Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suni Hariati
Jakarta: Sagung Seto, 2018
618.92 SUN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwit Nurwidyaningtyas
Abstrak :
Abstrak
Peningkatan kasus penyakit kardiovaskular (PKV) baik pada kelompok penyakit jantung koroner atau Cerebrovascular Attack (CVA) perlu mendapat perhatian mengingat kecenderungan pergeseran usia serangan. Tindakan pencegahan perlu dilakukan sedini mungkin. Penelitian deskriptif eksplorasi ini mengkaji kelompok risiko tinggi untuk dikategorikan derajat risikonya dengan Framingham Risk Score (FRS) 10 years. Kajian ini dilakukan pada 25 orang responden yang termasuk kelompok berisiko di Malang Raya.Terdapat 64% yang termasuk dalam kategori risiko sangat rendah, 20% risiko sedang, dan masing-masing 8% kategori risiko rendah dan tinggi mengalami serangan PKV dalam 10 tahun yang akan datang. Fakor risiko PKV hampir selalu melekat dengan gaya hidup masyarakat yang berlangsung lama, tidak disadari, dan sulit untuk diubah dan dikondisikan dengan belum terbiasanya istilah identifikasi kelompok risiko melalui FRS 10 Years. Penting dibentuk model kepemimpinan komunitas yang kuat di masyarakat untuk mengidentifikasi faktor risiko, bekerjasama dengan tenaga kesehatan untuk melakukan manajemen faktor risiko sehingga prevalensi PKV dapat ditekan. Hal ini akan berimplikasi pada penghematan biaya hospitalisasi akibat PKV.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Indonesia, 2014
600 UI-JKI 17:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Wahyusari
Abstrak :
[ABSTRAK
Ibu hamil risiko tinggi rentan mengalami kecemasan dan depresi yang berdampak pada kelekatannya dengan janin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial dengan kelekatan ibu dan janin pada ibu hamil risiko tinggi. Penelitian cross sectional ini melibatkan 108 ibu hamil risiko tinggi yang dipilih menggunakan consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan kelekatan ibu dan janin pada ibu hamil risiko tinggi (p=0.003). Ibu dengan dukungan sosial tinggi berpeluang 3,9 kali mempunyai kelekatan tinggi dengan janinnya dibandingkan ibu yang dukungan sosialnya rendah setelah dikontrol depresi (OR=3.9; 95% CI=1.66-8.99). Hasil penelitian ini menegaskan bahwa aspek psikososial perlu lebih diperhatikan dalam perawatan ibu hamil sehingga status sejahtera bagi ibu dan bayi dapat dicapai.
ABSTRACT
High risk pregnant women tend to experience anxiety and depression that occur prenatal attachment dismissed. This study aimed to identify the relationship between social support and prenatal attachment among high risk pregnant women. This cross sectional study involved 108 high risk pregnant women which selected by consecutive sampling. The result showed that there is relationship between social support and prenatal attachment among high risk pregnant women (p= 0,003). Pregnant women with high social support had prenatal attachment 3,9 times higher than women with low social support after controlled by depression (OR= 3,9; 95% CI=1.66-8.99). This finding confirms that the psychosocial aspects need to be considered in the antenatal care in order to achieve the wellness status for both mother and the baby.;High risk pregnant women tend to experience anxiety and depression that occur prenatal attachment dismissed. This study aimed to identify the relationship between social support and prenatal attachment among high risk pregnant women. This cross sectional study involved 108 high risk pregnant women which selected by consecutive sampling. The result showed that there is relationship between social support and prenatal attachment among high risk pregnant women (p= 0,003). Pregnant women with high social support had prenatal attachment 3,9 times higher than women with low social support after controlled by depression (OR= 3,9; 95% CI=1.66-8.99). This finding confirms that the psychosocial aspects need to be considered in the antenatal care in order to achieve the wellness status for both mother and the baby.;High risk pregnant women tend to experience anxiety and depression that occur prenatal attachment dismissed. This study aimed to identify the relationship between social support and prenatal attachment among high risk pregnant women. This cross sectional study involved 108 high risk pregnant women which selected by consecutive sampling. The result showed that there is relationship between social support and prenatal attachment among high risk pregnant women (p= 0,003). Pregnant women with high social support had prenatal attachment 3,9 times higher than women with low social support after controlled by depression (OR= 3,9; 95% CI=1.66-8.99). This finding confirms that the psychosocial aspects need to be considered in the antenatal care in order to achieve the wellness status for both mother and the baby., High risk pregnant women tend to experience anxiety and depression that occur prenatal attachment dismissed. This study aimed to identify the relationship between social support and prenatal attachment among high risk pregnant women. This cross sectional study involved 108 high risk pregnant women which selected by consecutive sampling. The result showed that there is relationship between social support and prenatal attachment among high risk pregnant women (p= 0,003). Pregnant women with high social support had prenatal attachment 3,9 times higher than women with low social support after controlled by depression (OR= 3,9; 95% CI=1.66-8.99). This finding confirms that the psychosocial aspects need to be considered in the antenatal care in order to achieve the wellness status for both mother and the baby.]
