Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Washington: American Chemical Society, 1991
R 620.106 POL
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Fitryan Anggrasari
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai model rheologi yang terjadi pada umur awal beton yang diakibatkan oleh regangan susut yang terjadi, serta bagaimana pengaruh penambahan fly ash terhadap model rheologi pada umur awal beton. Model rheologi merupakan suatu konsep abstrak yang telah diformulasikan untuk mendeksripsikan perilaku material. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan prisma beton 60 MPa berukuran 15 cm x 15 cm x 60 cm berdasakan ASTM C78-94 pada posisi vertikal dan diamati regangan susutnya dengan menggunakan Vibrating Wire Embedded Strain Gage (VWESG) sesaat setelah beton dicor hingga beton berumur 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beton berkinerja tinggi dengan menggunakan fly ash pada umur awal (0 - 24 jam) dapat dimodelkan dengan model rheologi yang terdiri dari lima model yaitu Solidifying Liquid (0 - 1,1 jam), Solidifying Liquid (1,1 - 1,6 jam), Kelvin-Voigt (1,6 - 6,3 jam), Kelvin-Voigt (6,3 - 10,3 jam), dan Kelvin-Voigt (10,3 - 24 jam). ......This research discusses rheological models in early age concrete caused by shrinkage strain and the influence of fly ash on the rheological model of early age concrete. Rheological model is an abstract concept that has been formulated to describe material behavior. Three shrinkage specimens made of 60 MPa concrete prism type specimens size of 15 cm x 15 cm x 60 cm and observed by Vibrating Wire Embedded Strain Gage (VWESG) right after the fresh concrete is placed to the mold until the specimens age is 24 hours. The result of this research shows that high-performance concrete using fly ash at early ages (0-24 hours) can be modeled by five rheological models which are Solidifying Liquid (0 - 1,1 hours), Solidifying Liquid (1,1 - 1,6 hours), Kelvin-Voigt (1,6 - 6,3 hours), Kelvin-Voigt (6,3 - 10,3 hours), dan Kelvin-Voigt (10,3 - 24 hours).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T42911
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
W. Tri Wardhana
Abstrak :
Konsolidasi adalah proses pengecilan volume secara perlahan-Iahan pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengatirn sebagian air pori yang berlangsung terus menerus sampai kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total telah benar-benar hilang. Teori konsolidasi yang dikemukakan oleh Terzaghi (1925) telah diterapkan secara meluas untuk masalah-masalah yang berhubungan dengan rekayasa perencanaan terutama untuk perhitungan settlement. Parameter konsolidasi suatu contoh tanah diambil dari suatu uji konsotidasi yang dilakukan di laboratorium. Prinsip dari uji konsolidasi ini adalah tanah diberi kesempatan untuk mencapai keadaan setimbang melatui suatu seri pembebanan. Sehingga didapat hubungan antara void ratio (e) dan tegangan yang terjadi. Tentunya kesetimbangan yang sebenarnya tidak tercapai secara normal di laboratorium, tetapi untuk pertimbangan praktis sebuah prosedur tetah diterima secara meluas, yaitu melalui penambahan beban sebanyak dua kali beban awal setiap 24 jam. Dilihat dari segi efisiensi waktu dan penggunaan alat, serta memenuhi data rekayasa secara cepat maka dipikirkan suatu metoda konsolidasi dengan pembebanan dipercepat. Tanah gambut memiliki karakteristik unik, dimana pada perilaku konsolidasinya tanah gambut memiliki kompresibilitas volumetrik yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya dekomposisi bahan organik yang tinggi dan disertai oleh tingginya pula nilai kadar air. Dengan demikian daya dukungnya kecil. Perilaku konsolidasi gambut cenderung mengacu pada besarnya regangan yang terjadi dan mekanisme pemampatannya diasumsikan sebagai rangkaian kejadian tegangan-tegangan-waktu, sehingga untuk menganalisa pemampatannya digunakan pendekatan dengan suatu model rheologi yang dikembangkan oleh Gibson dan Lo (1961). Uji konsolidasi dipercepat