Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutahaean, Bona S.H.
"Latar Belakang: Mahasiswa yang memiliki self-esteem tinggi cenderung lebih mampu melakukan penyesuaian diri sehingga memiliki prestasi akademis yang lebih baik. Mereka juga akan lebih mampu mengatasi permasalahan dalam dunia perkuliahan sehingga secara otomatis menurunkan level distres psikologis.
Metode: Penelitian dilakukan secara quasi experimental. Delapan mahasiswa Universitas Indonesia berusia antara 18-23 tahun yang memiliki tingkat self-esteem di bawah 29 berdasarkan alat ukur Rosenberg Self-Esteem Scale dan memiliki level distres psikologis di atas 1.75 berdasarkan alat ukur HSCL-25 menjadi subyek penelitian. Kepada mereka diberikan intervensi pelatihan peningkatan self-esteem selama dua hari berturut-turut yang terdiri dari 5 sesi utama. Pelatihan dilakukan selama ± 6 jam per harinya. Empat minggu setelah pelatihan hari kedua, dilakukan wawancara dan pengukuran pasca intervensi menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale dan HSCL-25.
Hasil: Berdasarkan pengukuran sebelum dan sesudah intervensi pelatihan, diketahui bahwa tujuh partisipan mengalami peningkatan self-esteem, satu partisipan mengalami penurunan self-esteem, tujuh partisipan mengalami penurunan level distres psikologis, dan satu partisipan mengalami peningkatan level distres psikologis.
Kesimpulan: Penelitian ini membuktikan bahwa intervensi pelatihan dinilai berhasil dalam meningkatkan self-esteem dan menurunkan level distres psikologis mahasiswa Universitas Indonesia. Partisipan juga menyampaikan bahwa mereka memperoleh informasi baru mengenai self-esteem dan keterampilan baru berkomunikasi secara asertif dan berpikir positif.

Background: Undergraduate student with high self-esteem level tends to have a good adjustment to college world, therefore they can achieve greater academic performance. They will also have the ability to deal with college problems and automatically decreasing their psychological distress level.
Method: Quasi experimental research was conducted. Eight Universitas Indonesia?s undergraduate students aged 18-23 years who had self-esteem level below 29 as measured by Rosenberg Self-Esteem Scale and had psychological distress level above 1.75 as measured by HSCL-25 became the subject of this research. They were involved in self-esteem building training intervention within two days in a row (@ approximately 6 hours), consisted of 5 main sessions. Four weeks after the second day of training, the level of self-esteem and psychological distress were measured using Rosenberg Self-Esteem Scale and HSCL-25.
Result: The measurements before and after the training intervention found that seven participants had an increase in self-esteem level, one participant had a decrease in self-esteem level, seven participants had decreased psychological distress level, and one participant had increased psychological distress level.
Conclusion: This study proves that the training intervention is effective in increasing the level of self-esteem and decreasing the level of psychological distress for Universitas Indonesia?s undergraduate students. Participants also commented that they acquired new knowledge regarding selfesteem and new skills to communicate assertively and think positively.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30962
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Ariyana Rahayu
"Gejala negatif yang ditemukan pada pasien skizofrenia umumnya mengarah kepada respons emosional yang ganjil, seperti ekspresi wajah dan nada bicara monoton, sulit merasa senang, enggan bersosialisasi, kehilangan minat pada berbagai aktivitas. Perubahan tersebut mengarah kepada harga diri rendah kronik. Pada pasien dengan harga diri rendah kronik, seringkali ditemukan pikiran otomatis yaitu penilaian negatif kepada diri sendiri atau orang lain. Jika pikiran tersebut tidak segera diatasi, maka akan sangat mempengaruhi kemampuan pasien dalam mengendalikan pikiran yang berdampak pada perasaan dan perilaku pasien dalam aktivitas sehari-hari. Harga diri rendah kronik merupakan 1 dari 5 diagnosa keperawatan yang paling sering ditemukan di RSJ.
Ilustrasi kasus. Studi kasus ini dilakukan kepada 4 orang pasien perempuan yang dirawat di wisma Setyowati RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dengan diagnosa keperawatan harga diri rendah kronik. Semua pasien diberikan terapi keperawatan generalis dan spesialis. 2 orang pasien mendapatkan terapi perilaku kognitif dan psikoedukasi keluarga, sedangkan 2 orang lainnya mendapatkan terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga. Terapi spesialis diberikan dalam 6-9 kali pertemuan baik secara langsung dengan pasien dan keluarga maupun secara daring dengan keluarga. Tanda dan gejala harga diri rendah kronik diukur di setiap awal pertemuan dan di tiap akhir pertemuan dilakukan evaluasi harga diri menggunakan Rosenberg self-esteem scale (RSES).
Kesimpulan. Hasil yang diperoleh dari asuhan keperawatan spesialis pada keempat pasien ditemukan penurunan tanda dan gejala harga diri rendah kronik dan peningkatan tingkat harga diri dari kategori rendah menjadi tinggi menggunakan RSES.

