Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brahmantyo Ardhi Wicaksono
"

Untuk menggambarkan penggunaan kriteria diagnostik Rome oleh dokter anak Indonesia dan penatalaksanaannya dalam menghadapi kasus konstipasi fungsional pada balita. Kami mendesain sebuah kuesioner dengan Rome IV sebagai landasannya dibawah bimbingan ahli untuk mengukur pengetahuan dan penatalaksanaan konstipasi fungsional.. Didapatkan total 101 responden. Krtiteria Rome secara umum diketahui oleh dokter anak Indonesia (91.1%), namun tidak semua menggunakannya (81.2%), dan sekitar setengah menggunakan kriteria Rome IV yang terbaru. Ditemukan bahwa secara umum dokter anak Indonesia memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang kriteria diagnosis konstipasi fungsional dan tanda bahayanya dengan rata-rata nilai 12.44 ± 3.27. Nilai tatalaksana secara umum lebih rendah dengan rata-rata 6.95 ± 2.17. Penggunaan kriteria Rome pada praktik sehari-hari memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik (p = 0.047). Dokter yang menggunakan kriteria Rome memiliki rerata nilai pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak menggunakan (12.78 ± 3.12 vs. 10.95 ± 3.55). Dokter anak Indonesia secara umum memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai kriteria Rome IV dan tanda bahaya dari konstipasi fungsional. Namun pengetahuan mengenai kriteria Rome IV terbaru dan penatalaksanaan dapat ditingkatkan. Sebaiknya penyebaran informasi tentang Rome IV dan tatalaksana yang bersifat evidence-based ditingkatkan.

 


To reveal the usage of the Rome diagnostic criteria by Indonesian pediatricians, and their therapeutic approach regarding the management in Infant functional constipation, We designed a questionnaire with the Rome IV criteria as its foundation under expert guidance to gauge the knowledge and therapeutic approach of pediatricians. A total of 101 respondents were obtained. The Rome criteria is widely known (91.1%), but not all apply it in daily practice (81.2%), and only slightly more than half do use the updated Rome IV criteria (65.4%). It was discovered that while Indonesian pediatricians were generally knowledgeable with a mean score of 12.44 ± 3.27 about the Rome IV criteria and alarm symptoms, scores for therapeutic approach were overall lower with a mean of 6.95 ± 2.17. Usage of Rome criteria in daily practice was found to have a statistically significant association with total knowledge scores of pediatricians (p = 0.047), Usage of Rome criteria in daily practice was found to have a statistically significant association with total knowledge scores of pediatricians (p = 0.047), those using the Rome criteria had higher mean scores compared to those who did not (12.78 ± 3.12 vs. 10.95 ± 3.55). Indonesian pediatricians are generally familiar with the Rome criteria for functional constipation, but their knowledge of the latest Rome IV criteria, and management of functional constipation may be lacking. Emphasis should be placed on disseminating the Rome IV criteria and evidence-based recommendations for the management of FC.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Tini Sridevi
"Pendahuluan: Kolik infantil adalah salah satu gangguan saluran cerna fungsional yang cukup banyak ditemukan pada bayi dibawah usia 6 bulan dengan prevalens sekitar 20%. Meskipun keadaan ini bersifat self-limiting, bila tidak ditangani dengan baik dapat mempengaruhi kualitas hidup bayi dikemudian hari. Diagnosis dan tata laksana menjadi hal penting. Kriteria diagnosis yang dipakai saat ini adalah Kriteria Rome IV yang dipublikasi pada tahun 2016 sebagai revisi kriteria sebelumnya. Data mengenai pemahaman kolik infantil berdasarkan Kriteria Rome IV dan tata laksana bayi dengan kolik infantil oleh dokter spesialis anak di Indonesia belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengisi celah informasi tersebut.
Metode: Peneliti menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan dan pendekatan terapi para dokter spesialis anak terhadap kolik infantil. Kuesioner dibagikan kepada sampel yang dipilih secara acak. Skor pengetahuan dan perilaku dianalisis dengan menggunakan variabel lama pengalaman klinis, akreditasi institutsi, tempat praktek, dan sumber informasi. Analisis dilakukan dengan SPSS 20.0.
Hasil: 75 dari 131 (57.3%) dokter anak mengaku sudah menggunakan Rome IV pada praktek sehari-hari, dari mana mean skor mereka adalah 14.24±3.32 dari total 20 poin. Rata-rata skor pengetahuan adalah 14.38±3.17 dari 20 dan skor pendekatan terapi adalah 11.50±2.80 dari 16.
Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara variable dengan skor pengetahuan maupun pendekatan terapi. Hasil pengetahuan dan pendekatan dokter spesialis anak terhadap kolik infantil masih belum optimal, sehingga masih perlu disiapkan sarana pembelajaran efektif oleh pihak yang berkepentingan demi meningkatkan capaian yang ada saat ini.

