Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fizran
"Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik secara kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan bukti tertulis bahwa proses asuhan keperawatan telah dilaksanakan dalam asuhan keperawatan pasien di rumah sakit. Kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan masalah sebelum mereka menyadari faktor-faktor yang berhubungan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan antara lain faktor umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja, status perkawinan, supervisi, pelatihan, rasio tenaga, ada tidaknya kegiatan tidak langsung, pengetahuan dan sikap.
Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan gambaran informasi hubungan faktor-faktor karakteristik individu, supervisi, pelatihan, rasio tenaga, ada tidaknya kegiatan tidak langsung, pengetahuan dan sikap terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di unit rawat inap RSUD Dr. Achmad Muchtar Bukittinggi.
Penelitian merupakan penelitian Non Experimental dengan disain Cross Sectional. Sampel berjumlah sebanyak 86 orang yaitu dengan menggunakan Purposive Sampel pada 4 uni rawat inap spesialis dasar yaitu unit rawat inap penyakit bedah, penyakit dalam, penyakit anak dan bayi serta penyakit kebidanan dan kandungan. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis univariat, bivaria dengan uji statistik Chi-Square dan Multivariat dengan uji regresi logistik dan tingkat kemaknaa = 0,05. Tampilan distribusi frekuensi dan persentase kinerja, proporsi kinerja kurang lebih besar dari proporsi kinerja baik. Variabel-variabel tingkat pendidikan, status perkawinan, supervisi, pelatihan dan tingkat pengetahuan secara statistik ada hubungan bermakna dengan kinerja. Sedangkan variabel-variabel umur, jenis kelamin, masa kerja, rasio tenaga, ada tidaknya kegiatan tidak langsung dan sikap secara statistik tidak berhubngan tetapi secara proporsional ada kecenderungan perbedaan. Selanjutnya analisis multivariate variabel supervisi merupakan variahel yang paling berhubungan dengan kinerja perawat dan dari hasil uji interaksi ternyata karakteristik individu tidak berperan sebagai variabel kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada penentu kebijakan di RSUD Dr. Achmad Muchtar Bukittinggi untuk dapat lebih meningkatkan kinerja perawat pelaksana yaitu agar lebih meningkatkan peran supervisor keperawatan seperti kepada ruangan,perawat pengawas dan bidang keperawatan dan bidang pendidikan dan penelitian serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan perawat pelaksana dalam bidang asuhan keperawatan dan pendokumentasian asuhan keperawatan dan lebih sering menyelenggarakan pelatihan, diskusi dan seminar asuhan keperawatan.

Factors Related to Nurse's Performance in Documenting Nursing Activities in In Patient General Hospital Dr. Ahmad Muchtar Bukittinggi Year of 2002Performance is a personnel's working performance whether in quality or quantity in an organization. Performance could be individual or group performing. Documentation of nursing activities is a written proof that nursing activities have been done. Nurse's performance in documenting nursing activities is a problem before they realize the factors that related to nursing activities documentation such as age, sex, education, experience, marriage status, supervision, training, human resources ratio, direct activities, knowledge, and attitude.
Objective of this study is to get some information about relation factors such as individual characteristics, supervision, training, human resources ratio, direct activities, knowledge, and attitude with nurse's performance in documenting nursing activities in in-patient ward in Dr. Ahmad Muchtar General Hospital.
This study is non-experimental with cross sectional design with 86 purposive sample taken from 4 in-patient ward specialist such as; in-patient ward surgery unit, internist, child and infant, and obstetric and gynecology. Data analyzed by univariate, bivariate by Chi-square test and multivariate by logistic regression and significance level oc = 0.005. Education level, marriage status, supervision, training, and knowledge variable statistically have significance relation with performance. Whereas sex, age, experience, human resources ratio, direct activities, and attitude, statistically not related but proportionally have differences. From multivariate analysis, supervision variable is the most related variable with nurse's performance and from interaction test; individual characteristics have no role as control variables.
