Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Miesien
Abstrak :
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah umum untuk berbagai keadaan bertumbuh dan berkembangbiaknya bakteri dalam saluran kemih. Dalam keadaan normal saluran kemih adalah steril kecuali ujung uretra. Saluran kemih merupakan tempat yang relatif sering mengalami infeksi pada bayi dan anak kecil. Demam dengan sebab tidak jelas pada anak berusia 2 bulan - 2 tahun sekitar 5% disebabkan oleh ISK. Pada usia ini prevalensi ISK pada anak perempuan dua kali lebih tinggi dari pada anak laki-laki. Gejala klinis ISK bervariasi tergantung kepada usia, intensitas reaksi inflamasi dan lokasi infeksi pada saluran kemih. Anak berusia 2 bulan - 2 tahun yang menderita ISK perlu mendapat perhatian khusus oleh karena gejala klinis yang tidak khas, cara mendapatkan sampel urin yang invasif, dan mempunyai risiko terbesar terjadi kerusakan ginjal. Diagnosis ISK yang akurat sangat penting karena 2 alasan, pertama untuk identifikasi dan tata laksana anak yang mempunyai risiko kerusakan ginjal. Kedua untuk mencegah intervensi yang mahal, potensial bahaya dan tidak bennanfaat pada anak yang tidak mempunyai risiko kerusakan ginjal. Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang, serta dipastikan dengan biakan urin kuantitatif. Escherichia coli adalah penyebab ISK pertama terbanyak pada anak yaitu sekitar 80 - 90% kasus. Pada awal abad ke - 20 mortalitas neonatus dan bayi yang dirawat karena pielonefritis sekitar 20%. Pendekatan diagnostik dan terapiutik yang agresif dan modem, serta perkembangan antibiotik saat ini telah dapat menekan mortalitas mendekati 0%. Adanya ISK akan membawa dampak jangka panjang terhadap fungsi ginjal yaitu berkembangnya uremia, terjadinya hipertensi dan adanya komplikasi selama kehamilan. Sebuah survey di Swedia tahun 1992 - 1995 pada 2000 anak berusia 2 bulan - 2 tahun yang menderita ISK pertama, didapatkan refluks pada 36% anak perempuan dan 24% anak laki - laki serta 50% di antaranya sudah menunjukkan dilatasi saluran kemih bagian atas. Dengan bervariasinya profil ISK maka perlu diketahui bagaimana profil ISK pada anak yang berobat di RSCM saat ini.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Istiani
Abstrak :
Skor Apgar digunakan untuk menilai secara cepat kondisi bayi yang baru lahir. Skor Apgar yang rendah berhubungan dengan prognosis yang buruk pada bayi. Salah satu faktor yang dianggap sebagai faktor risiko prognosis buruk pada bayi adalah usia kehamilan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia kehamilan dengan skor Apgar buruk bayi. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Data adalah data sekunder dari rekam medis seluruh pasien melahirkan di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi preterm (usia kehamilan <37 minggu) memiliki skor Apgar menit 1 buruk sebesar 25% dan skor Apgar menit 5 buruk sebesar 9,5%. Analisis uji Chi-Squre menunjukkan adanya perbedaan proporsi skor Apgar buruk antara usia kehamilan preterm dan aterm secara bermakna (p<0.01). Rasio prevalensi usia kehamilan preterm terhadap aterm pada menit pertama dan kelima adalah 4.2 dan 9.6. Disimpulkan bahwa skor Apgar berhubungan dengan usia kehamilan. Usia kehamilan preterm berisiko lebih tinggi terhadap skor Apgar buruk bayi baru lahir dibandingkan usia kehamilan aterm. ...... Apgar score is used as a quick tool to assess newborn condition. Low Apgar score has relation with poor prognosis in newborn. Gestational age is considered as one of the risk factor for poor prognosis in newborn. This study aimed to determine the relation between gestational age and low Apgar score. The study design was cross-sectional using secondary data taken from medical records of all labor patients at Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) in 2011. This study found that 25% of preterm newborn (<37 weeks gestational age) had low 1-minute Apgar score and 9,5% had low 5-minute Apgar score. Based on Chi-Square test, there was a significant difference in proportion of low Apgar score between preterm and aterm gestational age. The prevalence ratio for 1-minute and 5-minute Apgar score consecutively are 4,2 and 9,6. In summary, there was relation between gestational age and Apgar score at RSCM in 2011. Preterm newborn had higher risk of having low Apgar score compare to the aterm newborn.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheby Tesya Deanira
Abstrak :
