Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
The Citarum River is one of the main rivers in the West Jaava province. Commonly, the Citarum is devided into 3 sections : upper stream, middle stream and down stream....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Yani
Abstrak :
Peningkatan aktivitas industri kayu lapis, dermaga, dokapal, pertanian, permukiman penduduk, transportasi, dan lain-lainnya, selain memberikan dampak positif sebagai tempat pendapatan ekonomi masyarakat,juga memberikan indikasi adanya dampak negative,yaitu seperti berupa limbah cair dan padat (baik organik maupun non organik). Limbah cair seperti minyak hasil pembuangan dari kapal baik yang berlabuh maupun yang melakukan pengedokan kapal, begitu juga limbah cair dan padat yang berasal dari industri kayu lapis, permukiman rumah tangga , dan lain-lainnya. Di sisi lain, lingkungan wilayah sungai Somber bagian hilir,muara sungai hingga ke pesisir memiliki keanekaragaman hayati seperti ,ekosistem hutan mangrove dan organisme perairan lainnya. Oleh karena itu ,apabila kegiatan penduduk tidak dikelola dengan baik akan menjadi sumber pencemar bagi lingkungan dan dampaknya dapat mengancam kelangsungan hidup ekosistem perairan di sekitarnya. Perumusan masalah ; mengkaji aspek persepsi masyarakat dengan adanya indikasi pencemaran dan kerusakan lingkungan sebagai adanya penurunan kualitas air di Sungai Somber, mengkaji aspek penurunan kualitas air Sungai Somber melalui parameter fisika, kimia, dan biologi. Pertanyaan penelitian ; apa saja persepsi masyarakat mengenai penurunan kualitas air Sungai Somber?, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan penurunan kualitas air?, bagaimana pola penurunan kualitas air Sungai Somber sehubungan dengan kegiatan penduduksaat pasang dan surut ? Tujuan penelitian ; untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang kegiatan penduduk sebagai sumber pencemar yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air, untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penurunan kualitas air sehubungan dengan adanya jenis-jenis kegiatan penduduk, untuk mengetahui karakteristik mengenai pola penurunan kualitas air Sungai Somber saat pasang dan surut. Dari hasil pembahasan dapat di simpulkan sebagai berikut; 1. Berdasarkan persepsi masyarakat, penurunan kualitas lingkungan perairan Sungai Somber sudah di tandai adanya pencemaran dan kerusakan lingkungan.Hal ini disebabkan oleh adanya kegiatan penduduk seperti aktivitas dermaga ,dok kapal, industri kayu lapis, dan lalu lintas kapal pada sungai yang ditandai adanya cemaran minyak dan aktivitas penduduk dari permukiman yang pembuangan sampah dan limbah lainnya langsung ke sungai Somber. 2. Kegiatan penduduk, diwilayah penelitian sudah memberikan dampak terhadap penurunan kualitas air Sungai Somber bagian hilir, a) Penurunan konsentrasi oksigen terlarut (DO) saat surut Sungai Somber di lokasi Batu Ampar (I), Muara Rapak (II), Margo Mulyo(III) ini disebabkan oleh kegiatan dari industri kayu lapis, dermaga,pertanian,dll. b) Kegiatan penduduk telah meningkatkan kandungan BOD (menurunkan kualitas air) seat pasang di Lokasi II (Muara Rapak). Begitu juga Lokasi I dan II saat air surut telah melampaui baku mutu. Hal ini disebabkan karena aktivitas industri kayu lapis, permukiman penduduk, pertanian dan lain-lainnya. c) Saat air surut, pencemaran Sungai Somber ditandai oleh tingginya kandungan COD. Kondisi ini menerangkan adanya aktivitas dermaga,industri kayu lapis, lalu lintas kapal ini sebagai penyebab penurunan kualitas air berupa cemaran bahan organik yang tidak mudah terurai terutama minyak dan di bekas dan lain-lainnya. Kondisi ini terjadi di semua lokasi penelitian di Sungai Somber. d) Saat surut , pencemaran Sungai Somber ditandai tingginya kandungan koli tinja(fecal coli),disebabkan oleh aktivitas penduduk, disekitar dermaga/pelabuhan,dok kapal,dan permukiman penduduk ikut memberikan kontribusinya terhadap penurunan kualitas air di wilayah penelitian (I,1I,IIl,IV,V). 