This study recommend to the policy maker in Dr. Achmad Muchtar General Hospital, Bukittinggi to improve nurses performance by improving supervisor's role and improve knowledge and skill in documenting activities, carrying out training and discussion.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10672
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilfridus B. Ellu
"Penelitian ini dilakukan untuk memahami peranan kuasa-pengetahuan dalam pengembangan atau transformasi menjadi learning organization (LO). Penelitian dilakukan dengan menganalisis peranan wacana birokrasi versus konsep LO dalam pengembangan ?governing ideas? (misi, nilai-nilai inti, visi), strategi, struktur dan budaya organisasi bisnis mikro BRI pada periode 1984 ? 2006, serta penerapan kedua wacana yang terimplikasikan pada subsistem orang-orang dalam proses tersebut. Penelitian kualitatif ini dirancang dengan menggunakan paradigma posmodernisme dan pendekatan berpikir sistem posmoderen. Penelitian dilakukan terhadap peristiwaperistiwa yang menunjukkan adanya kontradiksi atau ketegangan di antara wacana birokrasi dan wacana LO pada pengembangan keempat aspek dari organisasi bisnis mikro BRI, yaitu visi, strategi, struktur, dan budaya organisasi, serta pengembangan subsistem orang-orang sehubungan dengan proses pengorganisasian yang dilaksanakan. Analisis dilakukan dengan metode dekonstruksi. Hasil analisis menunjukkan adanya penerapan yang luas dari wacana pengetahuan lokal pada awal transformasi BRI Unit menjadi BRI Unit komersial atau perbankan pedesaan komersial. Dibandingkan dengan pengorganisasian sistem BRI dalam program BIMAS, pengorganisasian BRI Unit komersial mencerminkan kondisi LO sejati, yang ditandai dengan penerapan ?paradigma bisnis baru dan cara-cara kerja baru.? Meskipun begitu, beberapa cara kerja baru dipinjam atau diambil-alih dari konsep birokrasi, dan diterapkan dalam perancangan struktur organisasi dan proses pengembangan visi, strategi, dan budaya organisasi. Kohabitasi dari dua paradigma yang bertentangan ini pada akhirnya menghasilkan suatau organisasi bisnis mikro yang dapat dikategorikan sebagai ?organisasi memfrustrasikan.? Hal ini terjadi karena praktek-praktek sistem BRI Unit komersial yang berhasil kemudian dipatenkan. Bersamaan dengan itu, birokratisasi dalam pengorganisasian bisnis mikro, baik dari dalam BRI sendiri mupun karena tekanan regulasi perbankan yang mengacu standar-standar universal, mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Dominasi wacana birokrasi dan pemapanan keberhasilan masa lalu membuat kualitas pembelajaran organisasi dalam pengorganisasian bisnis mikro mengalami kemunduran, yaitu bergeser ke posisi organisasi memfrutrasikan. Lebih dari itu, organisasi bisnis mikro dan Bank BRI pada umumnya tidak berhasil mendekonstrtuksi paradigma perbankan pedesaan komersialnya ketika harus memasuki siklus perbankan mikro dalam pengertian baru. Dengan kata lain, akumulasi pengetahuan yang dimiliki tidak memungkinkan untuk dilakukan transformasi sosial dan organisasional yang diperlukan dalam era keuangan mikro. Meskipun begitu, praktek pengorganisasian bisnis mikro BRI, khususnya dalam kondisi krisis, mendemonstrasikan suatu tipe pembelajaran organisasi yang lebih maju dari tipe triple-loop learning, dan dapat disebut sebagi quatro-loop learning. Dalam tipe pembelajaran ini, kapabilitas kebijaksanaan merupakan tataran yang mendorong pengelolaan perbedaan-perbedaan paradigmatik melalui manajemen keberagaman (diversity management). Dengan demikian, penelitian ini menawarkan suatu model organisasi alternatif dari LO, yaitu model yang menempatkan kebijaksanaan atau kearifan?pengetahuan yang paling tinggi?sebagai pusat dan penggerak dari berbagai sub-sistem dan aspek LO. Dalam kerangka pengembangan dan pendayagunaan kebijaksanaan secara maksimal untuk mendukung pembelajaran organisasi dan pengembangan fungsi transformatif dari bisnis perbankan mikro BRI, disarankan agar Pimpinan BRI memberikan otonomi pengorganisasian yang lebih tinggi kepada organisasi bisnis mikro BRI. Dengan begitu, organisasi bisnis mikro dapat dengan lebih leluasa memajukan kapabilitas pembelajaran dan penciptaan pengetahuannya yang diperlukan bagi transformasi kemasyarakatan dalam kerangka perbaikan kehidupan bagi semakin banyak kalangan dari masyarakat melalui perwujudan misi dan visinya di bidang perbankan mikro. Dengan begitu, organisasi bisnis mikro dapat dengan lebih mudah meningkatkan kapabilitas dan otoritasnya dalam mendekonstruksi paradigma perbankan mikro secara terus-menerus sehingga mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman, bahkan menjadi agen pembangunan atau transformasi masyarakat kebanyakan. Akhirnya, BRI mampu mempertahankan reputasinya di bidang perbankan mikro dengan bertumpu pada keunggulan kompetitifnya dalam pengembangan dan pendayagunaan pengetahuan lokal. Peningkatan otonomi organisasi bisnis mikro BRI dapat ditempuh melalui penyerahan semakin banyak wewenang kepada bisnis mikro, atau spin-off bisnis mikro dan pembentukan perusahaan induk (holding company) pada Bank BRI dimana bisnis mikro merupakan salah satu unitnya yang otonom. Dengan demikian, Bank BRI dapat mempertahankan keunggulan kompetitif dalam pelayanan perbankan mikro dan berkontribusi secara maksimal dalam memajukan perekonomian rakyat dan mendukung daya saing bangsa dalam masyarakat pengetahuan-global dengan berakar pada akar sejarah dan pengetahuan lokal.