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T42735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mintasih
Abstrak :
[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesadaran ibu hamil risiko tinggi terhadap tanda bahaya pada kehamilan dan faktor yang memengaruhi. Penelitian cross sectional ini melibatkan 107 ibu hamil risiko tinggi yang tersebar di Puskesmas di kota Depok, dipilih dengan consecutive sampling. Instrumen yang digunakan adalah Birth Preparedness and Complication Readiness (BPCR) tools versi Bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaran ibu hamil risiko tinggi terhadap tanda bahaya pada kehamilan kurang (54.8%) dan faktor yang memengaruhi adalah jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan, kualitas pelayanan, keterpaparan informasi, paritas dan perencanaan kehamilan (p=0.001, p=0.000, p=0.000, p=0,025, dan p=0,011). Faktor yang paling berpengaruh adalah keterpaparan informasi (OR=11.565; 95% CI=2.419-55.293). Kesadaran ibu hamil risiko tinggi terhadap tanda bahaya pada kehamilan perlu di tingkatkan dengan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) sampai terjadi perubahan perilaku.
ABSTRACT
The aim of this study was to identification the influencing factors of the awareness of danger signs of obstetric complications among of high risk pregnant women. The cross sectional study involved 107 high risk pregnant women in Depok and using Birth Preparedness and Indonesian version of Complication Readiness (BPCR) tools. The findings showed that awareness of danger signs of obstetric complication among high risk pregnant women are less (54.8%) and antenatal care visits, quality of services, information exposure, parity, and planned pregnancy (p=0.001, p=0.000, p=0.000, p=0.025, and p=0.011) are the influencing factors and the dominant factor is information exposure (OR=11.565; 95% CI=2.419-55.293). The pregnant women need to be aware of danger signs of obstetric complication through providing proper information, education and communication.;The aim of this study was to identification the influencing factors of the awareness of danger signs of obstetric complications among of high risk pregnant women. The cross sectional study involved 107 high risk pregnant women in Depok and using Birth Preparedness and Indonesian version of Complication Readiness (BPCR) tools. The findings showed that awareness of danger signs of obstetric complication among high risk pregnant women are less (54.8%) and antenatal care visits, quality of services, information exposure, parity, and planned pregnancy (p=0.001, p=0.000, p=0.000, p=0.025, and p=0.011) are the influencing factors and the dominant factor is information exposure (OR=11.565; 95% CI=2.419-55.293). The pregnant women need to be aware of danger signs of obstetric complication through providing proper information, education and communication., The aim of this study was to identification the influencing factors of the awareness of danger signs of obstetric complications among of high risk pregnant women. The cross sectional study involved 107 high risk pregnant women in Depok and using Birth Preparedness and Indonesian version of Complication Readiness (BPCR) tools. The findings showed that awareness of danger signs of obstetric complication among high risk pregnant women are less (54.8%) and antenatal care visits, quality of services, information exposure, parity, and planned pregnancy (p=0.001, p=0.000, p=0.000, p=0.025, and p=0.011) are the influencing factors and the dominant factor is information exposure (OR=11.565; 95% CI=2.419-55.293). The pregnant women need to be aware of danger signs of obstetric complication through providing proper information, education and communication.]
