Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sheilla Nadia Valina
Abstrak :
BAKTI bekerja sama dengan PT. XYZ sebagai penyedia kapasitas dalam Proyek USO (Universal Service Obligation) menggunakan teknologi High Throughput Satellite dan memiliki 12 (dua belas) spot-beam Ku-band untuk mencakup semua wilayah Indonesia. PT. XYZ memiliki total kapasitas 1.314 MHz dalam arah forward dan 625.2 MHz dalam arah return untuk 12 (dua belas) spot-beam. Pada Proyek USO Penyediaan Kapasitas Satelit, ada dua jenis layanan yang disediakan, yaitu layanan ground segment Akses Internet dan Backhaul BTS dengan bandwidth aggregate 8 Mbps. Dalam memenuhi kebutuhan layanan ground segment Akses Internet dan Backhaul BTS, out-route pada setiap spot-beam dibagi menjadi 2 (dua), untuk layanan Akses Internet  dan Backhaul BTS dengan pembagian out-route yaitu sebesar 50% dari total kapasitas out-route untuk out-route satu (Akses Internet) dan 50% dari total kapasitas out-route ke out-route dua (Backhaul BTS). Namun, pada setiap beam jumlah remote Akses Internet dan Backhaul BTS tidak sama pada setiap beam sehingga hal ini menyebabkan tidak seimbangnya pembagian kapasitas out-route. Ada beberapa beam yang harus di-setting kembali untuk pembagian out-route satu dan out-route duanya. Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka diperlukan dimensioning kapasitas out-route dan in-route yang tepat berdasarkan alokasi site ground segment pada setiap beam dan sesuai dengan persyaratan yang diberikan oleh BAKTI. Hasil dari analisa pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa PT. XYZ harus segera melakukan reshaping out-route sesuai dengan hasil perhitungan pada analisis. Proses reshaping out-route dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah yang sudah dijabarkan pada diagram alur proses reshaping out-route. Setelah melakukan reshaping out-route sesuai dengan hasil analisis perhitungan di atas, maka ground segment Backhaul BTS akan mendapatkan alokasi bandwidth CIR download yang telah dijamin oleh PT. XYZ ke BAKTI yaitu sebesar 6 Mbps.
BAKTI in collaboration with PT. XYZ as a capacity provider in the USO Project (Universal Service Obligation) uses High Throughput Satellite technology and has 12 (twelve) Ku-band spots to cover all regions of Indonesia. PT. XYZ has a total capacity of 1,314 MHz in the forward direction and 625.2 MHz in the return direction for 12 (twelve) spot-beams. In the USO Project for Provision of Satellite Capacity, there are two types of services provided, namely ground segment Internet access services and BTS Backhaul with 8 Mbps aggregate bandwidth. In meeting the needs of ground access services for Internet Access and Backhaul BTS, out-route at each spot-beam is divided into 2 (two), for Internet Access and Backhaul BTS services by out-route sharing, which is 50% of the total out-route capacity for out-route one (Internet access) and 50% of total out-route capacity to out-route two (Backhaul BTS). However, in each beam, the number of remote Internet Access and Backhaul BTS is not the same so this causes an uneven distribution of out-route capacity. Several beams must be set back to divide out-route one and out-route both. From the background of these problems, it is necessary to dimensioning the appropriate out-route and in-route capacity based on the allocation of the site ground segment on each beam and by the requirements given by BAKTI. The results of the analysis in this study can be concluded that PT. XYZ must immediately be reshaping out-route according to the calculation results in the analysis. The out-route reshaping process can be done by following the steps outlined in the out-route reshaping process flowchart. After reshaping the out-route by the results of the calculation analysis above, the Backhaul BTS ground segment will get a downloadable CIR bandwidth allocation that has been guaranteed by PT. XYZ to BAKTI which is 6 Mbps.