Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ruli Nurul Aman
"Rumah sakit te1ah mengalami transformasi besar, yaitu berada dalam suasana globalisasi dan kompetisi yang sangat ketal Hal ini merupakan tantangan bsgi rumah sakit terutama rumah sakit di Indonesia untuk menghadapi transformasi tersebut. Transformasi yang tidak kalah penting adalah persepsi masyarakat teotang rnutu pelayanan rumah sakit, dimana masyarakat semakio kritis. !sue rnalpraktek yang semakio marak sampai terjadi tuntutan hukum rnerupakan salah sam darnpak dari semakin kritisnya masyarakat terbadap pelayanan nunah sakit. Untuk meminirnalisir adanya komplain ataupun tuntutan maka sebagai jawaban adalah menerapkan manajemen risiko klinis rumah sakit.
Pene1itian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implemenblsi manajemen risiko di rumah sakit Siloam yang notabene telah lama rnenerapkan pmgrum ini, selain itu yang lebih penting adalah mengetahui bsgaimana dakangan dan komitmen pimpinan dan anggota organisasi dalarn menyukseskan progrum ini, serta bagairnana lllhapan proses manajemen riailro. Metode yang diganakan adalah lroalitatif, dengan rnelakukan pengumpulan data melalui wawaneam meodalam, observasi dan telaah dolromen. Taltap wawancara peneliti ingin mengetahui bagaimana komitmen pimpi:nn dan para stafuntuk turut serta dalam kegiatan program manajemn risiko klinis, bagairnana kebijakan pirnpinan yang berkeitan dengan progxam ini, dan kemudian bagaimana proses manajemen risiko klinis itu sendirl. Pada tahap observasi peneliti melihat secara langsung kegiatan-kegiatan program ini pada tingkat organisasi maupun di tingkat unit/departemen RS Siloam. Pada tahap telaah dokurnen peneliti ingin melihat dolromen­ dokumen menyangkut kebijakan yang meliputi pengorganisasian, alokasi dana, tenaga khuaus dan pelatihan.
Hasil penelitian menunjukan komitmen pimpinan dan anggota nunah sakit cukup lruat, terlihat dari adanya keterlibatan semua pibak dalam kegialan program !11liDajemen risiko klinis. Juga terlihat dari kebijakan. dimana pengorganisasian terstruktur dan formaalokesi dana yang memadai, tenaga khusus yang terlatih, adanya pelatihan­ pe1atihan program manajemen risiko klinis pada semua staf. Proses manajemen risiko itu sendiri telah dilaksanekan dengan baik, namun dirasakan ada yang kurang lengkep khususnya dalam lllhapan proses manajemen risiko, seperti prnses identifikesi yang hanya bersifat reaktif, baik secara formal melalui insident report form maupun secara nonforma{ melaiui case report, yang menurut hemat peneliti identifikasi juga dapat dilakukan dengan cara proaktif melalui occurance screening. Pada 1ahapan analisa, RS Siloam tidak melalrukan penilaian gabungan an!ala ftekuensi dan dampak secara kualitatif dan kwmtitatif. penilaian ini cukup penting untuk membantu dalam penggolongan kriterla risiko sebingga mudah untuk melalrukan penentuan prioritas risiko. Pada 1ahap evaluasi, banya menllai kriteria risiko yang dinyatakan dalam bentuk apakah risiko berkaitan dengan masalah medis atau non mednear miss atau sentinel event. Evaluasi risilro belum cukup spesifik sehingga sulit untuk membuat prioritas pengelolaan risikn :1BJ1g lebib spesifik lagi sesuai dengan kriteria dan ranking risiko.

Hospilal bas experienced a big transformation which is on globalization atmosphere and it is very high competition. This is a challenge for hospilal especially hospilal in Indonesia to face the transformation. Transformation which does not less important is public perception concerning hospital service quality, where public is more critic. Malpractice issue which is more glow up until happened a prosecution is one of the impact of public who is more critic to hospital service. For rninimalizing the existence of complain and demand so applying a elinic risk management at hospital as an answer.