akan dilakukan dengan Cara penambahan beban segera setelah konsolidasi primer (metoda rheologi) telah tercapai. Penelitian yang dilakukan penulis berupaya mempelajari karakterstik dan perilaku tanah gambut biia dilakukan suatu uji konsolidasi dengan periode pembebanan dipercepat. Pengujian dilakukan terhadap contoh tanah gambut yang diambil dari Pontianak, Kalimantan Barat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan sel Howe. dlmana dapat menggunakan contoh benda uji (sampte) yang cukup besan Hasil penelitian yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan penurunan tanah yang cukup besar antara uji konsolidasi standar dan uji konsolidasi dipercepat. Hal ini menunjukkan bahwa pacla uji konsolidasi standar tanah gambut Pontianak belum terjadi proses dekomposisi. Pada uji konsolidasi dipercepat tidak didapat harga-harga parameter sekunder rheologi, sehingga tidak dapat digunakan sebagai metoda peramalan penurunan yang akurat.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S35051
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabby Rizkiyana Khalawi
Abstrak :
Penelitian ini menampilkan model rheologi beton berkinerja tinggi (High Performance Concrete) dengan kuat tekan 60 MPa pada umur awal beton. Dua buah balok yang digunakan berukuran 150mm x 150mm x 600mm berdasarkan ASTM C78-94. Pengamatan dilakukan selama 24 jam di awal atau pada saat sebelum curing menggunakan Vibrating Wire Embedded Strain Gages.Model rheologi didekati dengan menggunakan data regangan susut rata-rata dari kedua balok tersebut, serta beberapa parameter rheologi diperoleh dengan menggunakan trial and error. Model rheologi beton berkinerja tinggi pada umur awal beton dibagi menjadi lima rheologi yang terdiri dari Solidifying Liquid - Kelvin Voigt Niken - Kelvin Voigt Niken - Kelvin Voigt Niken - Kelvin Voigt Niken. ......This study presents rheological model of high performance concrete with 60 MPa compressive strength of concrete at early age. The size of these two beams is 150 mm x 150 mm x 600 mm according to ASTM C78-94. Observations were made during 24 hours at the beginning or at the time before curing using vibrating wire embeded strain gages. Rheological models approximated using shrinkage strain data is the average of the two beams, as well as some rheological parameters obtained by using trial and error. Rheological models of high performance concrete at early age concrete is divided into five rheological model, consists of Solidifying Liquid - Kelvin Voigt Niken - Kelvin Voigt Niken - Kelvin Voigt Niken - Kelvin Voigt Niken.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T38680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Sih Pusporini
Abstrak :
Likuefaksi terjadi pada tanah granular seperti pasir tersaturasi yang mengalami getaran sehingga tekanan air pori meningkat dan tanah seakan – akan mencair karena kehilangan kekuatannya. Fenomena likuefaksi terjadi di Kota Palu pada tahun 2018 dipicu oleh gempa sebesar 7.5 MW dan menyebabkan kerusakan besar di beberapa daerah akibat pergerakan lateral tanah. Salah satu daerah terdampak, yakni Desa Lolu mengalami pergerakan lateral tanah sebesar 10 – 153 m pada daerah mengalir (flow area) dan kurang dari 10 m pada daerah terdampak (affected area). Analisis pergerakan tanah pada fenomena likuefaksi dapat ditinjau dengan memodelkan tanah sebagai cairan yang memiliki kekentalan atau viscous fluid. Cairan dengan kekentalan memiliki parameter reologi yang dapat meninjau karakteristik aliran tanah. Beberapa cairan dengan kekentalan memiliki reaksi tertentu terhadap perubahan suhu. Untuk itu dilakukan pengujian untuk mencari nilai viskositas menggunakan alat rotational rheometer pada sampel tanah pasir halus (SP) dari daerah mengalir dan sampel tanah pasir kelanauan (SP – SM) dari daerah terdampak menggunakan variasi suhu. Berdasarkan hasil pengujian viskositas, kedua jenis tanah pada suhu 25°C memiliki karakteristik aliran shear thinning pada rentang laju geser rendah dan memiliki karakteristik