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agista Ryan Mulyanto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan rute pilihan sistem navigasi yang banyak digunakan di Indonesia (google maps) dengan rute prefrensi pelaku perjalanan. Penelitian ini mengambil rute perjalanan dari Semarang ke Bawen. Penilitian ini dilakukan dengan melakukan perhitungan analisis deskriptif preferesi pelaku perjalanan dalam memilih rute perjalanan yang dapat ditempuh pelaku perjalanan dari Semarang ke Bawen untuk kemudian dibandingkan dengan rute pilihan google maps. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaku perjalanan lebih mempertimbangkan kenyamanan dibandingkan faktor lainnya dalam memilih rute yaitu waktu, jarak, biaya bahan bakar, biaya perawatan, dan biaya tol. Rute yang paling banyak dipilih oleh pelaku perjalanan yaitu sebanyak 38,0% pelaku perjalanan adalah rute lewat jalan arteri Jl. Semarang - Surakarta, sedangkan rute pilihan sistem navigasi adalah melewati jalan tol  Semarang - Solo, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem navigasi google maps di Indonesia belum mempertimbangkan faktor lain yang dapat mempengaruhi pemilihan rute oleh pelaku perjalanan. ......This study aims to compare the route of choice of the navigation system that is widely used in Indonesia (google maps) with the travel route of the traveler. This study took a route from Semarang to Bawen. This research was carried out by calculating the descriptive analysis of the tripper's preferences in choosing the route of travel that can be taken by the traveler from Semarang to Bawen and then compared with the route of choice of google maps. The results of this study indicate that travelers consider more convenience than other factors in choosing routes, namely time, distance, fuel costs, maintenance costs, and toll costs. The most chosen route by travelers is 38.0% of travelers are routes through arterial roads Jl. Semarang - Surakarta, while the choice of navigation system routes is through the Semarang - Solo toll roads, thus it can be concluded that the google maps navigation system in Indonesia has not considered other factors that can influence the route selection by travelers.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53382
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esti Nugraheni
Abstrak :
Iklan merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempromosikan dan memasarkan produknya. lklan dan promosi telah digunakan oleh perusahaan sejak lama untuk menjual produk, jasa dan ide. ·I klan dan promosi juga merupakan cara yang baik untuk memperoleh konsumen dan menciptakan transaksi penjualan. Saat ini perusahaan perlu lebih efektif dan efisien dalam berkomunikasi ke konsumennya. Secara sederhana dampak yang ditimbulkan dari pesan akan menghasilkan tiga jenis dampak terhadap penerima pesan yaitu: Kognitif, Afektif dan Konatif (Sendjaja, 2003: 7.34) Pesan iklan mungkin saja sudah diproduksi se-optimal dan sebaik mungkin dengan memenuhi prasyarat yang telah ditentukan. Namun apakah pesan iklan tersebut sudah pasti dapat mampu mempengaruhi audiensnya untuk membeli atau bertindak sesuai dengan yang diinginkan ? Konsep keterlibatan (involvement) sangat berarti untuk mengerti dan menjelaskan perilaku konsumen. Sangatlah penting bagi pemasar secara jelas mengidentifikasikan fokus keterlibatan konsumennya. Pemasar perlu mengetahui secara tepat hal-hal apa yang menjadi konsiderasi konsumen dalam pengambilan keputusan secara individu, apakah produknya, mereknya, perilakunya, kegiatarinya, situasinya atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Dalam komunikasi persuasi dikenal suatu model yang diperkenalkan oleh Petty & Cacioppo yang disebut Elaboration Likelihood Model (ELM), terdiri dari 2 cara yang dapat diterapkan ke dalam strategi komunikasi yaitu: Central Route dan Peripheral Route. Menurut Petty & Cacioppo, Central Route cenderung diaplikasi pada keadaan dimana diperlukan tingkat keterlibatan yang tinggi (High Involvement) dari konsumen dalam keputusannya memilih produk. Dapat dikatakan juga bahwa cara ini dapat diterapkan dalam strategi komunikasi untuk produk kategori High Involvement. Sedangkan Peripheral Route, lebih diaplikasikan pada tingkat keterlibatan yang rendah (Low Involvement) dan dapat diterapkan pada strategi komunikasi produk kategori Low Involvement. Dalam kesempatan ini peneliti mencoba menguji dan meneliti apakah hal tersebut di atas masih berlaku dan masih relevan untuk masa sekarang ini. Penelitian ini bertujuan: - Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara tipe pesan iklan yang digunakan oleh produsen handphone dengan respon konsumen yang melihat iklan tersebut - Untuk mengetahui tipe pesan iklan manakah, apakah Tipe Central Route atau Tipe Peripheral Route, yang paling sesuai dalam mengkomunikasikan produk-produk kategori High Involvement, dalam hal ini adalah produk handphone. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan hypothetico-deductive yang bersifat eksplanatif dengan menguji hipotesis. Penelitian ini juga merupakan penelitian Cross Sectional Study dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data untuk penelitian ini adalah metode survei dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup kepada sampel responden sebanyak 220 orang dari populasi Mahasiswa/i FEUI yang berjumlah 2337 orang dan berada dalam range usia 17 - 25 tahun. Pengisian kuesioner ini dilakukan oleh responden dengan menggunakan panduan alat bantu visual, yaitu memperlihatkan contoh jenis iklan yang menggunakan metode Peripheral Route kemudian dilanjutkan dengan contoh iklan menggunakan metode Central Route. Untuk pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik Probability Sampling, dimana setiap unsur dalam populasi mendapatkan peluang yang sama terpilih menjadi sampel, yaitu dengan teknik Simple Random Sampling. Dalam penelitian ini menguji pengaruh antara persepsi terhadap tipe pesan iklan Central Route dan tipe pesan iklan Peripheral Route - sebagai variabel lndependen- dengan respon terhadap iklan-sebagai variabel Dependen- dari konsumen (responden) yang melihat iklan tersebut. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa multiple regression, sehingga dapat diketahui pengaruh antara persepsi terhadap tipe pesan iklan dengan respon terhadap iklan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa persepsi terhadap iklan Peripheral Route dengan respon terhadap iklan produk high involvement memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan persepsi terhadap iklan Central Route. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merancang strategi komunikasi untuk produk kategori high involvement baik bagi produsennya maupun praktisi komunikasi lainnya. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan berbagai variasi produk kategori high involvement dan juga variasi latar belakang demografis respondennya untuk memberi gambaran yang lebih komprehensif mengenai karakter target konsumen dalam menyusun strategi komunikasi yang lebih efektif.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jans Gerald Armando Lasrodo
Abstrak :
Perusahaan maskapai penerbangan di Indonesia terus mengalami pertumbuhan seiring dengan meningkatnya perekonomian global dan keuntungan wilayah geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Permasalahan yang sering ditemui di industri penerbangan adalah terkait biaya operasional pesawat yang tinggi yaitu sebesar 44% dari keseluruhan pengeluaran dari maskapai penerbangan. Pada penelitian ini, PT. Garuda Indonesia Tbk memiliki permasalahan yang sama dimana perusahaan mengalami kerugian yang disebabkan oleh biaya operasional yang tinggi terutama pada biaya bahan bakar sehingga dibutuhkan evaluasi terkait biaya tersebut. Salah satu cara untuk dapat mengurangi penggunaan bahan bakar pesawat adalah dengan memilih jalur penerbangan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi jalur penerbangan perusahaan yang dibandingkan dengan jalur penerbangan baru berupa flexible tracks yang merupakan bagian dari free route dalam dunia penerbangan dengan pendekatan route analysis. Flexible tracks memanfaatkan arus angin jetstream sebagai acuan dalam membuat jalur penerbangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jalur penerbangan yang baru berupa flexible tracks memiliki keunggulan dari jalur penerbangan yang lama baik dari segi penggunaan bahan bakar dan flight distance yang dilalui oleh pesawat untuk mempersingkat waktu penerbangan.