Introduction: Infant colic is one many FGIDs that occur in infants under 6 months with an approximate prevalence of 20%. Even though this condition is self-limiting in nature, inappropriate therapy does affect the babys quality of life in the future. Hence, diagnosis and therapeutic approach becomes essential. The diagnostic criteria currently used is Rome IV which was published in 2016 as an update of the previous version. Unfortunately, data regarding Indonesian pediatricians understanding of infant colic according to Rome IV criteria and their therapeutic approach in managing infant colic has not been reported. Hence this research was conducted to fill in those gaps in information.
Methods: Researcher uses questionnaire aimed at assessing pediatricians knowledge and therapeutic approach towards the management of infant colic. The questionnaire were then given out to samples which were randomly selected. The scores of both knowledge and therapeutic approach are analyzed with variables which are: years of clinical experience, institution accreditation, place of practice, and source of information. The analysis was performed using SPSS 20.0.
Results: 75 out of 131 (57.3%) pediatrician claims to have use Rome IV in their daily practice, from which mean score were 14.24±3.32 of a total 20 points. Mean of knowledge score is 14.38±3.17 out of 20 and mean of therapeutic approach score is 11.50±2.80 out of 16.
Conclusion: There were no significant relationship between the other variables with the knowledge nor behavior scores. The results of pediatricians knowledge and approach towards infant colic was not optimal yet, so those with interest must improve the means for effective learning to allow improvement better that what is now achieved.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransesco Bernado Hubert Jonathan
"Latar Belakang: Regurgitasi bayi adalah salah satu penyakit gastrointestinal fungsional yang paling sering ditemukan dan terjadi pada bayi berumur 3 hingga 12 bulan. Sebagai penyakit fungsional, regurgitasi bayi rentan untuk mendapat diagnosis yang tidak tepat dan tatalaksana yang tidak sesuai. Secara alami, regurgitasi bayi akan hilang dengan sendirinya seiring bertumbuhan usia bayi. Orang tua daripada anak-anak dengan penyakit gastrointestinal fungsional sering kali harus melakukan uji-uji diagnostik yang banyak yang sebenarnya tidak diperlukan dan mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dokter anak dalam mendiagnosis dan tatalaksana regurgitasi bayi berdasarkan Rome IV.
Metode: Penelitian ini menerapkan studi analitik cross-sectional observational. Sebuah kuesioner dirumuskan berdasarkan Rome IV dan sumber rujukan terbaru. Kuesioner ini divalidasi menggunakan prinsip face-validation oleh ahli dan 30 orang subjek uji coba untuk uji reliabilitas dan korelasi. Kuesioner tersebut kemudian dibagikan secara elektronik kepada dokter anak yang sudah di acak dan merupakan anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia, Cabang DKI Jakarta yang lulus spesialis antara 2005-2019. Analisis data menggunakan 131 sampel data dengan program SPSS 20.
Hasil: Data terkumpul diekspresikan sebagai mean ± SD, median(range), p-value. Dokter anak yang menggunakan Rome IV sebagai sumber informasi mendapatkan skor pengetahuan sebesar 14.87 ± 2.540, 16 (8-20), p = 0.110 dan skor tatalaksana sebesar 9.10 ± 2.264, 10 (4-12), p = 0.486. Nilai p didapatkan dengan uji Mann-Whitney U dan tidak ditemukan signifikasi statistik dalam penelitian ini (p > 0.05).
Kesimpulan: Rome IV diketahui dan digunakan cukup baik oleh dokter anak di Indonesia. Akan tetapi, tidak semua dokter anak telah mengetahui dan/atau menggunakan kriteria Rome IV saat menangani pasien regurgitasi bayi. Walaupun tidak ada data maupun variabel yang signifikan dalam penelitian ini, dapat diinterpretasikan bahwa ketepatan diagnosis dan tatalaksana regurgitasi bayi oleh dokter anak bergantung oleh banyak faktor.