This research aims at better understanding of the role of knowledge-power in organizational development or transformation into a learning organization (LO). The analysis puts concern on the role of the bureaucracy paradigm versus the learning organization concept in the development of the ?governing ideas? (mission, core values, and vision), strategy, organizational structure and culture in the period of 1984?2006, and the implied role of the two competing paradigms on the people subsystem in that processes. The research design assumes the postmodernism standpoint of view and applies the postmodern systems approach and qualitative style of research. The study investigates the role of the two competing paradigms in directing the organizing policies by scrutinizing the interplays and contradictions of the two paradigms in the organizational aspects and subsystems studied. The deconstruction or critical text analysis is applied as the main method of analysis. The research reveals that local knowledge as usually practiced in learning organizations was adopted in designing the governing ideas and the content of the organizational strategy and culture of BRI?s Micro Banking Business at the beginning of the transformation into a commercial rural banking in 1984. Compared to the organizing of BIMAS program, the organizing of BRI?s commercial Unit System at its early phase demonstrated the character of a genuine LO, in the sense of performing ?new thinking and new way of doing? commercial rural banking. Meanwhile, the role of bureaucracy paradigm was dominantly held in designing the organizational structure and also in the processes of developing the organizational vision, strategy, and culture. This co-habitation of the two contradictory paradigms eventually results in a retreat to a ?frustrating organization.? This tendency has been contributed by the fixation of the past successful practices along with the increase of bureaucratization in organizing BRI?s micro banking business that was caused by internally and externally imposed regulations. BRI?s micro banking system suffers learning disabilities that inhibits its ability to grow better in the new landscape of micro banking world. It fails in deconstructing its own paradigm on commercial rural banking and also in inventing the new ways in organizing micro banking business in the new context of micro banking. But in the major crises, some senior leaders of BRI practiced a higher type of organizational learning that can be typified as quatro-loop learning. In this type of organizational learning, the fourth loop is the deployment of wisdom in facing the diversity of paradigms. Based on this finding, the research comes out with an alternative model of organization of LO in which the virtue or the wisdom capability is deployed as the center and driver of all subsystems and aspects of organization and/or in organizing. In order to support the development and utilization of wisdom as the topmost level of knowledge in organizing BRI?s micro banking business, it is suggested that the BRI?s Micro Banking Business should be given more autonomy, either through providing greater decentralization or by splitting it up from BRI?s other businesses and positioning it as an autonomous unit along with other businesses of BRI?s holding company. By so doing, BRI can maintain its reputation and contribution in eradicating the poverty in the country and help the nation in building her competitive advantage in the global-knowledge society."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
D00738
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochani Istiawan
"Adanya pengawas minum obat seharusnya mampu meningkatkan klien TBC patuh tetapi angka konversi BTA negatip masih dibawah target Nasional (80%). Tujuan dari penelitian ini untuk menguji hubungan antara pengawas minum obat oleh keluarga dan petugas kesehatan dengan pengetahuan, perilaku pencegahan dan kepatuhan klien TBC di Kabupaten Wonosobo. Sedangkan desain yang digunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Total sampel yang memenuhi kriteria inklusi yang digunakan pada studi berjumlah 72 responden. Instrumen dibuat sendiri dan diuji validitas (r hitung > r tabel=0,361) dan reliabilitas dengan a=0,9298 (pertanyaan peran PMO), a = 0,9076 (pertanyaan pengetahuan), a = 0,8076 (pertanyaan perilaku pencegahan), a = 0,6631 (pertanyaan kepatuhan). Untuk menguji hubungan antara PMO oleh keluarga dan petugas kesehatan dengan pengetahuan, perilaku pencegahan dan kepatuhan klien TBC digunakan Product Moment Pearson's Correlation Coefficient. Selanjutnya hubungan tersebut akan dikontrol dengan karakteristik PMO maupun klien TBC.