Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ifa Windya Debrianti
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S48942
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stenly
"ABSTRAK
Skripsi ini dilatarbelakangi oleh kemunculan hunian ruko yang tertutup dengan
jendela berteralis besi, pintu berlapis ganda, dan berkerangkeng milik masyarakat Tionghoa di pusat
kota Medan. Penampilan ruko yang demikian memberikan kesan tertutup dan sepertinya ada upaya
menghindar atau bersembunyi dari sesuatu yang mengancam (ketakutan – ‘Fear’). Tujuan dari
skripsi ini adalah untuk mengungkapkan alasan di balik tampilan menutup diri (memagari –
‘Fence’) pada hunian ruko masyarakat Tionghoa kota Medan itu. Adapun pertanyaan yang muncul adalah
apakah ada hubungan antara kehidupan masyarakat Tionghoa dengan hunian ruko yang tertutup semacam
itu khususnya sesudah tahun 1966 (pasca peristiwa G30SPKI) hingga saat ini? Apakah ada hubungannya
antara tampilan ruko dengan jendela berteralis besi, pintu berlapis ganda, dan berkerangkeng
sebagai ‘fence’ dengan ‘fear’? Untuk mencari tahu jawaban atas pertanyaan tersebut di atas,
penulis melakukan metoda pengumpulan data melalui studi literatur, wawancara, dokumentasi,
dan permintaan data dari badan pemerintahan, yang semuanya lalu dibahas secara analisis-kritikal.
Penulis mendapatkan temuan bahwa faktor ‘fear’ sangat mempengaruhi tampilan hunian ruko masyarakat
Tionghoa. ‘Fence’ menjadi strategi hunian yang terbentuk untuk meminimalisir/meresponse munculnya
‘fear’ akibat kehidupan yang keras (tingkat kriminalitas yang tinggi) di kota Medan.

ABSTRACT
This undergraduate thesis was triggered
with iron-fenced-windows, double layer Medan. The appearance of these such sh expression of
avoidance or hiding fro writing is to reveal the reason behind th shop-houses. There are some
question between Chinese cultural life and the cl
1966 (after G30SPKI) until present? Is t of Chinese shop-houses with iron-fence and iron-fenced
cage as ‘fence’ and t questions, some methods are applied in interviews, photo documentation, an
government; which all of them are anal finds that ‘fear’ factor is very influenti
of Chinese shop-houses in Medan. ‘ minimize / response to ‘fear’ on the sho by its high criminal
ratings) in Medan.This undergraduate thesis was triggered by the appearance of Chinese shop-houses
with iron-fenced-windows, double layered and barred doors, and iron-fenced cages in
Medan. The appearance of these such shop-houses gives impression of closeness and
expression of avoidance or hiding from something (‘fear’). The purpose of this
writing is to reveal the reason behind the ‘closed’ or ‘fenced’ appearance of Chinese
shop-houses. There are some questions to raise whether there is a relationship
between Chinese cultural life and the closed shop-houses phenomena especially after
1966 (after G30SPKI) until present? Is there any relationship between the appearance
of Chinese shop-houses with iron-fenced-window, double layered and barred doors,
and iron-fenced cage as ‘fence’ and the impact of ‘fear’ itself? To answer these
questions, some methods are applied into this writing including literature studies,
interviews, photo documentation, and also important statistical datas from
government; which all of them are analytically and critically discussed. This study
finds that ‘fear’ factor is very influential in the formation of ‘defensive’ appearance
of Chinese shop-houses in Medan. ‘Fence’ becomes a strategy for Chinese to
minimize / response to ‘fear’ on the shop houses caused by the hard life (conditioned
by its high criminal ratings) in Medan."