2015
T43275
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Damayanti
Abstrak :
Pendahuluan: Pemberian terapi adjuvant (kemoterapi dan/atau radiasi) direkomendasikan untuk semua penderita retinoblastoma yang memperlihatkan gambaran histopatologik risiko tinggi untuk residif atau... .. metiiStasls jauh, diantaranya diferensiasi tumor, invasi khoroid dan sklera, serta nervus optikus. Apoptosis diperkirakan memegang peranan penting dalam menentukan respon terhadap kemo- dan radioterapi. Defek pada mekanisme apoptosis akan mengakibatkan sel tumor bersifat radio- atau kemoresisten. Eksekusi apoptosis tergantung kepada keadekuatan easpase efektor, terutama caspase-3. Ekspresi caspase-3 yang tinggi meneerminkan bahwa kedua jalur easpase yaitu jalur endogen dan eksogen berfungsi adekuat, sehingga sel tumor akan responsif terhadap kemo- dan radioterapi serta merefleksikan prognosis yang baik. Metode: Diperoleh 12 spesimen hasil enukleasi atau eksenterasi penderita retinoblastoma unilateral dengan gambaran histopatologik risiko tinggi. Ekspresi caspase-3 aktif diperiksa seeara imunohistokimia. Dilakukan penghitungan sel tumor dengan ekspresi easpase-3 aktif positif dan kemudian dihubungkan dengan ketahanan hidup penderita pasea pemberian tempi adjuvan. Dinilai juga hubungan antara derajat diferensiasi tumor dengan ketahanan hidup 5 tahun penderita. Basil: Seluruh penderita retinoblastoma mempunyai lebih dari satu gambaran histopatologik risiko tinggi, 58,3% memperlihatkan ekspresi easpase-3 aktif negatif dan 41,7% positif. Penderita dengan invasi sel tumor trans-skIera dan batas sayatan nervus optikus (N II) tidak bebas tumor memperlihatkan ketahanan hidup 5 tahun yang lebih buruk (p=O,03). Lima dari 7 penderita dengan ekspresi caspase-3 aktif negatif dan 3 dari 5 dengan ekspresi caspase-3 aktif meninggal dunia sebelum 5 tahun (RR=1.19, p=O,81l). Empat dari 7 penderita retinoblastoma berdiferensiasi buruk meninggal dunia sebelum 5 tahun sedangkan pada yang berdiferensiasi baik sebanyak 4 dari 5 penderita (RR=O,71, p=O,634). Tiga dari 7 tumor berdiferensiasi buruk memperlihatkan ekspresi easpase- aktif negatif dibandingkan dengan 4 dari 5 tumor (RR=O,53, p=O,414) Kesimpulan: lnvasi trans-skIera dan batas sayatan N II yang tidak bebas tumor berhubungan dengan ketahanan hidup 5 tahun yang buruk pada penderita retinoblastoma .. Terdapat hubungan dengan kekuatan sedang antara derajat diferensiasi tumor dengan ketabanan hidup 5 tahun penderita dan dengan derajat diferensiasi tumor walaupun seeara statistik tidak bermakna dikarenakan jurnlah sampel yang kecil. Tumor yang berdiferensiasi buruk memperlihatkan ketahanan hidup 5 tahun yang lebih baik (meneerminkan respon yarIg baik terhadap kemo- danlatau radioterapi) serta ekspresi caspase-3 aktif yang positif. Bagaimanapun juga, berdasarkan penelitian ini tidak terdapat hubungan antara besar caspase-3 aktif dengan ketahanan hidup 5 tahun penderita.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T59012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vaness
Abstrak :
ABSTRAK
Keberadaan salah satu polimorfisme nukleotida tunggal Single Nucleotide Polymorphism atau SNP yang dapat memberikan pengaruh terhadap kejadian hiperbilirubinemia pada neonatus adalah polimorfisme c388A>G pada gen OATP2 SLCO1B1 . Polimorfisme tersebut dapat menyebabkan terjadinya disfungsi protein yang dikodekan oleh gen tersebut, yakni Organic Anion Transporter Protein 2 atau Solute Carrier Organic Anion Transporter 1B1 yang merupakan protein selain UGT1A1 untuk mengeliminasi bilirubin dan memiliki peran utama sebagai pembawa bilirubin dan substansi lainnya ke dalam hepatosit. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh profil polimorfisme dari neonatus dengan hiperbilirubinemia risiko tinggi total serum bilirubin ge;13 mg/dL dari tiga rumah sakit di Indonesia, yakni RSCM Jakarta, rumah sakit rujukan nasional, RSUD M. Yunus Bengkulu, dan RSUD Biak Papua, dengan metode PCR-RFLP menggunakan enzim restriksi TaqI. Profil polimorfisme sampel secara keseluruhan menunjukkan persentase sekuens guanin homozigot G/G sebesar 61,91 yang dapat dilihat sebagai 3 pita, sedangkan persentase sekuens adenin homozigot A/A sebesar 7,14 yang dapat dilihat sebagai 2 pita, dan persentase sekuens adenin guanin secara heterozigot A/G sebesar 30,95 yang dapat dilihat sebagai 4 pita. Hasil profil polimorfisme memiliki kemiripan dengan hasil yang diperoleh dari negara-negara dengan ras Asia Timur. Polimorfisme c388A>G dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan konsentrasi bilirubin dalam darah pada neonatus di Indonesia.
ABSTRACT
The occurrence of one of Single Nucleotide Polymorphisms SNPs which might cause neonatal hyperbilirubinemia is the c388A G of OATP2 SLCO1B1 gene. It causes a dysfunction of the protein encoded by the gene which is Organic Anion Transporter Protein 2 or Solute Carrier Organic Anion Transporter 1B1 besides UGT1A1 for bilirubin elimination, which plays a major role as a transporter of bilirubin and other substances into hepatocytes. This study aims to determine a polymorphism profile from neonates with high risk hyperbilirubinemia with total serum bilirubin of ge 13 mg dL from 3 representative hospitals in Indonesia i.e. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta, a national referral hospital, M. Yunus Bengkulu General Hospital, and Biak Papua General Hospital, by performing PCR RFLP using TaqI restriction endonuclease. The polymorphism profile shows homozygote guanine G G at 61.91 which can be observed as 3 bands, homozygote adenine A A at 7.14 as 2 bands, and heterozygote adenine guanine A G at 30.95 as 4 bands. Polymorphism profile results have a similarity with the results of neonates of countries with Eastern Asian races. C388A G polymorphism might give an effect towards elevated bilirubin concentration in the blood of neonates in Indonesia.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianah
Abstrak :
Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian. Stroke memiliki berbagai faktor risiko mayor yang dapat diubah (modifiable risk factor) antara lain hipertensi, diabetes melitus, atrial fibrilasi, dan hiperkolesterol. Pengetahuan mengenai tanda dan gejala stroke, faktor risiko, dan perilaku pencegahan faktor risiko stroke dapat dikembangkan menjadi sikap waspada yang menjadi dasar dalam mengambil tindakan yang sesuai apabila terjadi serangan stroke sehingga menurunkan kejadian morbiditas dan mortalitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan kewaspadaan pada pasien risiko tinggi stroke dengan penanganan prehospital stroke. Kewaspadaan pada pasien risiko tinggi stroke diukur menggunakan kuesioner Knowledge, Attitude, and Practice (KAP) of Stroke. Sedangkan, penanganan prehospital stroke menggunakan kuesioner The Stroke Action Test (STAT). Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan teknik purposive sampling yang melibatkan 144 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia terbanyak responden berada pada rentang 36-40 tahun, sebanyak 56,3% berjenis kelamin perempuan, 53,5% memiliki jenjang pendidikan perguruan tinggi, 42,4% adalah suku jawa, 43,8% memiliki penghasilan perbulan �Rp3.300.000, sebanyak 45,8% mengenal seseorang yang mengalami stroke, 87,5% bukan perokok dan 38,2% adalah pasien hipertensi. 47,9% responden memiliki kewaspadaan tinggi, 52,1% responden memiliki kewaspadaan yang rendah, sebanyak 49,3% memiliki penanganan prehospital yang sesuai dan 50.7% responden memiliki sikap penanganan prehospital yang tidak sesuai.  Terdapat hubungan bermakna antara kewaspadaan pada pasien risiko tinggi stroke dengan penanganan prehospital stroke (p=0,000; �±=0,05). Edukasi mengenai tanda gejala dan faktor risiko stroke penting dilakukan untuk meningkatkan kemampuan penanganan prehospital stroke apabila terjadi serangan stroke.
