Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natasya Krisnaldi Mahdi
"Latar Belakang: Dimensi vertikal adalah jarak antara 2 tanda anatomis (biasanya 1 titik pada ujung hidung dan titik lainnya pada dagu), dimana 1 titik pada daerah yang tidak bergerak dan titik lainnya pada daerah anatomis yang dapat bergerak. Penetapan dimensi vertikal sangat penting dalam pembuatan gigi tiruan lepas, tidak hanya untuk mendapatkan keadaan oklusi yang harmonis, tetapi juga untuk enyamanan dan estetika pasien. Pada kasus rahang tidak bergigi, hampir tidak mungkin untuk menentukan dimensi vertikal sebagaimana yang bisa dilakukan pada rahang yang bergigi. Oleh karena itu iperlukan metode lain untuk mengukur dimensi vertikal.
Tujuan: Untuk membandingkan dimensi vertikal fisiologis antara metode Physiologic Rest Position dan teori Leonardo da Vinci II.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi deskriptif, dengan pengambilan data secara Studi Potong Lintang. Pengukuran dilakukan menggunakan boley gauge, penggaris, jangka dan jangka sorong pada mahasiswa FKG UI yang berusia 18-23 tahun.
Hasil: Nilai rata-rata pengukuran dimensi vertikal fisiologis menggunakan metode Physiologic Rest Position adalah sebesar 62,82, dengan kisaran antara 57,87 sampai 67,78. Sedangkan nilai minimum sebesar 50,90 dan nilai maksimum sebesar 77,06. Nilai rata-rata pengukuran dimensi vertikal fisiologis berdasarkan teori Leonardo da Vinci II adalah 60,38, dengan kisaran antara 56,61 sampai 64,15. Sedangkan nilai minimum sebesar 49,69 dan nilai maksimum sebesar 72,38.
Kesimpulan: Terdapat erbandingan antara pengukuran dimensi vertikal fisiologis nggunakan metode physiologic rest position dan teori Leonardo da Vinci II, namun terdapat perbedaan hasil pengukuran dimensi vertikal fisiologis antara metode physiologic rest position dan teori Leonardo da Vinci II.

Background: Vertical dimension is the distance between 2 selected anatomy (usually one point at the tip of the nose and the other at the chin), one at the fixed and the other at movable member. Determining vertical dimension is important for removable prosthosontic, not only to harmonic occlusion but also for esthetic and to make patient feel comfortable with their denture. In edentulous cases, it is almost impossible to determine vertical dimension as in dentate cases. The other method is needed to determine vertical dimension.
Objective: To compare rest vertical dimension between physiologic rest position method and Leonardo da Vinci II Theory.
Method: This study was a descriptive study using cross sectional study method.This measure was taken from the student in Faculty of Dentistry with the aged between 18-23. The instrument to measure is boley gauge, ruler, and caliper.
Results: The mean of rest vertical dimension using physiologic rest position method is 62,82, with the range between 57,87 until 67,78. The minimum value is 50,90 and the maximum value is 77,06. Meanwhile the mean of rest vertical dimension using Leonardo da Vinci II method is 60,38, with the range between 56,61 until 64,15. The minimum value is 49,69 and the maximum value is 72,38.