cairan Newtonian pada rentang laju geser tinggi. Perbandingan viskositas antar kedua jenis tanah menunjukkan bahwa pasir halus dari daerah mengalir memiliki viskositas yang lebih kecil dibanding pasir kelanauan dari daerah terdampak. Pada saat suhu dipanaskan menjadi 35°C, viskositas berkurang untuk kedua jenis tanah, dengan karakteristik aliran shear thinning. ...... Liquefaction occurs in granular soils such as saturated sand under vibration that makes the pore water pressure increase and the soil seems to melt because it loses its strength. The liquefaction phenomenon that occurred in Palu City in 2018 was triggered by an earthquake of 7.5 MW and caused major damage in several areas due to lateral soil movements. Lolu Village, one of the affected areas in Palu experienced a lateral soil movement of 10 – 153 m in the flow area and less than 10 m in the affected area. Analysis of soil movement on the liquefaction phenomenon can be reviewed by modeling the soil as a viscous fluid. Liquids with viscosity have rheological parameters that can show the flow characteristics of the soil. Some viscous fluids have a certain reaction to changes in temperature. For this reason, a viscosity test was carried out using a rotational rheometer on fine sand soil samples (SP) from flow area and silty sand soil samples (SP – SM) from affected area using temperature variations. Based on the results of the viscosity test, both soil types at 25°C had shear thinning flow characteristics in a low shear rate range and Newtonian fluid characteristics in a high shear rate range. The comparison of the viscosity between the two soil types shows that the fine sand from the flow area has a lower viscosity than the silty sand from the affected area. When the temperature is heated to 35°C, the viscosity decreases for both soil types with flow characteristics of shear thinning.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raihan Mumtaz
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi efek konsentrasi dan temperatur pencampuran terhadap sifat rheologi dan morfologi dari campuran poly(L-lactic acid) (PLLA) dan agar-agar untuk aplikasi implan yang dapat terdegradasi. Studi ini menggunakan metode pencampuran melt-blending dengan variasi komposisi agar-agar (0%, 4%, 8%, dan 12%) pada dua suhu pencampuran berbeda, yaitu 160°C dan 180°C. Karakterisasi dilakukan melalui pengujian rheologi osilasi dan rotasional, serta pengamatan morfologi permukaan dan patahan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Hasil pengujian menunjukkan bahwa viskositas campuran PLLA dan agar-agar menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi agar-agar dan suhu pencampuran. Pada suhu 180°C, viskositas menurun lebih signifikan dibandingkan pada 160°C. Pengujian rheologi osilasi menunjukkan bahwa modul penyimpanan (G') dan modul kehilangan (G") dari campuran cenderung menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi agar-agar, yang menunjukkan penurunan kekakuan dan peningkatan sifat viskoelastis dari material. Pengamatan morfologi permukaan dan patahan dengan SEM menunjukkan bahwa penambahan agar-agar menghasilkan distribusi partikel yang lebih homogen, tetapi juga meningkatkan jumlah retakan pada permukaan material. Pada suhu pencampuran yang lebih tinggi (180°C), material menunjukkan homogenitas yang lebih baik, namun dengan peningkatan jumlah retakan dan kekosongan (voids). Penelitian ini menyimpulkan bahwa komposisi campuran PLLA dan agar-agar serta suhu pencampuran memiliki pengaruh signifikan terhadap sifat rheologi dan morfologi dari material. Campuran dengan komposisi 96% PLLA dan 4% agar-agar pada suhu 160°C menunjukkan sifat mekanik dan morfologi terbaik untuk aplikasi implan mampu luruh. Sampel P96A4T1 yang memiliki nilai torsi yang meningkat secara bertahap tetapi tetap dalam rentang yang dapat dikelola, dimulai dari nilai torsi awal adalah 204 Nm pada detik ke-17 dan mulai stabil pada detik ke-34 dengan nilai torsi sebesar 94 Nm. Selain itu, hasil SEM menunjukkan