The airline company in Indonesia continues to grow in line with the increasing global economy and the benefits of Indonesia's geographic region. The problems that are often encountered in the aviation industry are related to the high operational cost of 44% of the total expenditure from the airline. In this research, PT. Garuda Indonesia Tbk has the same problem in which the company suffered losses caused by high operational cost especially at the cost of fuel so it is needed evaluation regarding the cost. One way to reduce the use of aircraft fuel is to choose the right flight path. This research aims to evaluate the airline's flight line compared with the new flexible tracks that are part of the free route in the aviation world with a route analysis approach. Flexible tracks utilize Jetstream wind currents as a reference for creating flight paths. The results showed that the new flight path of flexible tracks had the advantage of an old flight path both in terms of fuel usage and flight distance traveled by the aircraft to shorten the flight time.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ritonga, Monang
Abstrak :
Rute koridor Blok M-Kota merupakan bagian dan skenario jaringan busway yang diharapkan menjadi sinergi dari rute-rute lainnya agar pelayanan kepada masyarakat dapat berfungsi optimal. Dengan ketersediaan dana yang ada, maka koridor ini menjadi percontohan bagi terbentuknya sistem angkutan massal di DKI Jakarta. Dengan adanya pelayanan lajur busway ini, maka terdapat alternatif pemilihan moda angkutan yang baru sehingga dirasa perlu untuk menganalisa pemodelan terhadap seberapa besar probabilitas orang yang akan menggunakan bus sedang, bus besar, busway, sepeda motor, dan mobil pribadi serta berapa orang yang akan pindah (shifted) diantara moda-moda tersebut dengan pendekatan Nested Logit dan Multinomial Logit, sehingga diharapkan hasil berapa perbandingan antara model Nested Logit dan Multinomial Logit pada data yang ada (yang sifatnya) general untuk kasus Koridor Blok M-Kota. Analisis perbandingan dilakukan pada proporsi penggunaan moda pada kondisi existing, besarnya perpindahan moda setelah adanya busway. Penelitian ini didasarkan kepada data yang sifatnya umum, dan dilihat hasilnya, model tersebut kemudian dibandingkan dengan Multinomial Logit. Sehingga diharapkan hasil berapa perbandingan antara model Nested Logit dan Multinomial Logit. Analisis Perbandingan dilakukan pada proporsi penggunaan moda pada kondisi eksisting dan besarnya perpindahan moda setelah adanya BUSWAY. Maksud penelitian ini adalah a) mengembangkan moda choice assignment dengan pendekatan Nested Logit dan Multinomial Logit kemudian membandingkan kedua model tersebut dengan menggunakan data JICA dan Survey Traffic Counting pada koridor Blok M-Kota. Sedangkan tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proporsi dan utilitas masing-masing moda b) mengembangkan pemodelan dengan pendekatan Nested Logit dan Multinomial Logit c) Melakukan pembebanan pada koridor Blok M-Kota dan melakukan modal spilit setelah pembebanan d) Melakukan analisis perbandingan baik fungsi model moda choice, spilit moda, serta hasil pembebanan akhir dengan program STUB (Stocastic Taxonomi User Equiblirium) Dan data-data yang digunakan adalah data sekunder yaitu survey opini dari JICA, data O-D dari CTS UI serta data primer survey traffic counting di sepanjang koridor Blok M - Kota.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Firzandi Rida
Abstrak :
Vehicle Routing Problem merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengoptimasi penentuan rute dengan keterbatasan pada kapasitas kendaraan yang diawali dan diakhiri di suatu tempat. Penelitian ini membahas tentang penentuan rute penjemputan kacamata dari pusat ke cabang – cabang pada perusahaan kacamata di Jabodetabek. Meningkatnya demand produk, serta adanya penambahan cabang menyebabkan terjadinya overcapacity pada salah satu rute penjemputan yang digunakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penentuan rute baru menggunakan Vehicle Routing Problem dengan 1 depot pusat yang berpusat di Pejaten ke 11 cabang titik penjemputan dengan menggunakan 3 kendaraan bermotor dengan jam kerja dimulai dari jam 11 siang hingga jam 7 malam di wilayah Jabodetabek, untuk mendapatkan rute kendaraan penjemputan kacamata dengan meminimalkan waktu travel dan muatan yang optimal untuk proses penjemputan tersebut. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh tiga rute dengan tiga kendaraan yang tersedia untuk penjemputan tersebut, dengan total waktu 731 menit dan total muatan sebanyak 160 buah kacamata. ......Vehicle Routing Problem is a method that can be used to optimize route determination with limitations on vehicle capacity that starts and ends somewhere. This study discusses about determining the route for picking up glasses from the center to branches at eyeglasses companies in Jabodetabek. The increases in the product demand, as well as the addition of branches has caused overcapacity on one of the pick-up routes used. Because of that, it is necessary to determine a new route using the Vehicle Routing Problem with 1 central depot centered in Pejaten to 11 branch pickup points using 3 motorcycle with working hours starting from 11 a.m. to 7 p.m. in the Jabodetabek area. to get the vehicle pick-up route for glasses by minimizing travel time and optimal load for the pick-up process. From the results of this study, three routes with three vehicles were obtained for the pick-up, with a total time of 731 minutes and a total payload of 160 glasses.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gde Sugianyar Dwiputra
Abstrak :
Tesis ini merupakan upaya untuk mengkritisi upaya penegakan hukum lalu lintas dalam Kawasan Tertib Lalu Lintas (KTL) yang dilaksanakan oleh Sat Lantas Polres Metro Jakarta Pusat sehubungan dengan adanya Kebijakan Pelaksanaan Proyek Percontohan Kawasan Tertib Lalu Lintas (PPKTL) di wilayah hukum Polda Metro Jaya, yang salah satu daerah sasarannya berada di wilayah Polres Metro Jakarta Pusat. Kebijakan Pelaksanaan PPKTL yang tertuang dalam Juklak Kapolda Metro Jaya Nomor Pol.: Juklak/1259/II/2002/Datro, tanggal 23 Februari 2002 tentang Kawasan Tertib Lalu Lintas, ternyata menetapkan daerah sasaran KTL di wilayah hukum Polres Metro Jakarta Pusat adalah ruas-ruas jalan yang selama ini dikenal sebagai jalur jalan protokol yang merupakan ?route jalan? yang biasa dilalui oleh RI-1 dari tempat kediamannya di Jl. Teuku Umar ke Istana Negara di Jl. Merdeka Utara dan sebaliknya, serta ?route jalan? yang biasa dilalui oleh RI-2 dari tempat kediamannya di Jl. Diponegoro ke Istana Wapres di Jl. Merdeka Selatan dan sebaliknya. Ketentuan daerah sasaran KTL di wilayah hukum Polres Metro Jakarta Pusat yang demikian itu menimbulkan adanya 2 (dua) implikasi, yang satu sama lain saling bertentangan. Di satu sisi, membawa impilkasi bagi keberhasilan pelaksanaan PPKTL di wilayah hukum Polres Metro Jakarta Pusat, dalam arti keberhasilan yang diukur dari ?indikator keberhasilan KTL? dan ?unjuk kerja KTL? sebagaimana tercantum di dalam Juklak Kapolda Metro Jaya. Akan tetapi, di sisi lain, dipandang dari pelaksanaan penegakan hukum lalu lintas dalam KTL oleh Sat Lantas Polres Metro Jakarta Pusat yang dinilai berdasarkan tujuan utama diselenggarakannya PPKTL tersebut sebagaimana tersirat di dalam "Philosofi Dasar" KTL itu sendiri, maka dapat simpulkan bahwa "pelaksanaan kebijakan PPKTL di wilayah hukum Polres Metro Jakarta Pusat ternyata belum berjalan secara efektif". Penyebabnya adalah, indikator keberhasilan KTL dan unjuk kerja KTL yang diisyaratkan di dalam Juklak Kapolda Metro Jaya tersebut, sebenarnya sudah tersedia sebelum daerah sasaran KTL di wilayah hukum Polres Metro Jakarta Pusat tersebut dijadikan PPKTL, karena daerah itu merupakan jalan protokol V VIP.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T11046
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahturai Rian Fitra
Abstrak :
Perbatasan negara juga merupakan boundary dan frontier, yang memiliki nilai strategis bagi kedaulatan negara. Pengelolaan perbatasan negara harus didukung oleh ketahanan nasional yang tangguh untuk menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dalam rangka mencapai tujuan nasional. Salah satu bentuk dukungan nyata berupa patroli pengamanan perbatasan negara secara intensif. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan yang efektif dalam meminimalisir hambatan dan gangguan di lapangan. Sistem Informasi Geografis memberikan solusi fungsi analisis medan secara otomatis. Analisis medan mampu menilai tingkat risiko patroli pengamanan berdasarkan kriteria geografi militer (ancaman musuh, cuaca ekstrem, medan terjal, lost sinyal komunikasi, akses jalan yang sulit, vegetasi yang rapat, sungai yang dalam) Penelitian ini menggunakan model Applied Research yang bersifat kualitatif dan kuantitatif (mixed method). Penilaian awal terhadap perbandingan 3 pendekatan intelijen (GeoInt, Humint, dan Osint) bersifat kualitatif dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Pengumpulan data melalui kuesioner terhadap 33 prajurit TNI AD dengan kriteria tertentu. Adapun, implementasi Geospatial Intelligence untuk memperkirakan rute patroli bersifat kualitatif dengan metode Spatial Multi Criteria Evaluation (SMCE). Sumber data berasal dari geodatabase milik BIG (Demnas, Data vektor sungai), DITTOPAD (Peta Topografi 1:50.000), Kementan (Data vektor jenis tanah) dan ESA (Citra Satelit