3. Pada saat surut, pola purifikasi bahan organik terdegradasi pada daerah Baru Tengah (V) ke hilir (muara) sungai, sedangkan pada saat pasang polanya terjadi pada daerah Batu Ampar(I) dan Muara Rapak (II) ke arah hulu sungai. Dari hasil pembahasan dapat di sarankan hal-hal sebagai berikut ; 1. Penelitian ini studi awal dengan metode diskriftif analisis dan keterbatasan dana serta waktu,periu dilakukan penelitian lebih lanjutan dengan parameter yang lebih beragam dan dengan uji statistik untuk melihat hubungan atau korelasinya. Hal ini untuk membuktikan pencemaran dari aktivitas dok kapal yang terindikasi sangat sulit terurai dalam air dan melihat hubungan serta dampaknya pada kehidupan biota perairan. 2. Mengingat badan perairan Sungai Somber mempunyai fungsi untuk perairan umum dan pembudidayaan biota sungai dan laut (pesisir), maka segala kegiatan penduduk perlu di evaluasi mengenai pengolahan limbah dan penatagunaan lahannya. 3. Berdasarkan karakteristik limbah yang sulit terurai hal ini terindikasi adanya kegiatan dok kapal, maka disarankan untuk mengkaji lebih mendalam mengenai parameter limbah dari aktivitas dok kapal, terutama dari limbah buangan berupa minyak dan logam berat serta plankton dan benthos yang mengendap pada dasar sediment (substrat). E. Dattar kepustakaan : 48 (1971- 2002)
The increasing activities of plywood industry, quay, dockside, agriculture, residence, transportation, et cetera, have resulted in some positive impacts to the income obtained by community. On the other hand, it has also resulted in some negative impacts in the form of liquid waste and solid waste (both organic and inorganic). Some liquid wastes such as the disposed fuel from an anchored ship or the docking ship, and also the liquid and solid wastes deriving from some plywood industries, people residence, et cetera. On the other aspect, the environmental geography of downstream Somber River, river estuary and coastal area, have various biology, such as ecosystem of mangrove forest and other water organisms. Therefore, if the various activities carried out by the people are not managed properly, then various sources of environmental contaminators will arise, the impact of which will be very threatening to the survival of water ecosystem in its environs. Problem formulation : to analyze the aspect of community's perception on the existing indication of environmental contamination caused by the quality degradation at Somber River, to analyze the aspect of water quality degradation at Somber River by means of parameters of physics, chemistry, and biology. Questions of study : what are some perceptions of community relating to the water quality degradation of Somber River?, what factors may cause the water quality degradation?, what is the type of water quality degradation of Somber River in relation to various activities carried out by people in the tide period? Objective of study : to identify the community's perception regarding the activities carried out by people as the sources of contaminator which may cause the water quality degradation, to identify some factors which may cause the water quality degradation relating to the existing types of activities carried out by the people, to identify some characteristics regarding the type of water quality degradation of Somber River in the tide period. Based on the results of analysis : 1. Based on the community's perception, the quality degradation at the Somber River environment has been indicated by the existence of various activities carried out by people, such as activities at the dock, ship doc, plywood industry, and ship traffic at the rives which are indicated by the contamination of fuel and various activities carried out by people at the residence which directly dispose their wastes to Somber River. 2. Various activities carried out by the people at area of research have indicated some impacts on the water quality degradation of downstream Somber River : a) Degradation of dissolved oxygen concentration (DO) in the tide period at Somber River located at Batu Ampar (I), Muara Rapak (II), Margo Mulyo (III), caused by the some activities relating to plywood industry, dock, agriculture, etc. b) Some activities carried out by the people have increased the BOD content (decreasing the water quality) in the tide period at Location Il (Muara Rapak). The subsided water at Location I and II has surpassed the quality standard. This is caused by the existence of activities relating to plywood industry, people's residence, agriculture and others. c) In the tide period, the contamination at Somber River