bahwa Pada P96A4T1, struktur permukaan terlihat lebih homogen dengan sedikit retakan dibandingkan dengan sampel lain. ......This research aims to investigate the effects of concentration and mixing temperature on the rheological and morphological properties of poly(L-lactic acid) (PLLA) and agar blends for degradable implant applications. The study employed the melt-blending method with varying agar concentrations (0%, 4%, 8%, and 12%) at two different mixing temperatures, 160°C and 180°C. Characterization was performed through oscillatory and rotational rheology tests, as well as surface and fracture morphology observations using Scanning Electron Microscopy (SEM). The results indicated that the viscosity of the PLLA and agar blends decreased with increasing agar concentration and mixing temperature. At 180°C, the viscosity decreased more significantly compared to 160°C. Oscillatory rheology tests showed that the storage modulus (G') and loss modulus (G") of the blends tended to decrease with increasing agar concentration, indicating a reduction in stiffness and an increase in the viscoelastic properties of the material. Surface and fracture morphology observations using SEM revealed that the addition of agar resulted in more homogeneous particle distribution but also increased the number of surface cracks. At the higher mixing temperature (180°C), the material exhibited better homogeneity but with an increase in cracks and voids. The study concludes that the composition of PLLA and agar blends and the mixing temperature significantly affect the rheological and morphological properties of the material. The blend with 96% PLLA and 4% agar at 160°C exhibited the best mechanical and morphological properties for degradable implant applications. The blend of 96% PLLA and 4% agar at 160°C showed the best mechanical and morphological properties for implant shedding applications. Sample P96A4T1 had a torque value that increased gradually but remained within a manageable rang,. In addition, the SEM results show that in P96A4T1, the surface structure looks more homogeneous with few cracks compared to the other samples.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisa Amanda
Abstrak :
Nanopartikel silika telah menarik perhatian karena sifat strukturnya yang sangat menguntungkan dan dapat diaplikasikan sebagai filler pada semen atau beton. Pada penelitian ini dilaporkan mengenai sintesis nanopartikel silika dengan metode sol-gel dan efek penambahannya sebagai aditif gas migration control pada oil and gas cement. Hasil karakterisasi nanopartikel silika menunjukkan bahwa nanopartikel tersebut memiliki bentuk spherical dan struktur yang amorf dengan distribusi ukuran partikel sebesar 49,73 nm. Hasil yang diperoleh dilakukan pengujian sifat fisik semen untuk mengetahui efek penambahan nanopartikel silika yang telah disintesis dan dibandingkan dengan nanopartikel silika komersil serta microsilica. Nanopartikel silika komersil dan microsilica memiliki ukuran partikel sebesar 16,65 nm dan 124,65 nm. Uji rheologi, uji thickening time, uji compressive strength serta uji permeabilitas gas dilakukan pada penelitian ini. Uji rheologi menunjukkan bahwa penambahan nanopartikel silika dan microsilica menyebabkan bubur semen semakin mengental serta meningkatkan nilai yield point. Uji thickening time menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan nanopartikel silika ataupun microsilica diperlukan waktu sekitar 3-5 jam untuk mencapai batas konsistensinya, dimana bubur semen tidak dapat dipompa kembali. Uji compressive strength menunjukkan bahwa penambahan nanopartikel silika dapat meningkatkan daya tahan tekan pada semen dibandingkan dengan microsilica. Uji permeabilitas gas menunjukkan bahwa nanopartikel silika dan microsilica menunjukkan bahwa keduanya dapat secara efektif berperan sebagai filler pada pori-pori semen. Pengujian tersebut telah dilakukan untuk mengetahui apakah nanopartikel silika telah sesuai dengan kriteria sebagai aditif gas migration control.