Negative symptoms found in schizophrenic patients generally lead to odd emotional responses, such as monotonous facial expressions and tone of voice, difficulty feeling of happiness, reluctant to socialize, loss of interest in various activities. These changes lead to chronic low self-esteem. In patients with chronic low self-esteem, automatic thoughts are often found, namely negative judgments about themselves or others. If these thoughts are not immediately addressed, it will greatly affect the patient's ability to control thoughts which have an impact on the patient's feelings and behavior in daily activities. Chronic low self-esteem is 1 of 5 nursing diagnoses that are most often found in the mental hospitals.
Case illustration. This case study was conducted on 4 female patients who were treated at Wisma Setyowati RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang with chronic low self-esteem nursing diagnosis. All patients were given generalist and specialist nursing therapies. 2 patients received cognitive behavioral therapy and family psychoeducation, while 2 others received cognitive therapy and family psychoeducation. Specialist therapy is given in 6-9 meetings, both in person with patients and families and online with families. Signs and symptoms of chronic low self-esteem were measured at the beginning of each meeting and at the end of each meeting, self-esteem was evaluated using the Rosenberg self-esteem scale (RSES).
Conclusion. The results obtained from specialist nursing care for the four patients found a decrease in signs and symptoms of chronic low self-esteem and an increase in the level of self-esteem from low to high category using RSES.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Barus, Ezra Andhika Pratama
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat body image sebagai prediktor self-esteem pada dewasa muda usia 18-25 tahun yang berolahraga.. Penelitian ini dilakukan di lingkungan ruang terbuka publik pada dewasa muda yang berolahraga, di kawasan Jabodetabeka. Kuesioner yang digunakan dengan mengadaptasi 2 alat ukur, yaitu multidimensional body self relations questionare Cash, 1990 dan rosenberg self-esteem scale Rosenberg, 1965 . Kedua alat ukur yang digunakan ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil penelitian N=130 menunjukkan body image signifikan memprediksi self-esteem pada dewasa muda dengan t = 9,312, p < 0.01 dan hasil lain didapatkan bahwa frekuensi olahraga tidak signifikan memprediksi body image t = -.938, p > 05.

The purpose of this research is to see Body Image as a Predictor of Self Esteem among Young Adults age 18 to 25 years old who Exercise. The study was conducted in a public open space environment among young adolescents who exercise. The questionnaire is used by adapting 2 measuring instruments, namely multidimensional body self relations questionare Cash, 1990 and rosenberg self esteem scale Rosenberg, 1965. Both of these measuring instruments are translated into Indonesian languange. The results of the study N 130 showed that body image is significant predicting self esteem among young adults in Jabodetabeka with t 9.312, p .05.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditha Anjani Nabiilah
"Latar Belakang: Kecanduan smartphone baru-baru ini mendapat perhatian ilmiah yang meningkat sebagai potensi kecanduan perilaku. Perilaku adiktif secara tradisional telah dikaitkan dengan citra diri yang rendah. Langkah pertama menuju mitigasi konsekuensi kecanduan smartphone adalah deteksi dini, dan itu harus mempertimbangkan faktor risiko individu; citra diri adalah salah satu faktor risiko tersebut. Citra diri adalah penilaian individu secara keseluruhan atas nilai atau nilai seseorang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara citra diri dan kecanduan smartphone di kalangan mahasiswa di Jakarta, Indonesia.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dan menggunakan teknik simple random sampling. Rosenberg Self-Esteem Scale versi Indonesia dan Smartphone Addiction Scale versi Indonesia digunakan untuk mengukur variabel penelitian. Uji korelasi pearson dilakukan untuk mengetahui hubungan antara citra diri dengan kecanduan smartphone, sedangkan analisis regresi logistik multivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara faktor demografi, pola penggunaan smartphone, dan kerentanan terhadap kecanduan smartphone.