Sentinel-2A). Hasil penelitian menunjukkan tingkat risiko tertinggi merupakan ancaman musuh dengan persentase 44,1 % dan terendah karena adanya hambatan vegetasi yang rapat dengan persentase 7,2 %. Penelitian ini juga menghasilkan Peta Rekomendasi Rute Patroli yang memiliki tingkat risiko yang rendah berdasarkan klasifikasi standar NATO (Go, Slow Go, dan No Go). Penelitian ini memberikan kontribusi nyata untuk mendukung Ketahanan Nasional yang tangguh, terutama dalam hal perencanaan patroli pengamanan perbatasan negara Republik Indonesia-Malaysia. ......National borders are also boundaries and frontiers, which have strategic value for the country's sovereignty. A robust national resilience must support national borders' management to face threats, challenges, obstacles, and disturbances to achieve national goals. One form of tangible support is in the form of intensive patrols to secure state borders. Therefore, effective planning is needed to minimize obstacles and disturbances in the field. Geographical Information System provides solutions for automatic terrain analysis functions. Field analysis can assess the level of risk of security patrols based on military geographic criteria (enemy threats, extreme weather, steep terrain, lost communication signals, difficult road access, dense vegetation, deep rivers). This study uses an Applied Research model that is qualitative and quantitative (mixed method). The initial assessment of the comparison of 3 intelligence approaches (GeoInt, Humint, and Osint) is qualitative with the Analytical Hierarchy Process (AHP) method. Data collection through questionnaires to 33 TNI AD soldiers with specific criteria. Meanwhile, Geospatial Intelligence's implementation to estimate patrol routes is qualitative using the Spatial Multi-Criteria Evaluation (SMCE) method. Sources of data come from the geodatabase belonging to BIG (Demnas, River vector data), DITTOPAD (Topographic Map 1: 50,000), Ministry of Agriculture (Land type vector data), and ESA (Sentinel-2A Satellite Imagery). The results showed that the highest level of risk was an enemy threat with a percentage of 44.1%, and the lowest was due to dense vegetation barriers with a percentage of 7.2%. This research also produced a Patrol Route Recommendation Map, which has a low-risk level based on the standard NATO classification (Go, Slow Go, and No Go). This research makes a real contribution to support a formidable National Resilience, especially in planning the Republic of Indonesia-Malaysia's border patrols
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harefa, Tetty N.
Abstrak :
PT Telkom telah menerapkan system SDH (Synchronous Digital Hierarchy) dengan menggunakan serat optik sebagai media transmisinya. Adapun system SDH yang diaplikasikan telah menggunakan metode EEFO (Expansion and Extension Fiber Optic) dan Nothern Route Alcatel. Penggunaan kedua metode ini akan mempermudah PT Telkom dalam mengoperasikan layanan jaringan telekomunikasi dan keterbatasan akan kapasitas bandwidth yang digunakan. Tentunya kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam penulisan skripsi ini akan dilakukan suatu Analisa cara kerja kedua metode tersebut. Analisis yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan semua informasi baik dari perusahaan yang bersangkutan maupun melalui buku sebagai referensi teori. Metode yang dilakukan adalah studi kasus di PT Telkom. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan cara kerja kedua metode dan bagaimana penerapannya pada jaringan backbone di PT Telkom. Dari kedua metode yang digunakan oleh PT Telkom, northern route lebih baik dari segi kecepatan, kapasitas, dan penghubung jarak jauh dibandingkan dengan EEFO. PT Telkom dapat menerapkan kedua sistem tersebut disesuaikan dengan kebutuhan jangka panjang baik dari segi teknis maupun ekonomi. ......PT Telkom have applied system SDH ( Synchronous Digital Hierarchy) by using optical fibre as transmission media. SDH system applies two method which are used EEFO method ( Expansion And Extension Fiber Optik) and Nothern Route Alcatel. Both of this method will be easy to be used by PT Telkom in operating service of telecommunications network and to overcome the limitation of capacities which is used. Both of this method have advantage and disadvantage which will be discussed in this paper. Analysis is taken by collecting information from PT Telkom (case study) and also through various literatures. Data-Processing is done by comparing both of the method and how its implemented at the backbone network in PT Telkom. From both of these method, northern route method have better speed, capacities, and link of long distance than EEFO method. PT Telkom can apply both of this method for their future usage.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S40391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathur Rahman