Silica nanoparticles have attracted a lot of attention because of their highly beneficial structural properties and can be applied as fillers on cement or concrete. In this research we reported about the synthesis of silica nanoparticles with the sol-gel method and the effect of its addition as a gas migration control additive in oil and gas cement. The results of silica nanoparticles characterization shows that the morphology of nanoparticles is spherical and had an amorphous structure with particle size distribution of 49.73 nm. The results were tested for physical properties of cement to determine the effect of adding silica nanoparticles that had been synthesized, commercial silica nanoparticles and microsilica. Commercial silica nanoparticles and microsilica have particle sizes of 16.65 nm and 124.65 nm. Rheological test, thickening time test, compressive strength test and gas permeability test were observed in this research. Rheological tests shows that the addition of silica nanoparticles and microsilica caused the cement slurry getting thicker and increase the value of yield point. Thickening time test shows that it takes about 3-5 hours hours to reach the consistency limit with the addition of silica nanoparticles or microsilica, which the slurry cannot be pumped again. Compressive strength test shows that the addition of silica nanoparticles can increase the compressive strength value of cement compared to microsilica. The gas permeability test shows that silica nanoparticles and microsilica could effectively act as fillers in cement pores. All of the tests was conducted to determine whether silica nanoparticles were in accordance with the criteria as a gas migration control additive.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diwangkoro Kingkin
Abstrak :
Mampu bentuk (formability) material bukan hanya ditentukan oleh mikrostruktur dari material, temperatur, laju regangan (strain rate) dan regangan (strain), tetapi juga tahapan tegangan pada zona deformasi. Uji tarik panas merupakan salah satu metode pengujian yang dilakukan untuk mengevaluasi sifat mekanis dari material, memperoleh informasi plastisitas material dan sifat perpatahan (fracture). Pengujian dilakukan dengan menggunakan parameter dari persamaan konstitutif dimana tegangan alir merupakan fungsi dari regangan, laju regangan dan temperatur. Hal ini dapat menjelaskan karakteristik Rheologi dari material tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik Rheologi dari material baja HSLA (ASTM A572 Gr 50) dengan menentukan parameter persamaan konstitutif menggunakan uji tarik panas, dengan variabel temperatur 700°C, 750°C, 800°C, dan 850°C. Dalam penelitian ini dapat dihasilkan parameter persamaan konstitutif untuk paduan Baja HSLA (ASTM A572 Gr 50), yaitu σ = K. ɛn. έm. eQ /RT, di mana dengan meningkatnya temperatur dari 700°C ke 800°C akan menurunkan nilai koefisien pengerasan regang (n) sebesar 47% dan menurunkan % elongasi sampel sebesar 26%. Pada laju regangan 0.1 s-1 dengan meningkatnya temperatur dari 700°C ke 850°C akan menurunkan tegangan luluh sebesar 42%. Pada laju regangan 0.1 s-1 dengan meningkatnya temperatur dari 750°C ke 850°C, akan meningkatkan nilai koefisien sensitifitas laju regangan (m) sebesar 96%. Pada temperatur konstan 850°C, dengan meningkatnya laju regangan dari 0.01 s-1 ke 0,1 s-1 akan menurunkan nilai energi aktivasi sebesar 2%. ......Formability not only determined by the microstructure of the material, temperature, strain rate and strain, but also stage the voltage on the deformation zone. Hot tensile test one method of testing conducted to evaluate the mechanical properties of the material, information material plasticity and fracture properties. Tests carried out by using the parameters of constitutive equations in which the flow stress is a function of strain, strain rate and temperature. This may explain the rheological characteristics of the material. This research aims to study the rheological characteristics of HSLA steel material (ASTM A572 Gr 50) by determining the parameters of the constitutive equation using hot tensile test, with variable temperature 700°C, 750°C, 800°C and 850°C. In this study the constitutive equation can be generated parameters for HSLA steel alloy (ASTM A572 Gr 50), namely σ = K. ɛn. έm. eQ / RT, where with increasing temperature from 700°C to 800°C will lower the value of strain hardening coefficient (n) by 47% and lower % elongation of 26% of samples. At the strain rate 0.1 s-1 with increasing temperature from 700°C to 850°C will lower the yield stress by 42%. At the strain rate 0.1 s-1 with increasing temperature from 750°C to 850°C, will increase the value of strain rate sensitivity coefficient (m) of 96%. At a constant temperature of 850°C, with increasing strain rate from 0.01 s-1 to 0.1 s-1 would lower the activation energy value of 2%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S694
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library