. Dampak tersebut nampak dari, adanya kecenderungan bahwa semakin besar uang yang dikirimkan para migran sirkuler ke keluarganya di desa, mengakibatkan semakin meningkat status sosial ekonomi keluarganya. Peningkatan status sosial ekonomi keluarga tersebut terlihat dari semakin luasnya pemilikan tanah pertanian, besarnya pengeluaran rumah tangga, baiknya kualitas rumah yang dimiliki di desa, dan lengkapnya sarana rumah tangga yang dimiliki. Meningkatnya status sosial ekonomi keluarga tersebut dalam jangka panjang tidak hanya sekedar mampu meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga, namun lebih dari itu akan mampu mengurangi kesenjangan antara kemakmuran hidup di kota dan di desa, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan pembangunan di pedesaan.

Walaupun penelitian ini bersifat studi kasus, beberapa temuan yang diperoleh diharapkan,dapat berlaku untuk daerah-daerah lain, dengan catatan bahwa kondisi desa dan sifat komunitasnya relatip sama. Sehingga temuan ini dapat menghasilkan generalisasi yang kegunaannya tidak hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan semata-mata, namun lebih dari itu mampu memberikan kontribusi dalam mengaktualisasikan kembali kebijaksanaan yang berkaitan dengan kependudukan dan pembangunan pedesaan maupun perkotaan.
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bawuk Respati
Abstrak :
Asadora (drama pagi) merupakan produksi tahunan stasiun televisi publik Jepang, NHK. Asadora memiliki beberapa karakteristik, yaitu cerita bersudut pandang perempuan dan penggunaan daerah lokal tertentu sebagai latar. Hal ini tercermin dalam pola naratif jōkyō yang menceritakan perjalanan tokoh asadora heroine dari lingkungan rural kampung halamannya ke kota urban, Tokyo. Strategi bercerita ini dianggap sebagai sebuah usaha untuk memaknai kembali ideologi furusato yang ada dalam masyarakat Jepang. Untuk memahami fenomena ini secara komprehensif, analisis tekstual dan analisis wacana akan dilakukan terhadap dua judul asadora, yaitu Hiyokko (2017) dan Ama-chan (2013), dengan merujuk kepada konsep hubungan rural-urban, konsep furusato, dan konsep ideologi sebagai sistem makna. Temuan dari analisis terhadap kedua asadora tersebut menunjukkan bahwa NHK memanfaatkan asadora dan karakteristik khususnya untuk membangun ideologi furusato, sehingga makna furusato dalam masyarakat Jepang masa kini telah berkembang dan menjadi lebih kompleks.
Asadora (morning drama) is an annual production from Japan's public broadcaster, NHK. Asadora has several characteristics: female-centered stories and the use of local areas as the story background. This is reflected on the narrative pattern jōkyō, which shows the journey of the asadora heroine moving from her rural hometown to the urban capital city of Tokyo. This storytelling strategy can be considered as an attempt to reconstruct meanings of the furusato ideology that can be found within Japanese society. To understand this phenomenon comprehensively, textual analysis and discourse analysis are employed to analyze two asadora: Hiyokko (2017) and Ama-chan (2013), by referencing several concepts, such as rural-urban relationship, furusato, and ideology as a meaning system. The findings from the analysis show that NHK utilizes asadora and its special characteristics to reconstruct the furusato ideology, so that the meaning of furusato in Japanese society today has developed and become more complex.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T51941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arindah Nur Sartika
Abstrak :