Latar belakang: Kejadian subfertil di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi pasangan subfertil mencapai 15-25% dari seluruh pasangan. Kondisi ini berpengaruh pada kondisi psikis (gejala psikopatologi) seseorang dimana diperlukan tata laksana yang sesuai agar kesehatan mental pasien subfertil dapat ditingkatkan. Tujuan: Mengetahui kecenderungan gejala psikopatologi pada pasien subfertil di RSCM beserta faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Metode: Studi ini menggunakan uji potong lintang dengan kuesioner Symptom Checklist-90 (SCL-90) secara daring dan luring di Poli Endokrin RSCM sejak 5- 18 Oktober 2020. Data yang didapat kemudian diolah menggunakan SPSS versi 20 dan dilakukan uji analisis memakai Fisher’s Exact Test. Skor kasar yang didapat dari kuesioner diubah menjadi t-score dan kemudian dikelompokan sesuai gejala psikopatologinya. Hasil: Setiap pasien dapat memiliki gejala psikopatologi lebih dari satu. Diantara 60 responden terdapat 7 pasien yang mempunyai gejala psikopatologi, dengan 5 orang mengalami somatisasi, 4 orang mendapati obsesif-kompulsif, sensitivitas interpersonal, depresi, dan ide paranoid, 3 orang mengalami kecemasan, kecemasan fobia, psikotik, dan tambahan, serta hanya 2 orang yang mempunyai hostilitas. Didapatkan hubungan gejala psikopatologi dengan usia (OR=1.081; IK95%=0.189-6.169), status pekerjaan (OR=0.448; IK95%=0.080-2.518), dan status gizi (OR=0.815; IK95%=0.087-7.617) tidak signifikan secara statistik (nilai p >0.05). Simpulan: Prevalensi gejala psikopatologi terbesar adalah somatisasi (71.4%) dengan usia >30 tahun sebagai faktor risiko, serta bekerja dan IMT ≥ 30 sebagai faktor protektif. ......Background: The incidence of subfertility in Indonesia continues to increase every year. Based on Riskesdas 2013, the prevalence of subfertile couples reached 15-25% of all couples. This condition affects the psychological condition (psychopathological symptoms) of a person where appropriate management is needed so that the mental health of subfertile patients can be improved. Objectives: To determine the profile of subfertile patients’ psychopathological symptoms in RSCM and its predispose factors. Methods: This is a cross-sectional study with the Symptom Checklist-90 (SCL-90) questionnaire that was given online and offline at the RSCM Endocrine Clinic from 5-18 October 2020. The data obtained were processed using SPSS version 20 and analyzed using Fisher's Exact Test. The obtained score from the questionnaire were converted into t-scores and then classified according to their psychopathological symptoms. Results: Each patient can have more than one psychopathological symptom. Among the 60 respondents there were 7 patients who had psychopathological symptoms, with 5 people experiencing somatization, 4 people experiencing obsessive-compulsivity, interpersonal sensitivity, depression, and paranoid ideation, 3 people experiencing anxiety, phobic anxiety, psychotic, and additional items, and only 2 people which have hostility. It was found that the relationship between psychopathological symptoms and age (OR=1.081; CI95%=0.189-6.169), occupation status (OR=0.448; CI95%=0.080-2.518), and nutritional status (OR=0.815; CI95%=0.087-7.617) was not statistically significant (p value > 0.05). Conclusion: The biggest prevalence of psychopathological symptoms was somatization (71.4%) which age >30 years old affect as a risk factor, while working and BMI ≥ 30 as protective factors.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadius Agustinus
Abstrak :
ABSTRAK

Gen Multi Drug Resistance 1 (MDR1) merupakan gen yang mengkode P-glikoprotein (P-gp). P-gp merupakan pompa ATP-dependent yang berperan penting dalam eliminasi senyawa seperti obat dan xenobiotik. Gen MDR1 dikenal sebagai gen yang polimorfik. Diantara varian-varian gen MDR1, suatu polimorfisme yang dinamakan C3435T, dapat memodulasi metabolisme dan respon substrat senyawa xenobiotik atau obat pada P-gp seperti steroid, antrasiklin dan alkaloid vinka yang penting terhadap terapi LLA. Beberapa studi menunjukkan bahwa polimorfisme ini juga digunakan untuk mengevaluasi konstribusi kandidat gen yang berpengaruh terhadap risiko insiden leukemia limfoblastik akut (LLA) pada anak-anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat profil polimorfisme C3435T pada 18 pasien anak-anak berumur kurang dari 3 tahun di RSCM yang menderita LLA menggunakan analisis PCR-RFLP dengan enzim restriksi MboI. Sebanyak 3 (16.67%) sampel LLA, dapat terdigesti dan 15 (83,33%) sampel LLA tidak dapat terdigesti. Alel C yang ditandai dengan DNA yang terdigesti mengindikasikan ekspresi p-gp yang tinggi (overekspresi) yang dapat mengeliminasi obat anti leukemia yang mengakibatkan prognosis buruk. Sedangkan, DNA yang tidak terdigesti (alel T) ditemukan banyak pada populasi pasien anak berumur kurang dari 3 tahun yang menderita LLA dibandingkan alel C sehingga diasosiasikan dengan insiden LLA. Kesimpulannya, persentase alel T pada pasien LLA berumur kurang dari 3 tahun di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM lebih besar (83,33%) dibandingkan alel C (16,67%).