Conclusion: There is a comparison between measuring rest vertical dimension using physiologic rest position method and Leonardo da Vinci theory, but there is a different of measurement result in rest vertical mension using physiologic rest position method and Leonardo da Vinci II theory."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Delphi Hanggoro
"Pada umumnya tempat penyimpanan data absen pada sebuah perusahaan maupun instansi berada dalam database lokal maupun cloud. Namun, jenis penyimpanan ini memiliki beberapa masalah seperti privasi dan integritas data, karena privasi dan integritas data akan sepenuhnya diatur oleh beberapa pihak. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem penyimpanan data yang dapat memberikan keamanan privasi dan integritas data untuk menjaga keaslian data sensitif. Dalam penelitian ini, kami ingin mengembangkan untuk menerapkan teknologi blockchain untuk menyimpan data kehadiran karyawan dari departemen SDM di suatu perusahaan. Data kehadiran karyawan diambil dari aplikasi web Angular terintegrasi dengan framework permissioned blockchain yang disebut Hyperledger Composer. Kami memilih Hyperledger Composer karena blockchain ini memiliki waktu validasi yang cepat sehingga dapat menyimpan data dengan cepat. Selain itu, Hyperledger Composer memiliki composer-rest-server (REST API), yang memungkinkan Hyperledger Composer untuk berinteraksi dengan komponen lain. Hasil implementasi kami menunjukkan bahwa Hyperledger Composer secara fungsional dapat digunakan sebagai penyimpanan data dari sistem Kehadiran dan Penggajian. Selain itu, kami mengukur kinerja Hyperledger dalam waktu pembuatan transaksi blok secara langsung didalam Hyperledger Composer, menggunakan Aplikasi web Angular melalui REST API dan menggunakan JMeter melalui REST API. Hasilnya, pengujian pembuatan blok transaksi bervariasi 1-17 ms pada percobaan secara langsung dalam Hyperledger Composer, 5-296 ms melalui REST API menggunakan tools JMeter dan 1-4270 ms melalui Aplikasi Web Angular. Hal ini menunjukkan bahwa performa dari REST API yang dihasilkan oleh composer-rest-server dicatat dalam waktu yang cepat dibandingkan Ethereum. Serta mampu menangani sistem yang membutuhkan data secara cepat seperti sistem voting, monitoring Kesehatan dan Internet of Things (IoT), karena rata-rata waktu melakukan transaksi masih dibawah satu detik. Dengan demikian penggunaan Hyperledger sebagai penyimpanan data kehadiran diharapkan menjadi jawaban untuk masalah privasi dan integritas data.

In general, data storage for attendance at a company or agency is in a local or cloud database. However, this type of storage has several issues, such as privacy and data integrity, because several parties will fully regulate privacy and data integrity. Therefore, a data storage system is needed that can provide privacy security and data integrity to maintain the authenticity of sensitive data. In this research, we want to develop to implement blockchain technology to store employee attendance data from the HR department in a company. Employee attendance data is taken from the Angular web application integrated with a permissioned blockchain framework called Hyperledger Composer. We chose Hyperledger Composer because this blockchain has a fast validation time so that it can data quickly. Also, Hyperledger Composer has a composer-rest-server (REST Api), which allows Hyperledger Composer to interact with other components. The results of our implementation show that Hyperledger Composer can be functionally used as data storage from the Attendance and Payroll system. In addition, we measure Hyperledger's performance for block transactions directly within the Hyperledger Composer, using the Angular web application through the REST API and using JMeter through the REST API. As a result, testing for making transaction blocks varies from 1-17 ms on an experiment directly in Hyperledger Composer, 5-296ms through the REST API using JMeter tools and 1-4270 ms through the Angular Web Application. The result shows that the performance of the REST API produced by composer-rest-server is recorded in a faster time compared to Ethereum. And able to handle systems that require data quickly such as voting systems, monitoring Health and the Internet of Things (IoT), because the average time to conduct transactions is still under one second. Thus, the use of Hyperledger as a presence data storage is expected to be the answer to privacy and data integrity issues."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risdayu Agatha Aperira
"Latar Belakang: Dimensi vertikal adalah jarak antara dua titik atau tanda anatomis (biasanya satu pada ujung hidung dan yang lainnya pada dagu), satu pada bagian yang tidak bergerak dan yang lainnya pada bagian yang bergerak dan merupakan faktor vital yang penting dibahas oleh praktisi prostodontik dalam pembuatan gigi tiruan dan implan. Pada kasus rahang tidak bergigi, hampir tidak mungkin memperoleh dimensi vertikal seperti pada kondisi bergigi. Diperlukan metode lain dalam penentuan dimensi vertikal tersebut. Tujuan: Untuk membandingkan dimensi vertikal fisiologis antara metode physiologic rest position dan teori Leonardo da Vinci I.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi deskriptif, dengan pengambilan data secara Studi Potong Lintang (Cross Sectional Study) dan analisis statistik yang digunakan adalah uji-t berpasangan (SPSS 13). Pengukuran menggunakan Boley gauge, jangka sorong dan penggaris pada 170 orang mahasiswa/i FKG UI yang berusia 18-23 tahun.