2014
S55297
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Dwiyanti Prihatiningtyas
"ABSTRAK
Perdagangan Rumah Toko (Ruko) yang dikalangan usaha properti digolongkan sebagai bisnis rumah sekunder itu, dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami perkembangan pesat. Dalam bertransaksi jual beli, Perjanjian jual beli sering dibuat sebelum Ruko dibangun. Resiko tinggi diambil pembeli karena harus membayar uang muka cukup besar dan berpotensi kehilangan uangnya apabila kemudian penjual ingkar janji untuk membangun Ruko dan tidak dapat menyerahkannya kepada pembeli sesuai dengan perjanjian. Permasalahan yang diteliti adalah akibat hukum yang timbul dari wanprestasi terhadap Perjanjian Pengikatan Jual Beli Ruko yang baru akan dibangun dan Putusan Pengadilan mengenai keabsahan Perjanjian Pengikatan Jual Beli Ruko yang tanahnya merupakan milik isteri penjual. Metode penelitian kepustakaan yuridis normatif digunakan untuk menghimpun data skunder yang kemudian diteliti melalui studi dokumen dan dianalisis secara kualitatif untuk kemudian disajikan secara deskriftif dan menghasilkan kesimpulan yang bersifat analitis kualitatif deskriptif. Hasil penelitian memperoleh kesimpulan bahwa Wanprestasi terhadap PPJB Ruko melahirkan akibat hukum dalam bentuk lahirnya hak bagi pihak yang dirugikan sehingga dapat menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkar tidak ada satu pun yang dirugikan karena wanprestasi itu. Putusan Pengadilan Negeri Pangkal Pinang Nomor 121Pdt.G/20011PN.PKP. yang diperkuat oleh Pengadilan Tinggi Palembang menyataian PPJB sah demi hukum telah sesuai dengan kaidah hukum perjanjian tetapi mengabaikan ketentuan mengenai harta bersama dalam perkawinan menurut Pasal 36 ayat (1) UU No.1 Tahun 1974 dan ketentuan peralihan hak atas tanah menurut Pasal 37 ayat (1) PP No. 24 Tahun 2004 dan peraturan pelaksanaannya.

ABSTRAK
Shop House which is among effort property classified as the house secunder business, in a few this the last year experience of fast growth. In transacting sales, Sales agreement often made before Shop house its develop, taken high risk for buyer for having give advance a lot of money drawn a potency to loss of money if later the seller break a promise to build Shop house and cannot deliver to buyer as according to agreement. Problems checked here is the legal consequences of arising out from denial to Cordage Agreement of Shop House males would be develop and Decision of Justice hit authenticity of Cordage Agreement of Sales of real property which its ground represent property of seller wife. This Research as bibliography of the normative law used to muster the secunder facts checked by study of document and analysed qualitative then presented by descriptive method. The conclusion having the character of descriptive analytical qualitative. Resalt of research has drawn the conclusion that denial to Cordage Agreement of Sales of Shop house bear legal consequences in the form of delivering the rights for party harmed so that can claim denial one to give indemnation, so that by law expected no one even also harmed for denial. Decision of District Court of Pangkal Pinang Number 12/Pdt.G/ 2001/PN.PKP. and confirmed by High Court of Palembang express valid Cordage Agreement of Sales of Shop house for the shake of law have as according to method of contractual law b zt disregarding rule hit community property in marriage according to Section 36 sentence (1) Code of Marital and rule of levering of land right according to Section 37 sentence (1) Gorvernnent Regulation Number 24 Year 2004 and its application regulation.
"
2007
T19649
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herdianti
"Kota Batam adalah penyumbang terbanyak kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kepulauan Riau. Salah satu tantangan terbesar dalam penularan DBD di Kota Batam adalah keberadaan rumah toko (ruko) dan permukiman kumuh yang tidak pada peruntukkannya (squatter). Tujuan penelitian ini adalah menyusun model pengendalian DBD pada lingkungan ruko dan squatter di Kota Batam. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analitik dengan pendekatan studi ekologi. Populasi dan sampel untuk analisis spasial yakni 44 kelurahan dan populasi untuk uji statistik yaitu penderita DBD tahun 2022 sebanyak 767 kasus dengan 88 sampel. Data dianalisis dengan univariat, bivariat, pemetaan dan model. Hasil analisis menunjukkan variabel yang merupakan faktor risiko antara lain kepadatan vektor (ruko: OR=6,2, squatter: OR=11,2), mobilitas penduduk (ruko: OR=6,2, squatter: OR=6,5), suhu (ruko: OR=6,0, squatter: OR=7,3), curah hujan (ruko: OR=6,5, squatter: OR=8,4), kelembaban (ruko: OR=7,1, squatter: OR=5,7), dan konstruksi rumah (ruko: OR=5,0). Luaran penelitian ini adalah model GWR yang menunjukkan variabel Proporsi Perumahan Squatter, Suhu, Kepadatan Vektor dan Kepadatan Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Kasus DBD di Kota Batam (R2=77,13%). Model pengendalian yang dapat dilakukan adalah manajemen DBD berbasis relung ekologi antara lain peraturan daerah terkait penatalaksanaan lingkungan dengan mengatur barang bekas disekitar squatter serta memberdayakan anak sekolah dalam pemberantasan jentik.