Stroke is one of the major cause of death. Stroke has a variety of major risk factors that can be changed (modifiable risk factors), including hypertension, diabetes mellitus, atrial fibrillation, and hypercholesterolemia. Knowledge about the signs and symptoms of stroke, risk factors, and prevention behaviour of stroke risk factors can be developed into awareness that is the basis for taking appropriate action in the event of a stroke to reduce the incidence of morbidity and mortality. This study aims to identify the relationship between awareness among patients at high risk for stroke and prehospital stroke action. Stroke awareness was measured by the Knowledge, Attitude, and Practice (KAP) of Stroke instrument. Meanwhile, prehospital stroke action was measured by the Stroke Action Test (STAT) instrument. This study used a cross-sectional design and purposive sampling technique involving 144 respondents. The result shows that most respondents were in the range of 36-40 years, 56.3% were female, 53.5% had tertiary education, 42.4% were Javanese, 43.8% had a monthly income of � IDR 300,000, 45.8% knew someone who had stroke, 87.5% were non-smokers, and 38.2% were hypertensive patients. 47,9% of respondents had high awareness, 52,1% of respondents had low awareness, 49,3% respondent had corresponding prehospital stroke action, and 50,7% of respondents had noncorresponding prehospital stroke action. There was a significant relationship between awareness among patients at high risk for stroke and prehospital stroke action (p-value = 0,000; �± = 0.05). The higher awareness stroke, the better management of prehospital. Based on these findings, Education and information are needed among patients at high risk for stroke to increase stroke awareness and develop their ability of prehospital stroke action.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Budi Utami
Abstrak :
Angka Kematian Ibu di Banjarnegara masih tinggi, salah satu penyebab kematian ibu adalah komplikasi kehamilan, upaya penurunan kematian ibu adalah dengan deteksi komplikasi sedini mungkin sehingga akan segera memperoleh pelayanan rujukan yang efektif. Cakupan deteksi dini ibu hamil risiko tinggi oleh bidan di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 11,6% masih di bawah Standar Pelayanan Minimal, Untuk itulah penelitian ini dilakukan, untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan deteksi dini ibu hamil risiko tinggi oleh bidan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil yaitu 58,8 pengetahuan responden rendah, 51% responden tidak mendapat pelatihan, 61,9% responden mendapat buku pedoman, ada hubungan bermakna antara pengetahuan, pelatihan dan pemanfaatan buku pedoman dengan praktik deteksi dini ibu hamil risiko tinggi oleh bidan. Untuk meningkatkan ketrampilan bidan dalam praktik deteksi dini ibu hamil risiko tinggi, Dinas kesehatan perlu melakukan pelatihan, pengadaan buku pedoman tehnis bagi bidan,koordinasi dengan organisasi terkait. ......Maternal Mortality in Banjarnegara still high, one of the causes of maternal death is complications of pregnancy, maternal mortality reduction efforts is to detect complications as early as possible so that it will soon acquire an effective referral service. Coverage of early detection of high risk pregnant women by midwives in Banjarnegara District in 2010 was still 11.6% below the Minimum Service Standards, for the research was conducted, to determine factors associated with early detection of high risk pregnant women by midwives in the District Banjarnegara 2011. This research was carried out using methods of quantitative research with a design of cross section. Research determined that the result is 58.8 survey under knowledge, 51% of respondents did not receive training, 61.9 per cent of respondents receive manuals, significant relationship between knowledge, training and the use of the guidelines to the practice of the early detection of the mothers of high risk of pregnancy by midwives. To improve the skills of midwives in the practice of early detection of pregnant women at high risk, the Health Department needs to carry out the training, the provision of technical manuals for midwives, coordination with relevant organizations.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fildza Sasri Peddyandhari