Diet terdiri dari berbagai jenis makanan yang dikonsumsi bersama, sehingga penilaian kualitas diet lebih direkomendasikan menggunakan indeks dibanding penilaian nutrien tunggal. Literatur menunjukan bahwa kualitas diet memiliki hubungan dengan perilaku makan. Oleh karena itu, studi ini bertujuan melihat kualitas diet, perilaku makan, dan hubungan keduanya pada usia dewasa yang tinggal di kawasan perkotaan dan pedesaan. Studi potong lintang dilakukan di Jawa Timur dengan 185 subjek 19-64 tahun . Pemilihan sample pada studi dilakukan dengan metode proportional proportion to size PPS di 1 kota dan 1 kabupaten terpilih. Studi ini menggunakan kuesioner terstruktur, 2 x food recall 24 jam, dan diet quality index ndash; international DQI-I . Hasil studi menunjukan mayoritas subjek perkotaan mengkonsumsi 1-2 makan utama, makan di luar rumah, dan melewatkan makan pagi. Sedangkan mayoritas subjek pedesaan makan 3 kali sehari, dan memiliki presentasi makan di luar dan tidak mengkonsumsi makan pagi yang lebih sedikit. Secara umum juga ditemukan perbedaan signifikan pada kualitas diet di kedua jenis tempat tinggal. Subjek di perkotaan menunjukan skor kualitas diet yang lebih rendah dibanding subjek di pedesaan. Dari studi juga diperoleh hubungan frekuensi snack dan kualitas diet pada subjek di perkotaan. Sehingga, promosi untuk mengkonsumsi snack perlu digalakan, dengan memperhatikan jenis snack yang baik dikonsumsi.
Since diet consists of complex food, assessment of diet using diet quality is preferable. Literatures found diet quality is related to eating behavior. This study aimed to see diet quality, eating behavior, and the association of eating behavior and diet quality among adults living urban and rural area. A cross sectional study in East Java was conducted with 185 total subjects 19 64 years . This study used propotional proportion to size in selected urban and rural area. Structured questionnaire, 2 x 24 h food recall, and diet quality index ndash international DQI I were used in the study. The results showed significant difference in term of meal frequency, eating place lunch and dinner , also breakfast habit. Mostly, subjects in urban ate 1 2 meals, ate outside home, and skipped breakfast. Rural subjects mostly ate 3 meals per day, and had lower percentage of eating out and breakfast skippers. In general, the study found significant difference of diet quality score between urban and rural. People in urban had lower score of diet quality compared to people in rural. In addition, snacking frequency was found influencing diet quality in urban. Thus, promotion on snack consumption should be addressed with considering the type of snack.
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handi Sapta Mukti
Abstrak :
Terdapatnya wiiayah urban (terbangun) dan rural (belum terbangun) dalam wilayah kota (city) merupakan gejala yang nampak pada kota-kota kolonial di Indonesia. Intensitas aktivitas ekonomi (commercial) akan tinggi pada wilayah-wilayah urban dengan harga tanah tinggi dan akan semakin berkurang intensitasnya ke arah wilayah pinggiran kota. Pertambahan penduduk dan pembangunan yang pesat di DKI Jakarta akan mempengaruhi wilayah di pinggiran kota yang masih belum terbangun. Pengaruh pembangunan dan pertumbuhan penduduk yang pesat di kota Jakarta terhadap wilayah pinggiran kota, terlihat dari semakin banyaknya pemukiman-pemukilnan baru di wilayah tersebut. Lingkup permasalahan: 1) Dimanakah wilayah-wilayah yang bersifat rural, suburban, dan urban di Kecamatan Jatinegara dan Perwakilan Kecamatan Duren Sawit ? 2) Bagaimanakah karakteristik aktivitas ekonomi di Kecamatan Jatinegara dan Perwakilan Kecamatan Duren Sawit tersebut? 3) Adakah hubungan antara karakteristik aktivitas ekonomi dengan wilayah-wilayah yang bersifat rural, suburban, dan urban serta harga tanah?
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diadikma Belarosa
Abstrak :