Batam City is the largest contributor to Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) cases in the Riau Islands. One of the biggest challenges in the transmission of dengue fever in Batam City is the existence of shophouses and slum areas that are not intended for use (squatters). The aim of this research was to develop a model for controlling dengue fever in shophouses and squatter environments in Batam City. This research was quantitative analytical research with an ecological study approach. The research period started from August 2022 - May 2023. The population and samples for spatial analysis were 44 sub-districts and for statistical tests were 767 dengue fever with 88 samples. The results of the analysis showed that variables which were risk factors include vector density (shophouses: OR=6,2, squatters: OR=11,2), population mobility (shophouses: OR=6,2, squatters: OR=6,5), temperature (shophouses: OR=6,0, squatters: OR=7,3), rainfall (shophouses: OR=6,5, squatters: OR=8,4), humidity (shophouses: OR=7,1, squatters: OR=5,7), and house construction (shophouses: OR=5,0). The output of this research was the GWR model which showed that the variables Squatters Proportion, Temperature, Vector Density and Population Density had a significant effect on the number of dengue fever cases in Batam City (R2=77.13%). The model for controlling dengue fever that can be implemented are dengue management based on niche, including regional regulations requiring arranging used goods around squatters and empowering school children in eradicating larvae."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Kurniawan
"Skripsi ini membahas tentang pemaknaan yang dilakukan masyarakat Tionghoa terhadap ruko sebagai hunian. Pilihan untuk tinggal di ruko tersebut terkait dengan sejarah panjang masyarakat Tionghoa yang memiliki peran sebagai pedagang di Indonesia. Pemaknaan ruko sebagai hunian bagi masyarakat Tionghoa juga tidak bisa dilepaskan dari ruko sebagai transformasi rumah Cina yang merupakan akar kebudayaan mereka sebagai kelompok masyarakat diaspora di Indonesia. Saat ini ruko mengalami evolusi seiring dengan perkembangan dunia perdagangan dan seolah tidak menunjukan karakteristik masyarakat Tionghoa, namun nyatanya masyarakat Tionghoa tetap memiliki kecenderungan untuk tinggal di ruko. Karena itu, tujuan dari studi ini adalah menemukan konsep mendasar yang membuat masyarakat Tionghoa tetap tinggal di ruko, dan melihat apakah perkembangan/evolusi ruko mempengaruhi pemaknaan ruko sebagai hunian bagi masyarakat Tionghoa atau sebaliknya. Hasil studi menunjukan bahwa perbedaan identitas diaspora masyarakat Tionghoa di Indonesia telah mengakibatkan perbedaan pemaknaan rumah sehingga memunculkan beberapa pendekatan tipe ruko yang berbeda.