Hasil: Dimensi vertikal fisiologis dengan menggunakan metode physiologic rest position pada titik Subnasion dan Gnathion memiliki rata-rata 62,82 mm, dengan kisaran 57,87 mm sampai 67,78 mm. Dengan nilai minimum 50,90 mm, dan nilai maksimum sebesar 77,06 mm. Sedangkan untuk dimensi vertikal fisiologis dengan menggunakan teori Leonardo da Vinci I yang diukur dari titik vertex dan Subnasion di kalikan angka 4/11 yang diperoleh dari hasil perhitungan matematik, memiliki nilai rata-rata 56,03 mm dengan kisaran 52,41 mm sampai 59,65 mm. Dengan nilai minimum sebesar 48,53 mm, dan nilai maksimum sebesar 65,03 mm. Diperoleh perbandingan selisih diantara kedua nilai ratarata tersebut yaitu 6,793 mm, dengan nilai minimum 5,871 mm dan nilai maksimum 7,714 mm.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan, namun diperoleh perbandingan antara kedua teori tersebut.

Background: Vertical Dimension is the distance between two selected anatomic or marked points, (usually one on the tip of the nose and the other is on the chin), one on a fixed and one on a movable member. Vertical dimension is also one of the essential factors for rosthodontic professional to know in making artificial teeth and implant. In edentulous cases, as there are no teeth, it is almost impossible to reproduce vertical dimension as in patient dentate condition. Other methods are needed to measure the vertical dimension in edentulous patient.
Objective: To compare rest vertical dimension between physiologic rest position method and theory of Leonardo da Vinci I.
Method: This study was a descriptive study using cross sectional study method and the statistic analysis used was paired t-test (SPSS 13). The measure was taken from 170 collage student aged between 18-23 years in Faculty of Dentistry, University of Indonesia. Boley gauge, caliper, and rulers were used for the instruments.
Results: The mean of physiologic vertical dimension in physiologic rest position method using two landmark points, Subnasion and Gnathion, is 62.82 mm, with range between 57.87 mm to 67.78 mm. The minimum score is 50.90 mm, and the maximum score is 77.06 mm. Whereas the hysiologic vertical dimension in theory of Leonardo da Vinci I using two landmark point, vertex and Subnasion, multipled with 4/11 which was got in calculation between 2 theory, is 56.03 mm with range between 52.41 mm to 59.65 mm. The minimum score is 48.53 mm, and the maximum is 65.03 mm. The comparation between those two measurement is 6.793 mm, with minimum score 5.871 mm and maximum score 7.714 mm.