ABSTRACT

The Multiple Drug Resistance 1 (MDR1) gene codes for P-glycoprotein (P-gp) is an ATP-dependent efflux pump which has great importance in elimination of several important drugs and xenobiotics. It has been shown to be polymorphic. Among the multiple variants of the MDR1 gene, a silent polymorphism, namely C3435T, has been shown to modulate the metabolization and thus the response to the drug or xenobiotic substrates for P-gp such as steroid, antracycline and vinca alkaloid which associated with drug resistance mechanism. In many studies this polymorphism also can be used to evaluate the contribution of candidate gene to the understanding genetic susceptibility to childhood acute lymphoblastic leukemia (ALL). Our study was an attempt to analyze the MDR1 gene polymorphism profile. We screened for the C3435T polymorphism 18 children under 3 years old with ALL, using PCR-RFLP assay with MboI as the restriction enzyme. We found 3 (16,67%) ALL samples, were digestable and 15 (84,33%) ALL samples were undigestable. C allele which is associated with the digestable DNAs, indicated with high expression p-gp might be eliminating antileukemic drug resulting in high risk diagnosis. On the other hand, the undigestable DNAs (T allele) were found abundant in patients and might to be associated with the incidence of ALL. In conclusion, the T allele percentage on ALL patients under 3 years old in Cipto Mangunkusumo Hospital were found higher (83,33%) compared to the C allele (16,67%).

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robertus Dimitri Haryo Prabowo
Abstrak :
Latar Belakang: Persalinan prematur merupakan salah satu penyebab kematian anak dibawah lima tahun terbesar di dunia dan penentu kesehatan jangka panjang pada anak. Di Indonesia rata-rata persalinan prematur setinggi 15,5 per seratus kelahiran bayi. Aktivitas fisik ibu hamil pada satu bulan terakhir merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelahiran bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat aktivitas ibu hamil terhadap kejadian persalinan prematur. Metode: Penelitian cross-sectional ini dianalisis dengan uji Chi-Square. Pemelitian ini menggunakan kuisioner Pregnancy Physical Activity Questionare yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan divaldasi pada penelitian sebelumnya yang serupa. Rasio Prevalensi dan Confiende Interval. Selain itu dilihat pula analisis bivariat dengan menambahkan hubungan kejadian persalinan prematur dengan faktor-faktor lainnya. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan sampel ibu melahirkan dengan hasil 36 ibu dengan persalinan prematur dan 24 ibu dengan persalinan aterm. Mayoritas sampel tergolong aktivitas sedenter. Analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan persalinan prematur tidak bermakna secara statistik p=0,957 dengan rasio prevalensi 0.933. Faktor-faktor lain yang juga diuji tidak memiliki hubungan bermakna.