Introduction: Infant Regurgitation is one of the most prevalent functional gastrointestinal disorders (FGIDs) in the world, affecting infants ages 3 to 12 months old. As an FGID, infant regurgitation is susceptible to be misdiagnosed and managed with improper therapeutic approaches. Naturally, infant regurgitation will resolve on its own as the infant grows older. FGID patients have been subjected to extensive diagnostic work-ups that are deemed unnecessary and very costly. This research intends to analyze the factors that affect the pediatricians' decisions in making diagnosis and therapeutic approaches based on Rome IV.
Method: This research applies a cross-sectional observational analytical study. A questionnaire is formulized based on Rome IV and up-to-date studies. The questionnaire is validated at face-level by an expert and tested for both reliability and correlation using 30 test respondents. The questionnaire is then distributed electronically to randomized pediatricians that are members of the Indonesian Pediatric Society, DKI Jakarta branch, who graduated between 2005-2019. Data analysis uses 131 sample data with SPSS 20 program.
Results: Collected data is expressed as mean ± SD, median(range), p-value. Pediatricians who use Rome IV as their source of knowledge achieved a diagnostic knowledge score of 14.87 ± 2.540, 16 (8-20), p = 0.110 and a therapeutic knowledge score of 9.10 ± 2.264, 10 (4-12), p = 0.486. P-value was obtained using Mann-Whitney U Test and no statistical significance is found in this research (p > 0.05). Conclusion: Rome IV is well recognized and used by Indonesian pediatricians. However, not all pediatricians have known and/or used the Rome IV criteria when dealing with infant regurgitation. Even though no data or variable in this research is statistically significant, it can be inferred that the accuracy of pediatricians in diagnosing and managing infant regurgitation depends on a myriad of factors.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoma Sari Namara
"Latar Belakang: Irritable bowel Syndrome (IBS) adalah penyakit fungsional saluran cerna yang bersifat multifaktorial, melibatkan faktor internal maupun lingkungan yang bervariasi secara geografis maupun budaya. Faktor risiko terhadap IBS, khususnya di daerah yang pernah mengalami bencana berat, belum banyak diteliti. Penelitian ini menilai prevalensi dan faktor risiko IBS di masyarakat Kota Palu Sulawesi Tengah pascabencana. Tujuan: Mengetahui prevalensi dan faktor risiko IBS di masyarakat Kota Palu, Sulawesi Tengah pascabencana. Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di Kota Palu pada 2023. Data diambil dengan cara survei rumah ke rumah. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografis, diagnosis IBS dengan kriteria Rome IV dan Bristol Stool Form Scale (BSFS), Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A), Beck’s Depression Index II (BDI-II) untuk menilai gejala gangguan psikologis yang terdiri dari cemas dan depresi, serta SEMI FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE (SFFQ) untuk menilai pola makan dan menentukan nilai konsumsi FODMAP. Hasil: Terdapat 1212 partisipan dalam penelitian ini. Prevalensi IBS di Kota Palu sebesar 0,99%, dengan proporsi subtipe IBS-C, IBS-D, dan IBS-M sebesar 50,00%, 17,67%, 33,33%. Tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin, usia, status ekonomi, topografi, dan pola makan dengan IBS, namun gangguan psikologis berhubungan bermakna secara statistik dengan IBS (p<0,001) dengan PR 29,629 (IK 95% 6,547— 134,081). Simpulan: Penelitian ini merupakan penelitian pertama tentang prevalensi IBS di masyarakat Kota Palu. Prevalensi IBS di masyarakat Kota Palu sebesar 0,99% dengan proporsi subtipe IBS terbanyak adalah IBS-C diikuti oleh IBS-M dan IBS-D dengan gangguan psikologis merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian IBS.