Conclusion: There is difference between those two measurements, but the comparation has been aqcuired."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alifah Lintang Prameswari
"Saat ini, tempat istirahat menjadi fasilitas penting dalam perjalanan antarkota, terutama di jalan tol. Semakin jauh jarak yang dapat ditempuh seseorang dengan mobil, maka semakin tinggi pula permintaan akan fasilitas pariwisata. Oleh karena itu, kehadiran rest area dapat membantu mengurangi angka kecelakaan dan menyediakan tempat peristirahatan yang nyaman. Definisi dan kebutuhan akan fasilitas tersebut juga menjadi lebih luas. Hal ini mencakup kebutuhan untuk parkir, beristirahat, atau mengisi bahan bakar dan fasilitas pendukung seperti tempat belanja, kuliner, dan ruang komunal bagi masyarakat untuk bertemu dan berinteraksi. Selain itu, studi terkait penataan ruang menjadi salah satu faktor dalam menentukan pengalaman seseorang dalam ruang. Dimana mereka biasanya juga memastikan terlebih dahulu bahwa mereka akan mendapatkan pengalaman yang membuat mereka merasa nyaman atau aman melalui kesan pertama, yang kemudian berhubungan dengan perilaku pemilihan ruang masyarakat. Dengan melakukan studi komparatif, tulisan ini berhasil membandingkan bagaimana rest area km 166A dan km 456B memberikan jenis pengaturan ruang yang berbeda yang mempengaruhi bagaimana orang mengalami, mempersepsikan ruang dan komunalitas ruang di dalamnya. Dengan menganalisis komponen substansial dari tapak yang ada, aksesibilitas parkir, dan spesifikasi fasilitas utama, serta komponen spasial dari konfigurasi ruang, jenis jalur, dan bentuk ruang. Dengan demikian, penelitian ini menemukan hubungan antara fungsi yang ditawarkan dan bagaimana tata ruang yang berbeda yang digunakan menghasilkan beberapa skenario pengguna. Yang secara umum dapat didefinisikan sebagai pengalaman yang serba cepat untuk km 166 dan pengalaman yang serba lambat untuk km 456.

Nowadays, rest areas are an important facility in intercity travel, especially on toll roads. The longer the distance someone can travel by car, the higher demand for tourism facilities will also be created. Therefore, the presence of a rest area can help reduce the number of accidents and provide a comfortable resting stop. The definition and need for such facilities are also becoming broadly interpreted. This includes the need to park, rest, or refuel and supporting facilities like shopping, culinary, and communal spaces for people to meet and interact. In addition to that, studies related to spatial arrangement become one of the factors in determining a person's experience in space. Where they usually also ensure in advance that they will receive an experience that makes them feel comfortable or safe through their first impression, which then relates to people's space choice behaviour. By conducting a comparative study, this paper successfully compares how km 166A and km 456B rest areas provide different types of spatial arrangements that affect how people experience, perceive space and the communality of space within them. Through analysing the substantial components of their existing site, accessibility of parking, and main facilities specification, as well as the spatial components of space configuration, types of path, and form of spaces. Thus, the study found a relationship between the functions offered and how different spatiality’s used resulted in several users scenarios. Which can generally defined as a fast-paced experience for km 166 and a slow-paced experience for km 456."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asha Yanuarini
"Latar Belakang: Dimensi vertikal, didefinisikan secara umum sebagai sepertiga panjang wajah bagian bawah, merupakan salah satu komponen penting dalam perawatan prostodontik sehingga harus ditentukan dengan tepat. Dimensi vertikal, sebagai salah satu tanda anatomis tubuh sangat dipengaruhi oleh proses pertumbuhan. Pertumbuhan adalah suatu proses kompleks yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah sistem hormonal. Sistem hormonal yang berperan besar dalam pertumbuhan adalah hormon pertumbuhan dan hormon seksual. Perbedaan mulai aktifnya hormon seksual pada laki-laki dan perempuan menyebabkan perbedaan kecepatan dan terminasi pertumbuhan.
Tujuan: Diperolehnya panjang dimensi vertikal fisiologis dengan Metode Physiologic Rest Position dan Teori Leonardo da Vinci I serta II pada laki-laki dan perempuan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, menggunakan Studi Potong Lintang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah boley gauge¸jangka sorong, jangka, dan penggaris pada 170 orang Mahasiswa FKG UI berusia 18 - 23 tahun.
