Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Peter Andreas
Abstrak :
Penyakit gigi dan mulut termasuk dalam 10 peringkat penyakit terbanyak yang diderita masyarakat. Karies gigi merupakan penyakit gigi yang banyak dijumpai pada masyarakat di Indonesia dengan prevalensi dan derajat keparahan yang cukup tinggi. Penyakit karies gigi, kelainan periodontal, dan gangguan traumatik yang kronis dapat menyebabkan kelainan pada pulpa gigi yang akhirnya memerlukan perawatan endodontik. Salah satu jenis perawatan endodontik adalah perawatan saluran akar yaitu perawatan gigi dengan cara pengangkatan seluruh jaringan pulpa gigi. Di dalam perawatan saluran akar terutama pada perawatan endodontik konvensional diperlukan waktu kunjungan yang berulangkali yaitu antara 3 - 4 kali. Ketidakpatuhan dalam menjalani perawatan saluran akar dapat menyebabkan kegagalan perawatan yang berakibat perawatan harus diulang kembali. Hal ini berarti menambah biaya dan waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan pasien dalam perawatan saluran akar yang datang ke Poliklinik Konservasi Gigi FKGUI Jakarta dari bulan September 1997 sampai dengan bulan Agustus 1998. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 1999. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan mengambil seluruh pasien yang datang yaitu sebanyak 131 orang. Dari seluruh populasi hanya 117 orang saja yang dapat diteliti. Perilaku kepatuhan dibagi dalam dua kategori yaitu patuh dan tidak patuh dilihat dari penyelesaian perawatan dan jadwal serta jumlah kunjungan yang telah dianjurkan oleh dokter giginya. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa hanya 54 orang (46,2%) yang patuh menjalani perawatan dan yang tidak patuh sebanyak 63 orang (53,8%). Hasil analisis bivariat antara 8 variabel bebas dengan variabel terikat, menghasilkan 6 variabel yang mempunyai hubungan bermakna (p<0,05), yaitu variabel pengetahuan tentang perawatan saluran akar, persepsi tentang perawatan saluran akar, sikap terhadap perawatan saluran akar, waktu tunggu selama menjalani perawatan saluran akar, pelayanan petugas, dan dukungan keluarga/teman. Sedangkan 2 variabel lainnya yaitu aksesibilitas dan biaya, ternyata tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku kepatuhan (p>0,05). Hasil analisis multivariat dengan metoda regresi logistik dari delapan variabel bebas, ternyata hanya tiga variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna (p<0,05), yaitu variabel waktu tunggu, sikap, dan persepsi. Hal ini menunjukkan bahwa hanya variabel waktu tunggu, sikap, dan persepsi saja yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku kepatuhan dalam perawatan saluran akar gigi, dengan tetap melihat faktor-faktor lainnya. Intervensi perilaku berupa pendidikan kesehatan gigi bagi pasien dan masyarakat pada umumnya dapat menjadi alternatif yang terbaik untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani perawatan gigi, terutama perawatan saluran akar yang memerlukan kunjungan yang berulangkali. Intervensi perilaku tidak hanya ditujukan pada pasien dan masyarakat saja, tetapi juga bagi tenaga kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan gigi di masyarakat. Disamping itu perlu juga peningkatan sumberdaya dan fasilitas kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi masyarakat. ......Factors associated with compliance behaviors of patients for root canal treatment at the Faculty of Dentistry, University of Indonesia in 1998.Oral disease is the tenth prevalent disease in the community. Dental caries has high prevalence and severity level in Indonesia. Dental caries, periodontal disease and chronic traumatic disorder can be the causes of dental pulpal disorder that may lead to endodontic treatment. Root canal treatment as an endodontic treatment is excavation the entire pulpal tissues. A conventional root canal treatment needs 3 to 4 visits. Incompliance to this treatment causes failure of the treatment, and needs to be repeated, which will require more time and cost to the treatment. This study is to acknowledge the factors that are associated with patients' incompliance behavior to the root canal treatment. The study design is cross sectional study. The population study is all patients who came to the Operative Dentistry Department, Faculty of Dentistry, University of Indonesia during September 1997 until August 1998. 117 samples out of 131 were included in the study. Incompliance behavior was divided into two categories that are "comply" and "not comply", based on completion of the treatment, treatment schedule and number of visits instructed by the dentists. Univariate analysis showed that only 54 samples (46,2%) complied to the treatment and 63 samples (53,8%) did not comply. In the bivariate analysis, 6 of 8 independent variables, which are knowledge, perception, attitude, waiting time, service of dental provider and family/friend support, showed significant relationship with the dependent variable (p<0,05). Whilst the other two variables, access ability and cost, did not show significant relationship with compliance behavior (p>0, 05). The study concluded the variables of waiting time, attitude and perception are main factors that influence the compliance behavior of root canal treatment. Dental health education as an intervention for patients and community may be a worthy alternative effort in increase the patient?s compliance toward dental treatment, especially root canal treatment that needs repetitive visits. This alternative intervention may also be worthy for dental manpower in order to increase dental health service in the community that lead to increasing dental health level in the community.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T625
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Ardelia Ahimsa
Abstrak :