is indicated by the high BOD content. This condition indicates that the existence of activities at the dock, plywood industry, and ship traffic as the cause of water quality degradation in the form of organic substance contamination, especially used fuel, oil, and others. This condition has occurred at all study location at Somber River. d) In the tide period, contamination of Somber River which is indicated by the high content of fecal coli, caused by the activities carried out by the people around the dockside/harbor, ship dock, and people residence, has contributed to the water quality degradation at the area of research (I, II, III, IV, V). 3. In the subsided period, the type of purification of organic substance degraded at Baru Tengah (V) downstream the river, while in tide period,' the type can be found at Batu Ampar (I) and Muara Rapak (II) to the upper course of river. Based on the results of discussion, it can be suggested as follows : 1. This preliminary study is based on the method of descriptive analysis and limited fund and time. It should be carried out an advanced study which is based on various parameters and statistical testing in order to identify the existing correlation. This is aimed at proving the contamination resulting from some activities performed at the ship dock and at identifying the its correlation and impacts one the life of water biota. 2. Considering that the water agency of Somber River has the function of general water and cultivation of river's and sea's biota (coastal area), then all activities carried out by the people should be evaluated relating to the waste handling and land utilization. 3. Characteristics of waste have indicated the existence of activities carried out at the ship dock. It is then suggested to perform a deep analysis on the parameter of waste based on the activities carried out at the ship dock, especially for the wastes in the form of fuel and heavy metal as well as plankton and benthos found at the substrate. E. Number References : 48 (1971 - 2002)
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natsar Desi
Abstrak :
Menurunnya ketersediaan air permukaan salah satu disebabkan menurunnya mutu daerah tangkapan air (Catchment area) akibat pembukaan hutan untuk perkebunan dan pemukiman. Hutan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air setiap tahun mengalami kerusakan mencapai 1,5 juta ha per tahun, yang berakibat terjadi kehilangan air akibat run off yang tinggi maupun evaporasi. Terjadi kesidakseimbangan jumlah air pada musim kemarau dan hujan, Permintaan air bersih pada tahun 2015 untuk kebutuhan domestik diperkirakan mencapai 81 juta m3, dan jika dilihat dari tahun 2000 terjadi peningkatan tahunan sebesar 6,7%. Angka itu belum termasuk kebutuhan air bersih dan sektor pertanian yang mencapai 98% konsumsi air Indonesia dan meningkat 6,67% per tahun sampai 2015 (KLH, 2004). Tanggal 26 Maret 2004, telah terjadi bencana berupa runtuhnya dinding Kaldera Gunung Bawakaraeng yang merupakan hulu Sungai Jeneberang di Sulawesi Selatan. Dinding kaldera yang runtuh diidentifikasi sebagai tebing yang sermasuk Gunung Sarongan (elevasi 2.514 m dpl). Volume massa yang runtuh diperkirakah atitara 2{70 -- 300 juta m3, sepanjang daerah aliran Sungai Jeneberang. Sungai Jeneberang merupakan salah satu sungai besar dan penting di Sulawesi Selatan mengingas alurnya yang melalui Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar dan Kota Makassar. Sumber air baku PDAM Kota Makassar menggunakan air permukaan yaitu : (a) Sungai Maros dari Kabupaten Maros dengan kapasitas 1300 lld pada kondisi normal, (b) Sungai Jeneberang dari Kabupaten Gowa dengan kapasitas 3500 lld dan yang terpakai 1500 11d (Musagani, 2005).Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dengan mengunakan teknik pengumpulan data berupa observasi laboratorium dan dokumentasi. Observasi laboratorium digunakan untuk memperoleh data tentang kualitas air pada Sungai Jeneberang sesuai dengan parameter yang diamati. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh berbagai macam data sekunder dalam menunjang data primer. Melalui metode dokumentasi dilakukan pencatatan informasi dari berbagai sumber tentang kualitas air Sungai Jeneberang. Pemilihan sampel dengan metode persimbangan (Purposive) untuk menentukan waktu dan ternpat pcngambilan sampel dilakukan secara Acak (random). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemanfaatan lahan yang memberikan kontribusi besar pada besarnya laju erosi tanah dan menurunkan kualisas air baku Sungai Jeneberang adalah ladang/tegalan sebesar 479,81 ton/km2/tahun. Parameter kualitas air baku yang diteliti dan melampaui baku (PP No. 82 Tahun 2001) akibas longsor adalah TSS maksimal sebesar 26560 mgll, BOD maksimal sebesar 4,17 mg/l dan COD maksimal sebesar 11,38 mgll, sedangkan parameter kualitas air minum yang melampaui baku mutu (SK. MENKES No. 907 Tahun 2002) adalah kekeruhan maksimal sebesar 6,3 mg/I clan pH maksimal sebesar 8,66. Pemanfaatan lahan dan longsor pada hulu DAS Jeneberang, berimplikasi pada jenis bangunan pengolahan air minum yaitu jika pH basa maka terjadi kerak pada jenis bangunan pengolahan air, perlakuan proses pengolahan pada tingkat kekeruhan di atas 6000 NTU beralih dari kapur dan tawas ke PAC (Poll aluminium clorite) dan Polymer. Biaya pemakaian bahan kimia PAC (Poll aluminium clorite) dan polymer meningkat rata-rata tiap tahun sebesar Rp 0,25/liter. Untuk mengatasi permasalahan kualitas air baku yang disebabkan pemanfaatan lahan dan Iongsor, disarankan membuat perasuran mengenai perunsukan kawasan hulu Sungai Jeneberang sebagai kawasan penyangga, memperbanyak cekdam agar material longsoran Gunung Bawakaraeng yang setiap turun hujan akan Iangsung jatuh ke Sungai dapat diperlambat. Disarankan meningkatkan kapasitas instalasi pengolahan air minum dan memproduksi air minum pada tingkat kekeruhan yang rendah, kemudian menyimpan air minum dalam jumlah besar untuk didistribusikan ke pelanggan. Dan perlu kajian lebih lanjut tentang perubahan teknologi pengolahan air minum PDAM Kota Makassar yang masih menggunakan sistem konvensional ke sistem pengolahan air minum yang lebih moderen. Perlu penelitian lebih terpadu dengan melihat berbagai aspek kepentingan Iingkungan hidup, sosial dan ekonomi dari hulu sampai hilir dalam pengelolaan DAS Jeneberang.
Indonesia's currents and future needs for water are increasing despite relatively steady supplies spread across the country. To ensure sustainable development in Indonesia, the basic principle regarding water resources would be so sufficiently satisfy the needs for water of all people of Indonesia and all the development sectors, taking into account the aspects of water resource carrying capacity and conservation. Declining supplies of surface water is partly a result of shrinking water catchments areas as forests are opened up for settlements. Every year, 1.5 million hectares of forests that function as water catchment areas are cleared, and the resulting water loss due to high run-off and evaporation leads to imbalance water supplies during dry and rainy seasons. The estimated domestic demand for clean water in 2015 is 81 million cubic meters with an annual increase of 6.7% compared with the 2000 statistics. This does not include the clean water demand of the agriculture sector which makes up 98% of Indonesia's water consumption which is increasing annually by 6.67% up to 2015 (Ministry of Environmental Affairs, 2004). On March 26, 2004, a disaster occurred: the collapse of the crater of Mount Bawakaraeng where Jeneberang River in South Sulawesi has its upper reaches. The collapsed section was identified as the crater rim which was part of Mount Sarongan (elevation: 2,514 m above sea level). The estimated volume of the mass covering the Jeneberang watershed area was 200-300 million cubic meters. The river Jeneberang is one of the largest and most important rivers in South Sulawesi because it flows across the regencies of Gowa and Takalar and the city of Makassar.Data show that following the disaster, Makassar's regional water company is facing a very serious problem, threatening the supply of water particularly to Makassar. The water company uses surface water from: (a) Maros river flowing from Maros regency with a capacity of 1,300 liter per second on normal condition, and (b) Jeneberang river flowing from Gowa regency with a capacity of 3,500 liters per second, of which only 1,500 liters arc used (Musagani, 2005). The research on the Impact of Watershed Quality on Drinking Water was conducted using the descriptive-analytical method. Purposive