Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ferinton
"Kondisi ekonomi dan moneter yang memburuk melanda negara-negara regional Asia Pasifik sejak awal tahun 1997, pada pertengahan bulan Juli 1997 melanda Indonesia. Dampak krisis yang berkelanjutan ini sangat besar terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Kecenderungan kenaikan biaya pendanaan yang tinggi secara umum sangat mempengaruhi kegiatan operasional dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban. Rupiah yang melemah sebagai akibat exchange rate yang sangat fluktuatif dan tinglat inflasi yang sangat tinggi menurunkan kapasitas permodalan perusahaan sehingga memerlukan strategi untuk terapi keuangan dengan melakukan restrukturisasi keuangan.
Dampak krisis yang berkelanjutan ini sangat besar terhadap kelangsungan hidup perusahaan, sehingga PT. X sangat perlu untuk mengambil langkah restrukturisasi kredit dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Agar kegiatan operasional dan pemenuhan kewajiban perusahaan tetap berkesinambungan
2. Prospek perusahaan masih cukup baik dengan pendapatan valas dan penjualan ekspor dapat dipergunakan langsung membayai kewajiban kredit dan kredit lain dalam valas.
3. Laporan keuangan perusahaan kurang mencerminkan keadaan perusahaan secara ril karena dibuat dengan menggunakan peraturan Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang terlalu kaku.
Langkah-langkah sistematis proses restrukturisasi untuk menghadapi dainpak negatip dan krisis perekonomian dan moneter sebagai benikut:
1. Faktor intern dan ekstem dianalisa menggukan TOWS, keunggulan kompetitip dan opportunity yang ada dimanfaatkan serta memperkecil weakness dan threat.
2. Past Performance keuangan dianalisa sebagai dasar untuk menentukan asumsi-asumsi yang dipergunakan untuk proyeksi keuangan dan ratio-ratio proyeksi keuangan sebagai pedoman kemarnpuan keuangan perusahaan membayar seluruh kewajiban dimasa yang akan datang.
3. Dana yang seharusnya untuk membayar pokok kewajiban, setelah dilakukan restrukturisasi (rescheduling dan reconditioning) dapat dipergunakan untuk modal kerja operasional perusahaan.
Restrukturìsasi kredit akan sangat menguntungkan pihak perusahaan sebagai debitur maupun bank sebagai kreditur. Keuntungan restrukturisasi kredit terhadap perusahaan sebagai berikut:
1. Kewajiban perusahaan untuk membayar pokok kredit yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat dapat diundur dengan direschedule kembali.
2. Kewajiban perusahaan hanya membayar bunga yang timbul pada setiap akhir bulan.
3. Dana yang seharusnya untuk membayar kewajiban pokok kredit dapat dipergunakan terlebih dahulu untuk keperluan yang mendesak dalam perusahaan terutama untuk keperluan yang produktip seperti modal kerja perusahaan.
4. Cash flow perusahaan dapat menjadi lebih baik.
Keuntungan restrukturisasi kredit terhadap bank sebagal berikut:
1. Pembayaran bunga menjadi lebih lancar.
2. Kolektibilitas Perusahaan yang menjadi debitur tetap lancar.
3. Penyediaan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) menjadi lebih kecil yang berpengaruh terhadap ATMR yang merupakan komponen menghitung CAR."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T1893
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Notariza Taher
"A. Alasan dan Tujuan Penulisan Skripsi Emisi obligasi Bakrie & Brothers pada bulan September 1993 merupakan langkah restrukturisasi keuangan dari kelompok usaha Bakrie dan khususnya Bakrie Brothers. Sebelum melakukan restrukturisasi keuangan ini Bakrie & Brothers melakukan restrukturisasi usaha yang mencakup akuisi Bakrie Sumatra, divestasi Arutmin Indonesia, akuisisi Lewis & Peat dan akuisisi Trans Bakrie. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah memberikan deskripsi dari hubungan antara restrukturisasi usaha dan restrukturisasi keuangan.
B. Metode Penelitian Penelitian dimulai dengan melalukan penelusuran pustaka mengenai teori yang ada mengenai restrukturisasi. Teori hasil temuan dari penelusuran pustaka yang relevan kernudian diaplikasikan ke dalam kasus Bakrie & Brothers untuk menjelaskan restrukturisasi yang ada. Pemilihan teori yang relevan dilakukan karena adanya perbedaan kondisi antara perusahaan dalam teori dan kasus Bakrie & Brothers.