This research aim to know how risk management implementation at Siloam hospilal which hnve old apply this program, besides more important to know how bead commitment and support and organizational member in this program successand also how risk management process step used qualitative method, by conducting data collecting through circumstantial interview, document study and observation. Phase interview researcher wish to know how head commitment and all staff to hnve a shnre in activity of risk management program, how policy of head related to this program, and later then how i!Self risk management process. At researcher observation phnse see directly activity of this program at organizational level aod also in unit level I departmental of Siloam bospilal. At Researcher document study phase wish to see document concerning policy coveriag organization, fond allocation, special energy and training.
Result of research show of head commitment aod hospital member enough strength. seen from existence of involvement all side in activity of risk management program. Also seen from policy, where structure organization aod is formal, adequate fond allocation, special energy training, existence of training risk management program at all of staff. Risk management process hnvc been executed better, but felt by there is less complete specially in risk management process step, like process identifY which only having the chnrecter of reactive, either through formal through incident report form and also by nonformal through case report, which according to economizing researcher identify also can be conducted by proactive through occurrence screening. At analysis step, Siloam hospital do not conduct assessment of alliance between impact and frequency qualitative and is quantitative. this important assessment enough to assist in classification risk criterion so that easy to do detennination of risk priority. At evaluation phase, only assessing expressed risk criterion in the form of do risk relate to medical problem or non is medical, miss near or event sentinel. Risk evaluation not yet specific enough so that difficult to make priority management more specific risk again as according to risk ranking and criteria.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32444
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siva Hamdani
"ABSTRAK
Saat ini pelayanan kesehatan di mmah sakit menjadi semakin kompleks dan hal
ini merupakan peluang untuk tenjadinya kesalahan. Keselamatan pasien -upaya
mencegah kesalahan medis- telah menjadi perhatian banyak pibak baik nasional maupun
intemasional. Sejalan dengan berbagai program dijalankan untuk meningkatkan
keselamatan pasien, diyakini bahwa kemampuan suatu institusi lmtuk rnencegah cedera
hanya dapat direalisasikan jika dapat membangun budaya kcselamatan diantara stafnya.
Langkah pertama yang dapat dilakukan oleh rumah sakit dalam mengembangkan
program kcselamatan pasien adalah dengan melakukan survei budaya keselamatan
pasien pada staiimya. Penilaian budaya keselamatan bermanfaat sebagai alat diagnom
untuk mengidentitikasi area yang membutuhkan perbaikan, untuk mengevaluasi
program keselamatan pasien dan pemenuhan terhadap standar/peraturan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran budaya
keselamatan pasien di Rumah Sakit Islam Jakarta dari perspektif stat; tahun 2007.
Matcdc pcnclitim; addm pandekatau kuantitatif dengan menggunakan data pixma:
dan alat penelitiannya adalah kuesioner yang dibuat oleh AHRQ. Metode ini
digabungkan dengan metode lcualitatifl Respondcn pcncltian bcrjumlah 110 meliputi
kelompok tenaga medis, keperawatan dan penunjang. Pengambilan sampel dilakukan
dengan proportional random sampling sehingga tiap kelompok tenaga terwakili.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
Islam Jakarta dikategorikan sedang (mean=3,60) dan memiliki ciri postive walaupun
belum kuat. Dari 12 variabel yang diteliti, staffing adalah dimensi dengan nilai mean
terendah (3,29) dan keljasama dalam unit merupakan dimensi dengan nilai mean
tertinggi (3,91) Terdapat semhilan butir pemyataan yang yang direspon negatif oleh
lebih dari 20% responden. Menurut kelompok tenaga medis, frekuensi dari pelaporan
kcjadian memiliki nilai mean terendah |f2,70) dan dimensi dengan nilai mean tertinggi
adalah keljasama dalam unit (3,95). Menurut kelompok tenaga keperawatan, umpan balik dan komunikasi terhadap kesalahan adalah dimensi dengan nilai mean terendah