method was used for sample selection, while random method was used for times and places of sample collection. Results showed that the declining water quality of Jeneberang river resulted from the large 479,81 ton/km2/ year. Studied parameters of undistilled water quality and of above-standard water quality due to collapsed crater rim (Government Regulation No. 82 of 2001) were maximum TTS of 26560 mgll, maximum GODS of 4.17 mgll and maximum COD of 11.38 me; while parameters of the quality of water which was exceeding the prescribed standard (Decision of the Minister of Health No. 907 of 2002) were maximum turbidity of 6.3 mgtl and maximum pH of 8.66. Land use and landslides occurred at she watershed areas upstream of Jeneberang affected the water processing facility, i.e. non-neutral pH would result in corroded components and produce slags/crusts. For turbidity of more than 6000 NTU, PAC (poll aluminum chlorite) and Polymer should be used instead of limessone and alum in she water processing. The cost for using PAC and polymer is increasing annually by Rp 0.25 per liter. In order so deal with the problem of degrading quality of undistilled and clean water due so improper land use and occurring landslides, the government should make a policy on the use/allotment of Jeneberang river areas and also find a solution to stop materials on Mount Bawakaraeng from falling down to Jeneberang. Another alternative to deal with the problem of drinking water processing is to increase the capacity of the water processing plant to enable it to produce water with turbidity of less than 6000 NTU and to store a large amounts of water to be dissributed to customers. Further studies are required on the replacement of the undistilled water processing system at Makassar Water Company. More integrated researches would also be necessary to identify various environmental, social and economic aspects of the management of upstream to downstream watershed areas of Jeneberang.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T16833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriansyah
Abstrak :
Daerah Aliran Ci Leungsi merupakan salah satu DAS di Provinsi Jawa Barat. Daerah Aliran Ci Leungsi merupakan salah satu sungai yang masuk dalam program kali bersih BPLHD Jawa Barat dikarenakan kondisi sungai yang sudah tercemar. Penggunaan tanah yang beragam di Daerah Aliran Sungai menyebabkan terganggunya keseimbangan kimia air sungai sehingga menyebabkan pencemaran kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan tanah di Daerah Aliran Sungai mempengaruhi kualitas air Ci Leungsi. Analisis secara kuantitatif-deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan peneltian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tanah permukiman mempengaruhi konsentrasi kimia berupa nitrat, amonia, deterjen serta minyak dan lemak. Pertanian tanah basah dan tanah kering mempengaruhi konsentrasi nitrat dan amonia. Hasil perhitungan metode Storage and Retrieval (STORET) didapatkan bahwa dari bagian hulu sampai tengah daerah aliran sungai termasuk kategori cemar sedang, sementara di bagian hilir termasuk cemar berat. ...... Ci Leungsi watershed is one of the watershed are located in the Province of West Java. Ci Leungsi watershed is one of the rivers that enter the clean river program by BPLHD of West Java due to the condition of the river that has been polluted. Diverse land use in the watershed causes disruption of the chemical balance of the water of the river, causing pollution of water quality. This study aims to determine whether the use of the land along the watershed affects water quality of Ci Leungsi. Quantitative-descriptive analysis will be used to answer the purpose of the present study. The results showed that the use of land in the form of settlements affected the concentration of chemicals in the form of nitrate, ammonia, detergent and oil and grease, while agricultural land wet and dry soil affects the concentration of nitrate and ammonia. The results of STORET method of calculation showed that from the upstream to the middle of the watershed in the category of pollutants being while at the downstream entrance heavy polluted.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64930
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library