Pendahuluan : Infeksi parasit usus disebabkan oleh STH dan protozoa. Faktor risiko infeksi parasit usus antara lain higienitas dan sanitasi yang buruk, kekurangan air bersih, kekurangan nutrisi, serta kontak dengan sumber infeksi. Di Indonesia salah satu kawasan rural adalah Kabupaten Bogor. Sementara itu Jakarta sebagai kawasan urban, penduduknya juga memiliki faktor risiko terhadap infeksi parasit usus terutama anak-anak. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kawasan tempat tinggal rural atau urban dengan prevalensi infeksi parasit usus.

Metode           : Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang menggunakan data hasil survei Kementerian Kesehatan RI tahun 2017. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling pada populasi anak usia 4-9 tahun atau sedang dalam tingkat pendidikan PAUD hingga SD/MI/sederajat di Kabupaten Bogor (sebagai kawasan rural) dan Kota Administrasi Jakarta Barat (sebagai kawasan urban). Sampel berjumlah 620 dengan jumlah sampel dari masing-masing kawasan adalah 310. Data diolah dengan menggunakan uji chi square atau Fisher exact.

Hasil               : Prevalensi infeksi cacing di kawasan rural 3,2% sedangkan di kawasan urban 1,0% dengan nilai p = 0,09 (OR = 3,33; IK 95% = 0,93 – 11,99). Infeksi cacing didominasi STH spesies A. lumbricoides. Prevalensi infeksi protozoa di kawasan rural 31,3% sedangkan di kawasan urban 16,5% dan didapat nilai p = 0,00 (OR = 1,90; IK 95% = 1,41 – 2,57). Spesies yang paling banyak ditemukan adalah B. hominis. Terdapat infeksi tunggal dan infeksi campur, namun prevalensi infeksi parasit usus (kombinasi cacing dan protozoa) tidak dapat dihitung karena infeksi hanya ditemukan di kawasan rural (5 kasus).

Diskusi           : Infeksi cacing memiliki prevalensi relatif rendah. Hal ini dapat terjadi apabila kontak dengan tanah sebagai sumber utama infeksi berkurang atau pengobatan yang adekuat. Sementara itu tingginya prevalensi infeksi protozoa usus dapat disebabkan oleh konsumsi air dan makanan yang terkontaminasi kista protozoa. Kontaminasi dapat terjadi antara lain akibat higienitas dan sanitasi buruk, fasilitas MCK yang tidak memadai, dan kekurangan air bersih.

Kesimpulan    : Prevalensi infeksi parasit usus lebih tinggi di kawasan rural dibanding dengan kawasan urban. Terdapat perbedaan bermakna antara kawasan tempat tinggal rural atau urban dengan prevalensi protozoa usus, namun tidak terdapat perbedaan bermakna antara kawasan tempat tinggal rural atau urban dengan prevalensi cacing usus.


Introduction  : Intestinal parasitic infection is commonly caused by STHs and protozoa. The risk factors of the infection are poor sanitation and hygiene, lack of clean water, lack of nutrition, and having contact with sources of infection. In Indonesia, one of rural area is Bogor District. Meanwhile, Jakarta as an urban area was considered to have the risk factors of intestinal parasitic infection, particularly children. Therefore, this study aims to know the association between intestinal parasitic infection and rural or urban as living area.

Method           : This study used a cross-sectional design and the results of survey conducted by Indonesia’s Ministry of Health in 2017. Sample was collected by consecutive sampling method among children who were at age 4th – 9th years old or being a student in early childhood education program or kindergarten and elementary school in Bogor District (as rural area) and Jakarta Barat (as urban area). Total were 620 samples that was divided into 310 samples for each area. Data was analyzed using chi square test or Fisher exact test.

Result             : The prevalence of helminths infection in rural area was 3,2% whereas  in urban area was 1,0% with p = 0,09 (OR = 3,33; CI 95% = 0,93 – 11,99). Helminths infection was dominated by STH especially A. lumbricoides species. The prevalence of protozoa infection was 31,3% found in rural area and 16,5% found in urban area (p = 0,00; OR = 1,90; CI 95% = 1,41 – 2,57). The most prevalence species was B. hominis. There were single and mixed infections in each area, however the prevalence of intestinal parasitic infection caused by both helminth and protozoa was unable to count because it is only found in rural area (5 cases).

Discussion      : The prevalence of helminths infection was relatively low. It was possibly because of diminishing contact with soil as the main transmission media or adequate treatment had been given. Meanwhile, the prevalence of protozoa infection remains high probably due to consumption of contaminated water and foods by the cysts. Contamination happens as consequences of poor sanitation and hygiene, insufficient latrines, and lack of clean water.

Conclusion     : The prevalence of intestinal parasitic infection was higher in rural compared to urban area. There was statically significant difference between rural or urban as living area and the prevalence of protozoa infection, nevertheless there was not statically significant difference between living area and the prevalence of helminths infection.

2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Han, Changfu
Abstrak :
Contents: (1) Presents a comprehensive picture of the issue of migrant workers that has emerged due to China's urbanization. (2) Compares the processes of China s migration of labor and population, and its urbanization and industrialization with those of developed and developing countries. (3) Examines the social and economic trends regarding China's migrant workers and the impact they have on China's economy and society. (4) Proposes the construction of a social support system for migrant workers that will aid China's central government in developing its macroeconomic policy.
Singapore: Cengage Learning, 2011
331.051 HAN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yue, Zhongshan
Hackensack, NJ: World Scientific, 2016
307.24 YUE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>