C. Hasil Penelitian Perusahaan memiliki proyeksi investasi untuk lima tahun mendatang hampir mencapai Rp 1 trilyun. Proyeksi investasi ini membutuhkan dana yang amat besar dan perusahaan membutuhkan dana eksternal bagi pembiayaannya. Perhitungan kapasitas hutang perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan sudah maksimum menggunakan kapasitas hutangnya. Sehingga penggunaa dana eksternal bagi pembiayaan transaksi restrukturisasi tidak memungkinkan. Transaksi asset yang tercakup dalam restrukturisasi asset pada tahun 1993 dilakukan antara Bakrie & Brothers dengan sub holding Bakrie Group lainnya. Bakrie Nusantara Corporation dan Bakrie Investindo. Transaksi asset yang tercakup dalam penelitian ini adalah akuisisi Bakrie Sumatra Plantation dan divestasi Arutmin Indonesia. Pembiayaan dari transaksi asset yang bersangkutan tidak banyak membutuhkan dana tunai. Diversifikasi pembiayaan transaksi asset memberikan penghematan dalam penggunaan dana internal perusahaan. Transaksi asset yang merupakan bagian dari program restrukturisasi memberikan tambahan asset, equity dan cashflow tambahan bagi perusahaan.
Setelah restrukturisasi asset berhasil perusahaan melanjutkannya dengan restrukturisasi keuangan yaitu dengan menerbitkan obligasi.
D. Kesimpulan Restrukturisasi yang terjadi dalam Bakrie Brothers merupakan konsekuensi dari business refocusing yang dilakukan oleh perusahaan. Business refocusing dilakukan karena diversifikasi perusahaan yang berlebihan dan disertai dengan penurunan keuntungan perusahaan. Business refocusing dilakukan juga karena terjadinya perubahan pasar dimana perusahaan berusaha untuk memanfaatkan peluang usaha di masa mendatang. Bakrie & Brothers merupakan perusahan publik sehingga lebih mudah menerbitkan obligasi dari pada holding Bakrie Group lainnya. Namun sebelum restrukturisasi struktur keuangan perusahaan tidak memungkinkannya masuknya hutang baru dalam jumlah yang besar. Perusahaan sudah memakai hampir seluruh kapasitas hutangnya. Restruktursasi asset merupakan langkah untuk memperkuat struktur asset dan modal perusahaan. Peningkatan asset dan modal perusahaan meningkatkan kapasitas hutang dari perusahaan sehingga perusahaan dapat menerbitkan obligasi. Dana dari hasil obligasi akan digunakan 70% untuk invetasi dan 30% untuk memperbaiki struktur posisi keuangan perusahaan. Restrukturisasi asset yang terjadi Bakrie & Brothers merupakan restrukturisasi internal dimana perusahaan tidak melibatkan pihak eksternal perusahaan. Karakteristik internal ini menyebabkan pasar modal tidak bereaksi seperti yang dijelaskan dalam teori restrukturisasi. Aplikasi teori restrukturisasi tidak bisa diterapkan seluruhnya pada kasus Bakrie & Brothers karena adanya hambatan dalam pasar modal dan juga dari kepemilikan perusahaan yang masih dikuasai oleh investor publik hanya sekitar 3%."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sinaga, Hestina
"PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang agro-industri dan manufaktur (detil proses dapat dilihat pada bab III) dan berdiri pada tahun 1994. PT. X adalah satu-satunya perusahaan agroindustri di Indonesia yang memproduksi frozen edamame (mempunyai trade mark komoditi Frozen Edamame PT. X yang diminati pembeli Jepang).
Pada saat krisis moneter terj adi di Indonesia, PT. X sedang dalam proses konstruksi dan start-up. Tingkat inflasi yang sangat tinggi yang menyebabkan kenaikan suku bunga kredit yang juga tinggi, penurunan tingkat nilai tukar rupiah yang sangat besar serta hutang dalam bentuk US dollar yang tidak di hedging, menyebabkan perusahaan dalam kondisi kesulitan likuiditas dan tidak dapat meneruskan operasinya. Sehingga perusahaan harus mendapatkan suntikan dana segar dari pemerintah (BPPN) agar dapat menjalankan roda perusahaan.