Abstrak :
Latar Belakang: Identifikasi risiko mortalitas pascabedah diketahui hanya pada 66 pembedahan dan 34 sisanya tidak teridentifikasi. Modalitas P-POSSUM dianggap lebih superior dibandingkan dengan modalitas ASA dalam memprediksi morbiditas dan mortalitas karena memperhitungkan beban pembedahan. Metode: Uji kesahihan ini dilakukan di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Dilakukan penelusuran data fisiologis dan operatif dari enam puluh delapan pasien bedah risiko tinggi elektif kemudian dilakukan perhitungan prediksi risiko dengan koefisien perhitungan skor P-POSSUM dalam situs internet http://www.riskprediction.org.uk dan dibandingkan dengan luaran mortalitas aktual. Kesahihan dinilai dengan penilaian kemampuan kalibrasi dan diskriminasi. Dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan parameter-parameter P-POSSUM dengan mortalitas. Hipotesis penelitian ini adalah P-POSSUM sahih dalam memprediksi mortalitas 30 hari pasien bedah risiko tinggi dengan kemampuan prediksi lebih dari 80 . Hasil: Kemampuan diskriminasi didapatkan dengan menghitung luas AUC yaitu sebesar 89.2 IK 95 0,756 ndash;1,000; p=0,000 . Kemampuan kalibrasi dinilai baik dari analisis Hosmer-Lemeshow p=0,23 . Pada analisis bivariat hanya hemoglobin p=0,003 , tekanan darah sistolik p=0,031 dan leukosit p=0,007 yang berhubungan dengan mortalitas. Pada analisis regresi logistik didapatkan hanya tekanan darah sistolik p=0,043 dan leukosit p=0,010 yang berhubungan dengan mortalitas. Simpulan: P-POSSUM sahih dalam memprediksi mortalitas 30 hari pasien bedah risiko tinggi dengan kemampuan prediksi lebih dari 80 . Berdasarkan analisis bivariat didapatkan hemoglobin, tekanan darah sistolik dan leukosit yang berhubungan dengan mortalitas. Setelah analisis regresi logistik didapatkan hanya tekanan darah sistolik dan leukosit yang berhubungan dengan mortalitas. Kata Kunci: kesahihan, P-POSSUM, mortalitas, risiko tinggi
BACKGROUND Postsurgery mortality risk identified only in 66 surgery and 34 remain unknown. P POSSUM considered more superior than ASA stratification in predicting morbidity and mortality since it calculates surgical risk. METHODS This research was performed in RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Physiological and surgical parameter of sixty eight high risk patients were taken from medical record and then risk prediction was calculated by calculation coefficient of P POSSUM scoring from http www.riskprediction.org.uk. The comparison between predicted and actual mortality was performed. Validation is assessed by calibration and discrimination ability. The researchers also analyzed the correlation between P POSSUM parameters and mortality. We hypothesized that P POSSUM valid in predicting 30 days mortality high risk surgical patients with predicting ability more than 80. RESULTS Pada analisis regresi logistik didapatkan hanya tekanan darah sistolik p 0,043 dan leukosit p 0,010 yang berhubungan dengan mortalitas. Discrimination ability was assessed by calculating AUC area which is 89.2 CI 95 0,756 ndash 1,000 p 0,000 . Calibration ability is good based on Hosmer Lemeshow analysis p 0,23 . From bivariat analysis only hemoglobin p 0,003 , sistolic blood pressure p 0,031 and leukocyte p 0,007 have relationship with mortality. From multivariate logistic regression anylisis only sistolic blood pressure p 0,043 and leukocyte p 0,010 have relationship with mortality. CONCLUSION P POSSUM is valid in predicting 30 days mortality high risk surgical patients with predicting ability more than 80 . From bivariat analysis only hemoglobin, sistolic blood pressure and leukocyte have relationship with mortality. From multivariate logistic regression anylisis only sistolic blood pressure and leukocyte have relationship with mortality. Keywords validation, P POSSUM, mortality, high risk