The study discuss about the conception of shop-house as home from the view point of Chinese. The decision to live in the shop-house is related to the long history of Chinese as the major trader in Indonesia. The conception of shop-house as home for Chinese also related to shop-house as the transformation of Chinese-house, as well as their root of culture as diaspora people in Indonesia. These days, the form of shop-house is transforming and it doesn't symbolize the character of Chinese people anymore. However, Chinese keep prefer to live in the shop-house. The purpose of this study focus on tracing the main concept that keep the Chinese to live in the shop-house, and to see if the transformation would change the conception of shop-house as home. The study shows that Chinese in Indonesia have different diaspora identities, that it makes different concepts of home. This also leads to several adaptations that form several type of shop-houses."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52255
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Priliana
"Pasar Baru merupakan salah satu pasar di Batavia yang berjaya di era kolonialisme, terutama di antara akhir tahun 1800 dan awal tahun 1900. Pasar ini mampu mencerminkan perubahan sosial di Batavia, yang di mana orang-orang mulai mengadaptasikan ide modernisasi yang kental dengan kebudayaan Eropa. Banyak orang mulai meniru kehidupan orang Eropa, mulai dari mengganti pemakaian pakaian tradisional menjadi pakaian Eropa, hingga mengkonsumsi komoditas-komoditas lainnya yang kental dengan modernism. Perubahan ini dapat dipenuhi oleh Pasar Baru, sehingga Pasar Baru menjadi pasar yang terkenal akan komoditas modern. Perubahan ini tidak hanya terjadi secara sosial maupun pada perubahan komoditas, tetapi juga terjadi pada tampak fisik bangunan dari Pasar Baru. Pasar yang identik dengan etnis Tionghoa ini dipenuhi dengan ruko-ruko di sepanjang jalan Pasar Baru. Ruko yang merupakan tempat utama perdagangan tersebut secara tidak langsung mengikuti perubahan yang terjadi dan melakukan adaptasi. Secara fisik, perubahan tersebut dapat diidentifikasi melalui fasad ruko, yang merupakan ‘wajah’ dari sebuah ruko. Perubahan pada fasad ruko dapat dilihat dari perubahan gaya arsitektural ruko. Perubahan fisik lainnya juga bisa dilihat dari penggunaan papan nama. Papan nama dapat memberi nformasi tambahan terhadap identitas serta fungsi dari ruko. Dengan ini, skripsi ini bertujuan melihat perubahan fisik pada ruko di Pasar Baru, terutama pada fasad dan penggunaan papan nama, serta relasinya dengan situasi yang menyebabkan perubahan tersebut.

Pasar Baru was one of the shopping districts in Batavia that was flourishing during the era of colonialism, especially during late 1800 to early 1900. This shopping district reflected Batavia's social changes, where people began to adapt to the idea of modernism that is often associated with European culture. Many people started to mimic the European lifestyle and consume commodities that are often related to European and deemed as modern. Furthermore, Pasar Baru was able to fulfill the market’s demand, leading to Pasar Baru being known for its modern commodities. These changes did not only happen socially and affect the commodity, but it also changes the physical appearance of buildings in Pasar Baru. This shopping district is identic with Chinese descendant; thus, we can find many shophouses along the straits of Pasar Baru street. As the place of trade, shophouses indirectly went along to the changes and adapted to the situation. Physically, the changes can be identified through the façade, which is the ‘face’ of a shophouse. Changes on façade can be seen through the changes of its style. And other physical changes can be identified, through the usage of signage. Signage can give additional information on the identity and the function of a shophouse. This thesis aims to identify the physical changes of Pasar Baru shophouses through façade and signage and the relation to the situation that causes these changes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baihaqi Abdullah
"Sebuah bagian dari rancangan ulang dari kawasan Pasar Baru yang dirancang ulang untuk membangkitkan kembali perannya sebagai pusat perdagangan bertaraf internasional. Rancangan ini berada Jalan Pasar Baru yang merupakan ikon utama bersejarah di Kawasan ini, tapak berada di deretan 13 toko termasuk Toko Kompak dan Resto Tropic yang merupakan Cagar Budaya Obligatory. Kedua took tersebut merupakan simbol dari awal terbangunnya Pasar Baru pada tahun 1820, Hal ini dikarnakan arsitekturnya yang masih memiliki karakter Ruko Tradisional Peranakan. Selain dari sisi sejarah, tapak berdekatan dengan persimpangan antara Jalan Pasar Baru dan Jalan Antara yang menjadikan lokasi ini strategis sebagai sebuah pusat perbelanjaan dan ikon baru pasar baru.