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan peran PMO oleh keluarga dengan pengetahuan klien TBC menunjukkan Hubungan peran PMO oleh keluarga dengan perilaku pencegahan klien TBC menunjukkan hubungan yang kuat (r=0,656) dan berpola positip. Ada hubungan yang signifikan antara PMO oleh keluarga dengan perilaku pencegahan klien TBC (p=0,0001 ). Hubungan peran PMO petugas dengan pengetahuan klien TBC menunjukkan hubungan kuat (r=0,706) dan berpola positip. Hubungan peran PMO petugas dengan perilaku pencegahan klien TBC menunjukkan hubungan kuat (r=0,673) dan berpola positip. Hubungan peran PMO petugas dengan kepatuhan klien TBC menunjukkan hubungan sedang (r=0,553) dan berpola positip. Ada hubungan yang signifikan antara peran PMO petugas dengan pengetahuan, perilaku pencegahan dan kepatuhan klien TBC. Variabel confounding (umur baik dari PMO oleh keluarga dan petugas kesehatan maupun klien TBC yang diawasi) tidak berpengaruh terhadap hubungan peran PMO keluarga dengan pengetahuan, perilaku pencegahan dan kepatuhan klien TBC.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang kuat antara peran PMO keluarga terhadap perilaku pencegahan klien TBC, dan ada hubungan yang kuat antara peran PMO petugas terhadap pengetahuan, perilaku pencegahan dan kepatuhan kIien TBC agar program penatalaksanaan TBC berhasil, harus ada kunjungan rumah dari petugas kesehatan (perawat kornunitas) untuk memantau perilaku pencegahan dan kepatuhan pengobatan klien TBC.

The program of TB drug observer should be increased the TB client in adherence, but the national number of the negative result of Tuberculosis diagnostic still below the national target (80%). The goal of this study was to know the correlation between TB Drug Observer by the Family and Health Worker with the Knowledge, Behavior and Adherence of TB patient. This study was used descriptive correlation design with cross sectional approach. The total sample of this study where that matches with the inclusive criteria was 72 TB patients. The instruments were self prepared by the researcher with validity test (counted r>tabled r 0.361) and the reliability test with a=0,9298 (TB drug observer role), a=0.9076 (knowledge), a=0.8067 (prevention behavior), a=0,6631 (adherence). Product Moment Pearson's Correlation Coefficient was used to analyze the correlation between TB Drug Observer by the Family and Health Worker with the Knowledge, Behavior and the Adherence of TB patient.
The result of this study showed a strong correlation between the family TB Drug Observer to the prevention Behavior (r=0,656) in positive pattern. The significant correlation family TB Drug Observer to the prevention TB behavior (p=0.0001). Another result showed a strong correlation between health workers TB Drug Observer to the knowledge of the patient (r=0.706) in positive pattern. Also the result showed a strong correlation between health workers TB Drug Observer to the prevention TB behavior (r=0.673) in positive pattern. And there was a mild correlation also between health workers TB Drug Observer to the adherence of TB medication (r=0.553) in positive pattern. There was also a significant correlation between health workers TB Drug Observer role to the knowledge, TB prevention behavior and TB medication adherence. Confounding variables were not having correlation to the family TB Drug control Adherence Observer role to the knowledge, TB prevention behavior and TB medication.
The conclusion from this study showed a strong correlation between family TB drug observer and the prevention behavior, and a strong correlation between health worker TB drug observer and the knowledge, prevention behavior and adherence of the patient. This study suggested that the community nurse should keep visit the family to observe and maintain the prevention behavior and adherence to the TB medication program.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
T18687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library