PT. X akhimya mengalami kesulitan cash flow yang disebabkan oleh bunga pinjaman yang sangat besar. Sehingga PT X harus menambah pinjaman hutang yang akhimya melebihi debt to equity ratio yang optimum, bahkan sampai minus 181.84 %. Hal ini membawa PT X ke dalam resiko kebangkrutan.
Per 31 Desember 1999 PT X memiliki kewajiban yang besar +/- Rp. 48.459.353.961,dan beban usaha yang besar, yaitu sebesar Rp. 7.277.706.228,- yang memberatkan aktivitas operasional perusahaan dan menyebabkan titik impas (break even point) yang tinggi.
Tujuan utama penulisan karya akhir ini adalah untuk mengevaluasi perencanaan restrukturisasi hutang PT. X melalui analisis rasio keuangan terhadap laporan keuangan PT. X, melakukan analisis struktur pendanaan serta evaluasi berbagai strategi yang diterapkan oleh pihak top manajemen PT. X. Butir-butir yang akan dibahas dalam karya akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi terhadap prospek usaha dan recovery bisnis
2. Memberikan altematif pilihan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi masa depan PT. X mengenai keputusan restrukturisasi hutang yang didasarkan pada asumsi perhitungan yang diberikan
3. Melakukan evaluasi dan memberi komentar terhadap cash flow yang disusun PT. X, termasuk asumsi penyusunannya dan mengusulkan perbaikan-perbaikan yang dipandang perlu
4. Melakukan analisis struktur pendanaan
5. Pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan laporan keuangan PT. X
Penulis membatasi masalah yang akan dibahas dengan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Evaluasi yang dilakukan terutama ditekankan pada aspek finansial, sedangkan aspek teknikal dari pembahasan karya akhir tidak dilakukan secara rinci
2. Periode data keuangan yang digunakan adalah data keuangan tahun 1995 sampai dengan 1999
3. Evaluasi terhadap cashjlow dari PT. X
Metodologi yang dipakai adalah dengan melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap data dan fakta-fakta yang dikumpulkan. Pengumpulan data dan fakta dilakukan melalui berbagai macam sumber sebagai berikut:
1. Data primer berupa dokumen-dokumen yang terkait dengan bidang usaha serta kinerja perusahaan PT. X
2. Wawancara dan korespondensi dengan direktur utama dan pegawai lain yang ditunjuk
3. Telaah kepustakaan untuk mendapatkan landasan teoritis sebagai alat analisis terhadap fenomena serta indikasi yang muncul ke permukaan
Penulis mencoba membuat proyeksi lima tahun kedepan untuk melihat dan menilai kelayakan investasi serta membuat alternatif restrukturisasi hutang yang terbaik buat perusithaan ini. Setelah membuat proyeksi dengan memperhitungkan bunga pinjaman (Jangka pendek dan panjang), dapat disimpulkan bahwa perusahaan sudah dalam kondisi bangkrut.
Setelah itu penulis membuat proyeksi dengan membekukan beban bunga jangka panjang, dan tetap membayar bunga hutang jangka pendek. Ternyata perusahaan dapat bergerak ke arah yang sangat positif, dan dapat malunasi semua hutang jangka pendek, serta memperkecil kerugian tahun berjalan dari minus Rp. 32.900.033.341,- menjadi minus Rp. 17.448.017.991,- (Lampiran 23).
Seusai dengan teori dari Aswath, maka jalan terbaik yang harus dilakukan adalah dengan melakukan debt to equity swap, dimana hutang kreditur di konversikan menjadi penyertaan modal. Berdasarkan cash flow projection tahun 2000 - 2004 (Lampiran 25), dapat dilihat bahwa perusahaan mempunyai laba bersih yang cukup besar ( dengan meniadakan beban bunga pinjaman).
Melihat struktur hutang yang ada dan nilai ekuitas yang masih tetap minus, penulis mengusulkan untuk merestruturisasi hutang dari BEll dengan metode debt to equity swap yaitu sebesar Rp. 32.401.900.736,- yang menempatkan BEll menjadi pemegang saham utama sebesar 83.83%.