Bangunan ini, Peranakan Lifestyle Center atau PLC, ditujukan sebagai ekstensi dari fungsi komersil yang berada di pertokoan pasar baru. Program dari bangunan ini mengambil konsep ruko tradisional yang mengkombinasikan antara fungsi hunian dan komersil dalam satu bangunan, namun fungsi komersil diaplikasikan kembali pada bangunan ini bukan dalam bentuk fungsi namun melalui pengalaman ruang serta aktivitas yang dialami oleh pengunjung.

A part of the redesign of the Pasar Baru area which was redesigned to revive its role as a center for international trade. This design is located on Jalan Pasar Baru which is the main historical icon in this area, the site is in a row of 13 shops including Toko Kompak and Resto Tropic which is an Obligatory Cultural Heritage. The two shops are a symbol of the early development of Pasar Baru in 1820, this is because the architecture still has the character of a traditional Peranakan shophouse. Apart from the historical side, the site is adjacent to the intersection between Jalan Pasar Baru and Jalan Antara which makes this location strategic as a shopping center and a new icon of the new market. This building, the Peranakan Lifestyle Center or PLC, is intended as an extension of the commercial function located in the new market shops. The program of this building takes the concept of a traditional shophouse which combines residential and commercial functions in one building, but the commercial function is re-applied to this building not in the form of function but through the experience of space and activities experienced by visitors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Hidayat
"Tersebar luasnya bangunan-bangunan yang menggunakan tipologi ruko di Jakarta dapat dimaknai sebagai dampak pertumbuhan pesat ekonomi. Kecendrungan tersebut mendorong masyarakat untuk membangun lebih banyak lagi ruko, yang dinilai sebagai asset dan investasi bernilai, namun hal ini dilakukan dengan mengesampingkan pentingnya fungsi ruang yang tepat. Hal ini menurunkan minat masyarakat untuk tinggal di ruko, yang menjadii masalah karena ruko memfokuskan dirinya pada dualsime antara ruang tinggal (residensial) dan ruang kerja (komersil).
Melalui konsep simulakra, skripsi ini mencoba memperjelas fenomena ini, secara sederhana pada realitas dan miniaturnya, yang pada konteks ini adalah hubungan antara bangunan dengan istilah “ruko” yang melambanginya. Gagasan Baudrillard (1994) bahwa terdapat fase-fase pada proses tersebut yang menjadi metode untuk mempelajari keberadaan masalah ruko ini di proses simulacra.
Dalam hal dualism, studi kasus di Bekasi menemukan bahwa komponen bangunan yang berfungsi sebagai ruang tinggal telah hilang sepenuhnya, untuk memberi ruang pada fungsi komersil. Bangunan tersebut bahkan tidak punya ruang apapun yang mengandung nilai kerumahan. Kondisi ini menantang kesalahpahaman kita pada pemberian nama bangunan tersebut.
Suatu peninjauan ulang untuk menilai ketepatan pemberian nama menjadi sesuatu yang penting, karena sang nama tidak lagi merepresentasikan realita. Hal ini berpotensi menyebabkabkan ambiguitas dan bahkan mengubah realitas itu sendiri.

The widespread distribution of new and existing ruko in Jakarta has been seen as one of the indications in the city’s economic growth. Such tendency pushes the public toward building more rukos as part of asset and investment strategy, which may rule out the basic spatial use that the building mass provides. This phenomenon encourages public hesitation toward dwelling in the ruko. This is a problem because ruko emphasizes its function toward the duality between residency and commerciality.
Through concept of Simulacra, this thesis tries to highlight the phenomenon as it is simply the study between reality and its miniaturization, which in this context is between building with the term ruko that is supposed to represent it. Baudrillard’s (1994) idea of simulacra is that there are phases in in such process, the study tries to see in which phase that the ruko problem resides.
In the case of the duality, case study in Bekasi found that the building element that functions to serve the activity of dwelling, elements that are residential has demised entirely, to make room for the commercial. The building provides absolutely no space for the dwelling activity. This condition challenges our misconception toward its name.
A review in a way that the building is labelled is necessary to be taken, because the name does no longer represent reality. This can potentially cause ambiguity, and even changes the reality itself.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library