Background: Irritable bowel syndrome (IBS) is a multifactorial functional gastrointestinal disease involving internal and environmental factors that vary geographically and culturally. However, risk factors have yet to be widely studied, especially in areas that have experienced severe disasters. This study assessed the prevalence and risk factors of IBS in Palu City, Central Sulawesi post-disaster. Objective: To determine the prevalence and risk factors of IBS in Palu City, Central Sulawesi post-disaster. Methods: This study was held in Palu City in 2023 in cross-sectional design. Data was collected using a door-to-door survey. We extracted demographic data and diagnosed IBS using Rome IV criteria and the Bristol Stool Form Scale (BSFS). The validated Indonesian version of the Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) and Beck's Depression Index II (BDI-II) were used to assess psychological disorder severity of anxiety and depression, respectively. We used SEMI FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE (SFFQ) to assess eating patterns and determined FODMAP diet. Results: There were 1212 participants in this study. Prevalence IBS in Palu City was 0.99%, with proportion of IBS-C, IBS-D, and IBS-M subtypes were 50.00%, 17.67%, and 33.33%. There were no significant relationship between sex, age, economic status, topography, and FODMAP diet with IBS, otherwise psychological disorder was significantly associated with IBS (p<0.001) with a PR of 29.629 (CI 95% 6.547— 134.081). Conclusions: This is the first study to assess the prevalence of IBS in the Palu City community. The prevalence of IBS in the Palu City community is 0,99% with the most common IBS subtype is IBS-C, followed by IBS-M then IBS-D, and psychological disorder is an associated factor to IBS."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhi Rahman Ahani
"ABSTRAK
Latar Belakang : Morbiditas sindrom kolon iritabel SKI cukup tinggi. Kondisi stress, seperti masa studi yang panjang, banyaknya ujian, dan tugas jaga saat rotasi klinik, menyebabkan prevalensi SKI pada mahasiswa kedokteran tinggi. Perlunya diketahui prevalensi SKI pada mahasiswa kedokteran dengan menggunakan kriteria baru Roma IV dan faktor-faktor yang berhubungan Tujuan : Mengetahui prevalensi SKI pada mahasiswa kedokteran dengan menggunakan kriteria Roma IV dan faktor-faktor yang berhubunganMetode : Studi potong lintang dilakukan terhadap 350 mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia pada bulan November-Desember 2016, pemilihan berdasarkan stratified random sampling. Kriteria diagnosis yang digunakan adalah kriteria Roma IV. Analisis bivariat dilakukan terhadap faktor-faktor yang diteliti. Analisis bivariat menggunakan uji chi square, uji T tidak berpasangan, dan alternatifnya. Analisis multivariat menggunakan regresi logistikHasil : Proporsi SKI pada mahasiswa perempuan sebesar 18,3 15,4 ndash;21,2 IK 95 dan proporsi pada mahasiswa laki-laki sebesar 9,7 7,5-11,9 IK 95 . Subtipe SKI terbanyak adalah subtipe diare 53,1 . Skor student-life stress inventory pada mahasiswa dengan SKI lebih tinggi dibandingkan tanpa SKI, untuk skor stressor 66,4 SB 11,4 vs 60,0 SB 12,2 , p=0,001 dan skor respons terhadap stressor 64,0 41-97 vs 55,0 35-88 , p

ABSTRACT
Latar Belakang Morbiditas sindrom kolon iritabel SKI cukup tinggi. Kondisi stress, seperti masa studi yang panjang, banyaknya ujian, dan tugas jaga saat rotasi klinik, menyebabkan prevalensi SKI pada mahasiswa kedokteran tinggi. Perlunya diketahui prevalensi SKI pada mahasiswa kedokteran dengan menggunakan kriteria baru Roma IV dan faktor faktor yang berhubungan Tujuan Mengetahui prevalensi SKI pada mahasiswa kedokteran dengan menggunakan kriteria Roma IV dan faktor faktor yang berhubunganMetode Studi potong lintang dilakukan terhadap 350 mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia pada bulan November Desember 2016, pemilihan berdasarkan stratified random sampling. Kriteria diagnosis yang digunakan adalah kriteria Roma IV. Analisis bivariat dilakukan terhadap faktor faktor yang diteliti. Analisis bivariat menggunakan uji chi square, uji T tidak berpasangan, dan alternatifnya. Analisis multivariat menggunakan regresi logistikHasil Proporsi SKI pada mahasiswa perempuan sebesar 18,3 15,4 ndash 21,2 IK 95 dan proporsi pada mahasiswa laki laki sebesar 9,7 7,5 11,9 IK 95 . Subtipe SKI terbanyak adalah subtipe diare 53,1 . Skor student life stress inventory pada mahasiswa dengan SKI lebih tinggi dibandingkan tanpa SKI, untuk skor stressor 66,4 SB 11,4 vs 60,0 SB 12,2 , p 0,001 dan skor respons terhadap stressor 64,0 41 97 vs 55,0 35 88 , p"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library