Perhitungan NPV dan IRR dibuat untuk menghitung kelayakan investasi BEll di PT.X. Dengan mengambil nilai ROR sebesar 5%, diperoleh nilai NPV minus Rp. 1.982.014.117,54 dan IRR sebesar 3.43%. Nilai tersebut dibawah standar investasi untuk bidang industri tersebut. Akan tetapi, dengan pertimbangan prospek perusahaan yang masih baik, serta memperhitungkan kerugian yang timbul apabila perusahaan bangkrut, maka pilihan ini adalah yang terbaik buat BElL.
Selain itu untuk lebih merangsang investasi di PT. X, penulis mengusulkan pembagian dividen, yang sudah dapat dilakukan pada tahun keempat dan tahun kelima. Pembagian dividen yang diusulkan adalah sebesar 30% dari laba tahun berjalan, seperti pada tabel4-8."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djujono Widjaja
"Go Public atau Penawaran Umum Perdana (IPO) telah menjadi pilihan prioritas oleh bisnis keluarga dan start-up untuk mengumpulkan dana dan meningkatkan likuiditas. Pada tahap perencanaan, pemangku kepentingan harus merumuskan tujuan “mengapa go public” dan melakukan penilaian diagnostik IPO untuk menilai tingkat kesiapan internal di bidang keuangan, akuntansi dan perpajakan, hukum dan administrasi, tata kelola perusahaan, dan sumber daya internal yang akan melaksanakan semua rencana untuk go public. Pertanyaan penelitian difokuskan untuk menganalisis masalah akuntansi dan tantangan yang dihadapi oleh Perusahaan dalam persiapan untuk go public. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan kesadaran dan solusi tentang bagaimana menyusun laporan keuangan berkualitas tinggi yang akan direview oleh investor, profesional pendukung pasar modal (auditor, konsultan hukum, penjamin emisi), dan regulator (Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia). Studi ini dibagi menjadi 3 bagian: (i) menganalisis masalah dan tantangan akuntansi selama penyusunan laporan keuangan sebelum IPO (ii) restrukturisasi keuangan; dan (iii) hal-hal internal lainnya selama tahap persiapan IPO. Metode penelitian dilakukan dengan mempelajari literatur dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia (PSAK), peraturan Pasar Modal dan wawancara dengan manajemen kunci pada satu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu PT Avia Avian Tbk (Avian) yang telah dipilih sebagai studi kasus setelah berhasil mencatatkan sahamnya di papan utama BEI pada November 2021. Analisis dan pembahasan dilakukan dengan mengaitkan hasil wawancara dengan literatur yang disebutkan di atas dan membandingkan laporan keuangan dan prospektus penawaran umum Avian. Kesimpulan tersebut menyatakan bahwa Avian mengalami berbagai masalah dan tantangan selama tahap persiapan go public, namun Avian mampu menyelesaikan masalah dan tantangan dalam waktu yang cukup, setelah sebelumnya melakukan penilaian kesiapan IPO sebagai road-map dan membentuk tim internal yang kompeten untuk melaksanakan rencana IPO.

Go Public or Initial Public Offering (IPO) has become a priority choice by family businesses and start up to raise funds and increase liquidity. At the planning stage, stakeholders must formulate the objectives of “why go public” and conduct IPO diagnostic assessment to assess internal readiness level on the area of finance, accounting and taxation, law and administration, corporate governance, and internal resources that will carry out all plans to go public. The research question is to analyse accounting issues and challenges faced by the Company in preparation for go public. The ultimate goal is to give awareness and solution on how to prepare high quality financial reports which will be reviewed by the investors, capital market supporting professionals (the auditors, legal consultants, underwriters), and the regulators (Financial Services Authority and Indonesian Stock Exchange). This study is divided into 3 parts: (i) analyse accounting issues and challenges during preparation of financial statements before IPO (ii) financial restructuring; and (iii) other internal matters during IPO preparation stage. The research method was conducted by studying literatures from the Statement of Indonesian Financial Accounting Standard (PSAK), Capital Market regulations and interview with the key management of one listed company in Indonesian Stock Exchange namely PT Avia Avian Tbk (Avian) which has been chosen as the case study after successfully listed its shares on the main board of IDX in November 2021. The analysis and discussion are carried out by linking the results of interviews with the literatures stated above and comparing to the financial statements and public offering prospectus of Avian. The conclusion stated that Avian experienced various issues and challenges during the preparation stage of go public, but Avian was able to resolve the issues and challenges in sufficient time, after previously conducted IPO readiness assessments as the road-map and forming competent internal to execute IPO plan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library