Introduction: Preterm labor is one of the cause of death to children under five years in the world and one of the indicator of children health for a long term. In Indoneisa the rates of Preterm labor is 15.5 of a hundred birth. Physical activity at pregnant women for their last month is one of the important factor which can influence the outcome of the labor. This research purpose is to know if physical activity at pregnant women for their last month can affect preterm labor occurence. Method: This cross sectional study used Chi Square test. This reseacrh are using Pregnancy Physical Activity Questionnaire that has been translated to Indonesia language and validated from another similar research. Prevalance Ratio and Confidence Interval. Along with physical activity,the other factor will be analyzed with bivariat technique. Results: There are 36 mother with preterm labor and 24 mother with aterm labor. The most of sample categorized in sedentary activity. The analyzed result of relation between physical activty show that there are no statistical significant difference p 0,957 with Prevalence Ratio 0,933. Another factor which already tested are also no statistical significant difference.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Fredika Kodongan
Abstrak :
Penulisan ini dilatarbelakangi atas perkembangan teknologi informasi yang menguasai hampir keseluruhan aspek kehidupan di dalam suatu negara, khususnya di bidang kesehatan. Dalam hal ini mengenai rekam medis elektronik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Peraturan perundang-undangan tentang Rekam Medis telah mengakui adanya rekam medis elektronik, akan tetapi pengaturan yang secara spesifik mengatur penyelenggaraan rekam medis elektronik belum ada sampai dengan saat ini. Penulisan ini dilakukan untuk menjawab tiga permasalahan pokok mengenai, pengaturan rekam medis elektronik di Indonesia, tanggung jawab hukum rumah sakit dalam penyelenggaraan rekam medis elektronik, dan penerapan rekam medis elektronik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam penulisan ini adalah, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 serta perubahannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016  tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis. Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan rekam medis elektronik secara hukum tidak memiliki dasar hukum yang memadai, sehingga menghambat pemanfaatan dari rekam medis elektronik itu sendiri. Akan tetapi, rumah sakit sebagai pihak yang menyelenggarakan rekam medis elektronik tetap memiliki kewajiban untuk bertanggungjawab apabila terjadi kerugian dikemudian hari...... This study was motivated by the development of technology that appear almost in every aspects of life especially in the field of health. In this case the study held in electronic medical records at Cipto Mangunkusumo. The law on Conventional Medical records, have acknowledged about electronic medical records, but the regulations that are specifically governing the implementation of electronic medical records  are not regulated yet. This writing is to used to answer three main questions. The first one is the regulation of electronic medical records in Indonesia, the second one is hospital responsibility in implementing electronic medical records, and last one is the implementation of electronic medical records at Cipto Mangunkusumo Hospital. The regulations that used in this study are, Indonesian Law Number 29 Year 2004 about Medical Practice, Indonesian Law Number 11 Year  2016 about Information and Electronic Transactions, dan Minister of Health Regulations Number 269 Year 2008 about Medical Records. The result of this study has shown that the implementation of electronic medical records does not have a clear legal basis, that could be an obstacles for the development of electronic medical records itself. However, the hospital will still hold a responsibilty if there is a disadvantage about electronic medical record  in the future.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
362.11 UNI s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelia Maria Prajna Saraswati
Abstrak :
Latar belakang: Depresi pasca persalinan merupakan komplikasi neuropsikiatrik yang paling sering terjadi pada ibu pasca bersalin. Depresi pasca persalinan memiliki insidensi 10-15% di dunia dan prevalensi 2,32% sampai 22,35% di Indonesia. Depresi pasca persalinan seringkali luput didiagnosis sehingga ibu dengan depresi beserta bayinya tidak mendapatkan tata laksana yang sesuai. Depresi pasca persalinan dipengaruhi oleh banyak faktor dimana salah satunya adalah operasi Caesar. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan depresi pasca persalinan dengan operasi Caesar. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross-sectional). Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling melalui kuesioner Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) dan pengolahan data dilakukan menggunakan SPSS versi 20. Uji analisis menggunakan uji Chi Square dan Fisher’s exact test. Hasil dan simpulan: Secara statistik, hubungan depresi pasca persalinan dengan metode persalinan secara Caesar tidak signifikan (OR=1,575; IK 95%=0,484- 5,123; p=0,448). Faktor lain yang diteliti (usia, status pekerjaan, status pendidikan) juga secara statistik tidak signifikan (p>0,05). ......Background: Postpartum depression is the most prominent neuropsychiatric complication in postpartum mothers. The incidence of postpartum depression is 10-15% around the world, meanwhile the prevalence in Indonesia is 2,32% to 22,35%. Postpartum depression diagnosis is usually missed which causes inadequate treatment for mothers and their baby. Postpartum depression is influenced by many factors, one of which is Caesarian section. Goal: This study aims to identify the relationship between postpartum depression and Caesarian section. Method: This study uses cross-sectional study design. Sample is obtained by consecutive sampling using Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) questionnaire and the data is processes through SPSS version 20. Statistical analysis test used in this study are Chi Square test and Fisher’s exact test. Result and conclusion: Statistically, the relationship between postpartum depression and Caesarian section is not significant (OR=1,575; IK 95%=0,484- 5,123; p=0,448). Other factors that were included in this study (age, employment status, and education) are also statistically not significant (p>0,05).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library