(3,35) dan dimensi dengan nilai mean tertinggi adalah dimensi kcrjasama dalam unit
(3,96). Pada kelompok tenaga penunjang, staffing merupakan dimensi dengan nilai mean
terendah (2,95) dan dimensi dengan nilai tertinggi adalah dimensi komunikasi terbuka
(4,18). Pada analisis berdasarkan unit kerja, unit gawat darurat memiliki nilai mean
terendah umuk hampir semua variabel budaya keselamatan, kecuali staffing, dengan
nilai mean total 2,l8, namun hasil ini tidak sesuai dengan hasil wawancara.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah budaya kesclamatan pasicn di Rumah Sakit
Islam Jakarta dikategorikan sedang dan memiliki karakteristik budaya positif walaupun
belum kuat, dengan dimensi terlemah adalah staiing. Staff yang rigid terhadap
perubahan dapat menjadi ancaman bagi pengembangan program keselamatan pasien,
namun di sisi Iain rumah sakit memiliki peluang potensial yakni staf yang
berpendidikan tinggi. Unit gawat darurat merupakan merupakan unit yang perlu
mendapatkan perhatian lebih besar dalam mengembangkan progmm keselaman pasien.
Mengingat bahwa untuk mcngembangkan program keselamatan pasien
dibutuhkan Iaporan dari insiden, maka disarankan tim manajemcn risiko untuk secara
intensif mensosialisasikan pelaporan insiden dan manajemen rumah sakit dapat secara
aktif membantu untuk meningkatkan keterlibatan dolcter senior dalam program

ABSTRACT
Today?s, health care in hospital become more complex and the opportunities for
errors abound. Patient safety-the prevention of medical error-have become central
concems both nationally and internationally. While a variety programs are being pushed
to improve patient safety, the belief growing that institution?s ability to avoid harm will
be realize only when its able to create a culture of safety among its staff The first step to
improve patient safety program in hospital is get patient safety culture stuyey on their
staff Safety culture assessment can be used as diagnostic tools to identified areas for
improvement, to evaluate patient safety program, conduct internal and external
benchmarking and fulfill regulatory requirement.
The ptupose of this research is to know patient safety culture from Rumah Sakit
Islam Jal
approach using primary data and questionnaire funded by AHRQ as a tool combined
with qualitative approach. Respondents in this research are 110 staff include medical
staff group, nursing staff group and supporting staff group. Data source selection based
on proportional random sampling so that ali staff in group are represented
The research result indicates that patient safety culture in Rumah Sakit Islam
Jakarta categories mild (mean=3.6O) and have the positive characteristics event not
strong. From 12 variable, staffing is the dimension with lowest mean value (3.29) and
teamwork within unit is the dimension with highest mean value (3.9l). There are nine
items that responded negative by more than 20% respondents. According to medical
staff perspective, frequencies of event reporting has lowest mean value (2.70) and
dimension with highest mean value is teamwork within unit (3.94)_ According to nursing
staff group, feedback and communication to error has lowest mean value (335) and
dimension with highest mean value is teamwork within unit (3.96). According to
supporting staff group, staffing has lowest mean value (2.95) and dimension with
highest mean value is communication openness (4.18). In unit analysis, emergency unit has the lowest mean for almost all safety culture variable, except statiing, with total
mean value is 2.18, but this data is not appropriate with interview result
Thus, the conclusion of this research is patient safety culture in Rumah Sakit
Islam Jakarta categorized mild and have the positive characteristics event not strong
with staffing as the weakest dimension. Rigid staif could be thneat safety team in
promoting patient safety program, on the other side this hospital has potential
opportunities cause high educated staffl Emergency unit is the area that need more
attention in promoting patient safety program.
Considering to improve patient safety program, incident report is needed, it is
suggested risk management team be intensive in socialization reporting incident and
hospital management be actively push senior doctor to participate this program.

"
2007
T34583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library