Depok: Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Peni Yulia Nastiti
Abstrak :
ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Hipoperfusi perioperatif yang diawali oleh hipoperfusi splanknik meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada pasien pascaoperasi risiko tinggi. Parameter kadar laktat, P(cv-a)CO2 dan konsentrasi ScvO2 darah dapat digunakan untuk menilai hipoperfusi global. Peningkatan volume residu lambung dihubungkan dengan terjadinya hipoperfusi regional saluran cerna. Penelitian ini bertujuan mengetahui korelasi parameter hipoperfusi global (laktat, P(cv-a)CO2, ScvO2) dengan volume residu lambung pada pasien pascaoperasi risiko tinggi yang dirawat di ICU RSCM. METODE: Sebanyak 48 subyek penelitian yang dianalisis didapatkan dengan metode consecutive sampling. Subyek penelitian yaitu pasien usia ≥18 tahun yang memenuhi kriteria pascaoperasi risiko tinggi, dapat dipasang pipa oro/nasogastrik, pasien tidak menolak diikutsertakan dalam penelitian, bukan pascaoperasi gastrektomi, tidak ada hematemesis, pasien tidak dengan gastrostomi, tidak diberikan opioid pascabedah, serta dilakukan pemasangan kateter vena sentral pada v. cava superior. Pasien akan dikeluarkan dari penelitian apabila pasien meninggal dan dilakukan resusitasi jantung paru sebelum 24 jam pascaoperasi, diberikan opioid. Pasien dirawat di ICU pascaoperasi dan dicatat volume residu lambung, kadar laktat, P(cv-a)CO2, konsentrasi ScvO2 pada jam ke-0, ke-8 dan 24. HASIL: Terdapat korelasi lemah antara kadar laktat dengan volume residu lambung pada jam ke-0 (r=0,301 p<0,05), jam ke-8 (r=0,374 p<0,01) dan jam ke-24 (r=0,314 p<0,05). Tidak terdapat korelasi antara kadar P(cv-a)CO2 dan ScvO2 dengan volume residu lambung pada jam ke-0,8 dan 24. KESIMPULAN: Tidak terdapat korelasi antara parameter hipoperfusi global (laktat, P(cv-a)CO2, ScvO2) dengan volume residu lambung.
ABSTRACT
Perioperative hypoperfusion preceded by splanchnic hypoperfusion increased morbidity and mortality in high risk surgical patients. Parameter levels of blood lactate, P(cv-a)CO2 and concentration ScvO2 can be used to assess global hypoperfusion. Increased gastric residual volume associated with the occurrence of gastrointestinal regional hypoperfusion. This study aims to determine the correlation parameter global hypoperfusion (lactate, P(cv-a)CO2, ScvO2) with gastric residual volume in high risk surgical patients admitted to the ICU RSCM. METHODS: A total of 48 subjects analyzed were obtained by consecutive sampling method. The subjects are patients aged ≥ 18 years who meet the criteria of high risk surgical patients, can be mounted oro/ nasogastric tube, patients did not refuse to be included in this study, not postoperative gastrectomy, no hematemesis, without gastrostomy, not given opioid postoperatively, do the insersion of central venous catheter in v. cava superior. Patient will be excluded from the study if the patient died and performed CPR before 24 hours, administered opioid. Patients admitted to the ICU postoperatively and recorded gastric residual volume, levels of lactate, P(cv-a)CO2 , ScvO2 concentration at 0, 8th and 24th hour. RESULTS: There is a weak correlation between lactate level with gastric residual volume at 0 hour(r=0.301, p<0.05), 8th hour(r=0.374, p<0.01) and 24th hour (r=0.314, p<0.05). There is no correlation between P(cv-a)CO2 level and ScvO2 concentration with gastric residual volume at 0, 8th and 24th hour. CONCLUSION: There was no correlation between the parameters of global hypoperfusion (lactate, P(cv-a)CO2, ScvO2) with gastric residual volume.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>