Hasil: Analisis data menunjukkan nilai signifikansi (p =<0.05, r =-0,345), hal ini berarti tingkat citra diri berkorelasi negatif dengan kecanduan smartphone. Temuan menunjukkan bahwa citra diri yang rendah merupakan ciri penting dari kecanduan smartphone. Mayoritas dari 192 peserta ditemukan memiliki tingkat citra diri rata-rata (72,3%). Mayoritas peserta menggunakan smartphone lebih dari 6 jam setiap hari (74,2%). Rata-rata usia pertama kali menggunakan smartphone adalah 10,69 tahun (SD = 1,99). Sebagian besar responden menggunakan smartphone untuk berkomunikasi dengan orang lain (63,2%) dan mengakses media sosial (16,1%). Usia partisipan, jenis kelamin, usia pertama kali menggunakan smartphone, durasi penggunaan smartphone setiap hari, dan tujuan utama penggunaan smartphone tidak memengaruhi hubungan tersebut.

Konklusi: Secara keseluruhan, studi ini membuktikan bahwa ada korelasi negatif lemah yang signifikan antara citra diri dan kecanduan smartphone. Selain itu, studi ini menekankan pentingnya mengatasi citra diri dan keyakinan inti yang sesuai dalam pencegahan dan pengobatan kecanduan smartphone.


Background: Smartphone addiction has recently received increased scientific attention as a potential behavioral addiction. Addictive behaviors have traditionally been associated with low self-esteem. The first step toward the mitigation of the smartphone addiction consequences is early detection, and it should take individual risk factors into consideration; self-esteem is one such risk factor. Self-esteem is individual's overall assessment of one's worth or value. The goal of this study is to examine the correlation between self-esteem and smartphone addiction among university students in Jakarta, Indonesia.

Methods: The research study adopted a cross-sectional research design and used a simple random sampling technique. The Indonesian versions of the Rosenberg Self-Esteem Scale and the Smartphone Addiction Scale were used to measure the study variables. Pearson correlation test was conducted to acknowledge the correlation between self-esteem and smartphone addiction, while multivariate logistic regression analysis was conducted to examine the relationships between demographic factors, patterns of smartphone use, and vulnerability to smartphone addiction.

Result: Data analysis shows significance value (p =<0.05, r =-0.345), this means the level of self-esteem is negatively correlated with smartphone addiction. The findings show that low self-esteem is an important hallmark of smartphone addiction. A majority of 192 participants were found to have average self-esteem level (72.3%). The majority of participants use smartphone more than 6 hours daily (74.2%). The average of age at first smartphone use was 10.69 years (SD = 1.99). Most of the respondents used smartphone to communicate with other people (63.2%) and access social media (16.1%). Participant’s age, gender, age at first smartphone use, duration of daily smartphone use, and primary purpose of smartphone use did not moderate the association.

Conclusion: Overall, this study proves that there is a significant weak negative correlation between self-esteem and smartphone addiction. Moreover, our findings emphasize the importance of addressing self-esteem and corresponding core beliefs in the prevention and treatment of smartphone addiction."

Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Judyca Sarinah
"Masalah kemandirian dapat mempengaruhi munculnya masalah harga diri pada lansia. Hal itu disebabkan karena adanya etiologi intrinsik seperti kondisi fisik, kognitif, dan jiwa serta persepsi negatif lansia dan etiologi ekstrinsik seperti suasana tinggal di panti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik responden usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan kondisi kesehatan, tingkat kemandirian melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, tingkat harga diri, dan hubungan antara tingkat kemandirian melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan tingkat harga diri lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan pada 75 responden dengan panduan instrumen Barthel Index dan Rosenberg Self-Esteem Scale dengan desain cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukkan 76 tergolong mandiri, 56 memiliki harga diri tinggi, dan tidak ada hubungan antara tingkat kemandirian melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan tingkat harga diri p value 0,051; CI 95 . Penelitian berikutnya disarankan untuk meneliti hubungan antara tingkat kemandirian melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dasar dan aktivitas kehidupan sehari-hari instrumental dengan tingkat harga diri pada lansia di panti sosial yang berbeda.

The independence problem can affect self esteem problem in elderly. It is caused by intrinsic etiologies such as the physical, cognitive, and mental conditions and the negative perception of elderly and extrinsic etiology namely the situation about living in elderly institution. The purpose of this research is to identify the characteristics of participants age, gender, education level, and health condition, the independence level of doing activities daily of living, the self esteem level, and the correlation between the independence level of doing activities daily of living with the self esteem level of elderly in Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 South Jakarta. This research was done for 75 participants by using Barthel Index and Rosenberg Self Esteem Scale with cross sectional design.
The result shows 76 participants are independent, 56 participants have high self esteem, and there is not correlation between the independence level of doing activities daily of living with the self esteem level p value 0,051 CI 95 . The next research is recommended to identify the correlation between the independence level of doing basic and instrumental activities daily of living with the self esteem level in different social elderly institution.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library