Abstrak :
Pengelaran jalur pipa baru dapat memanfaatkan fasilitas lahan yang tersedia dengan bekerjasama dengan perusahaan lain pemilik lahan yang ada untuk mengurangi biaya pembebasan lahan dan menghemat jadwal proyek. Dalam proyek ini pipa baru milik perusahaan Pertagas melalui lahan Right of Way (RoW) yang telah ada jalur pipa perusahaan Eni.  Jalur pipa Pertagas tersebut bersilangan dengan jalur pipa aktif milik Eni di bawah tanah dengan kedalaman 5m dan jarak antara pipa 1m. Untuk melaksanakan proyek ini diperlukan kerjasama antar kedua perusahaan agar aspek legal dan aspek teknis integritas pipa terjaga dengan aman. Tahapan proyek dimulai dengan aspek legal berupa perjanjian persilangan jalur pipa antara kedua perusahaan. Kemudian dilanjutkan aspek teknis dengan mengumpulkan data survey lokasi dan kedalaman pipa aktif yang beroperasi. Setelah kedalaman dikonfirmasi maka perencanaan desain konstruksi dimulai dengan perencanaa gambar teknis dan menghitung potensi longsor tanah saat penggalian lubang pit untuk peletakan alat pengeboran. Metode identifikasi bahaya saat konstruksi (Hazid) dilakukan sebelum pelaksanaan agar dapat diketahui resiko bahaya yang terjadi dan mitigasi yang dapat diterapkan. Aspek K3 keselamatan dan keamanan bekerja diterapkan baik untuk alat dan pekerja proyek. Pelaksanaan pengeboran dilakukan setelah semua pihak melakukan cek list persetujuan dan komunikasi tanggap darurat telah siap di lapangan. Proses pengeboran horizontal berjalan sesuai dengan desain dan pipa yang terpasang kemudian diperiksa untuk memastikan tidak menganggu integritas pipa aktif yang ada. Evaluasi menunjukkan dari aspek teknis pelaksanaan telah sesuai perencanaan desain yang tertuang dalam prosedur metoda kerja dengan menerapkan aspek quality selama pengeboran dan pemasangan pipa. Namun pemulihan kembali situs area kerja ke kondisi semula menjadi temuan yang perlu pemeliharaan berkelanjutan. Sementara itu evaluasi penerapan keselamatan masih perlu ditingkatkan khususnya pekerja yang bekerja di bawah tanah yang berpotensi resiko bahaya bekerja di ruang terbatas. Kesimpulan dari pekerjaan persilangan pipa ini adalah pemilihan metode pengeboran horizontal merupakan pilihan tepat karena jarak penggalian lubang mencukupi dan tidak menganggu aktivitas pipa yang sedang beroperasi. ......Installation of a new pipeline route can used existing land facilities by collaborating with other land owned companies to reduce land acquisition cost and save project schedules. In this project, the new pipeline is owned by the company Pertagas and through the existing Right of Way (RoW) owned by company Eni, where Pertagas pipeline crossing with Eni active pipeline underground at a depth of 5 meters with a 1 meter spacing between the pipes. To carry out this project, cooperation between both companies are required to ensure both legal and technical aspects of pipe integrity are safely applied. The project stages begin with the legal aspect, which involves an agreement on the pipeline crossing between the two companies. Then the technical aspects continued by collecting data survey and the depth of active pipes in operation. Once the depth was confirmed, the construction design planning begins, including technical drawings and calculating the potential soil erosion during pit excavation for boring equipment placement. Hazard identification during construction (Hazid) is conducted before implementation to determine potential hazards and the applicable mitigation measures. Occupational health and safety (K3) aspects are applied for both equipment and project workers. Boring work is carried out after all parties have completed approval checklist and emergency communication is ready on-site. The horizontal boring performed according to design, and the installed pipes are tested to ensure they do not interfere with the integrity of the existing active pipes.

The evaluation indicates that, from a technical perspective, the implementation is in line with the planned work procedures, by applying quality aspects during boring and pipe installation. However, site restoration to its original condition requires follow up maintenance. Meanwhile, the evaluation of safety implementation still needs improvement, especially for workers working underground in confined spaces. The conclusion from this pipe crossing work is that horizontal boring method is the right choice due to the excavation pit distance is sufficient and does not interfere with the activities of live pipeline that are currently operating.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>