Latar Belakang: Siler kalsium silikat bersifat hidrofilik, berikatan secara kimia ke dentin,  membentuk hidroksiapatit, memiliki waktu kerja dan settingideal, dan tidak terjadi penyusutan. Siler resin epoksi yang banyak digunakan saat ini memiliki kekurangan berupa adanya penyusutan saat mengeras. Evaluasi adaptasi siler dapat menentukan kemampuan kerapatan suatu siler. Salah satu metode untuk mengevaluasi kemampuan kerapatan siler adalah dengan Scanning Electron Microscopy (SEM). Tujuan: Menganalisis perbedaan adaptasi siler pada sepertiga tengah dinding saluran akar antara siler berbahan dasar kalsium silikat dengan resin epoksi.Metode: Tiga puluh dua sampel gigi premolar mandibula dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok 1: siler resin epoksi dan kelompok 2: siler kalsium silikat. Sampel dipreparasi dan diobturasi dengan siler berbahan dasar kalsium silikat dan resin epoksi. Selanjutnya, gigi dipotong vertikal dan disiapkan untuk analisis adaptasi siler menggunakan SEM. Data tersebut dianalisis secara statistik dengan uji Chi-squareHasil Penelitian: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara adaptasi siler kalsium silikat dan resin epoksi secara statistik (p>0.05). Partikel resin epoksi secara keseluruhan tampak berukuran lebih besar dibandingkan dengan kalsium silikat. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan adaptasi siler secara statistik antara siler berbahan dasar kalsium silikat dengan resin epoksi pada sepertiga tengah dinding saluran akar, namun secara klinis sampel siler kalsium silikat lebih sedikit menunjukkan gap/ celah dan lebih banyak yang berpenetrasi ke dalam tubuli dentin dinding saluran akar.


Background: Calcium silicate sealer is hydrophilic, chemically bonded to dentin, forms hydroxyapatite, has an ideal working and setting time, and does not shrink. The epoxy resin sealer that is widely used today has the disadvantage of shrinkage when hardening. Evaluation of the adaptation of the sealer can determine the sealing ability of a sealer. One of the method for evaluating the sealing ability of a sealer is Scanning Electron Microscopy (SEM). Objective: To analyze differences in the adaptation of sealers in middle third of root canal wall between the calcium silicate and epoxy resin based sealer. Methods: Thirty-two mandibular premolar teeth samples were divided into two groups, that are group 1: epoxy resin sealer and group 2: calcium silicate sealer. Samples were prepared and obturated with calcium silicate and epoxy resin based sealer. Next, the teeth were cut vertically and prepared for analysis of the sealer adaptation using SEM. The data was analyzed statistically by Chi-square test. Results: There was no significant difference between the adaptation of calcium silicate and epoxy resin sealer statistically (p> 0.05). Overall epoxy resin’s particles appear larger than calcium silicate. Conclusion: There was no statistical difference in the adaptation of sealers between calcium silicate and epoxy resin based sealer in middle third of root canal wall, but clinically fewer calcium silicate sealer samples showed gaps and more penetrated into dentinal tubules of root canal wall.

 

Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library