Hasil: Rentang dan rerata panjang dimensi vertikal fisiologis pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan menggunakan Metode Physiologic Rest Position adalah 63,09 - 72,31 mm, 67,70 mm dan 57,32 - 65,52 mm, 61,42 mm; Teori Leonardo da Vinci I adalah 53,99 - 61,49 mm, 57,74 mm dan 52,10 - 58,98 mm, 55,54 mm; dan Teori Leonardo da Vinci II adalah 59,24 - 67,22 mm, 63,23 mm dan 56,27 - 62,83 mm, 59,56 mm.
Kesimpulan: Rerata panjang dimensi vertikal fisiologis pada laki-laki dan perempuan berdasarkan Metode Physiologic Rest Position adalah 67,70 mm dan 61,42 mm; Teori Leonardo da Vinci I adalah 57,74 mm dan 55,54 mm; dan Teori Leonardo da Vinci II adalah 63,23 mm dan 59,56 mm.

Background: Vertical dimension, generally define as the height of the lower third of the face, is one of the most important components in prosthodontics treatment, therefore it must be determined precisely. Vertical dimension as one of body-s landmark is very influenced by growth. Growth is a complex process that depends on a number of factors, including hormonal system. Hormonal system that has a huge role in growth is growth hormone and sex hormone. The difference in the starting time of the sex hormone-s activ ation on male and female is causing a differentiation in the speed and the termination of growth.
Objective: To get the length of rest vertical dimension using Physiologic Rest Position Method and Theory of Leonardo da Vinci I and II on male and female subjects.
Method: This was a descriptive study using cross sectional study. The instruments that used at 170 student of Dentistry Faculty University of Indonesia aged 18-23 are boley gauge, caliper, and ruler.
Result: Range and mean of the length of rest vertical dimension on male and female subjects using Physiologic Rest Position Method are 63,09 - 72,31 mm, 67,70 mm and 57,32 - 65,52 mm, 61,42 mm; Theory of Leonardo da Vinci I are 53,99 - 61,49 mm, 57,74 mm and 52,10 - 58,98 mm, 55,54 mm; and Theory of Leonardo da Vinci II are 59,24 - 67,22 mm, 63,23 mm and 56,27 - 62,83 mm, 59,56 mm.
Conclusion: Mean of the length of rest vertical dimension on male and female subjects using Physiologic Rest Position Method are 67,70 mm and 61,42 mm; Theory of Leonardo da Vinci I are 57,74 mm and 55,54 mm; and Theory of Leonardo da Vinci II are 63,23 mm and 59,56 mm."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Heru Sukotjo
"Dalam penelitian ini secara khusus akan dibahas mengenai belum optimalnya ketersediaan uang kembalian dalam pelayanan transaksi digerbang tol Ruas Cawang-Tomang-Cengkareng (C-T-C), sehingga PT. Jasa Marga merasa perlu membuat usulan kenaikan pagu uang kembalian pada ruas tersebut. Uang kembalian adalah uang yang disediakan untuk mengembalikan kelebihan uang pembayaran tol yang telah ditransaksikan. Ketersediaan uang kembalian sangat diperlukan, tidak terpenuhinya kebutuhan uang kembalian dapat mempengaruhi kinerja pelayanan transaksi di gardu tol. Secara umum penelitian ini ingin mengetahui pengaruh ketersediaan pagu uang kembalian terhadap kinerja pelayanan transaksi di gerbang tol, serta langkah-langkah penanggulangan yang dilakukan pihak Jasa Marga bila tidak terpenuhinya kebutuhan pagu uang kembalian di gerbang tol.
Dalam penulisan tesis Ini, penulis menggunakan model data panel. Analisis data panel adalah data yang mencakup sample individual i selama periode waktu t. Jadi data panel merupakan gabungan data keratlintang (cross-sectional) dan deret-waktu (time-series). Jumlah gerbang sebanyak duapuluh satu gerbang dalam ruas C-T-C merupakan data kerat-lintang dan banyaknya shift (tiga shift) sebagal data deret-waktu. Model persamaan yang digunakan adalah sebagal berikut :
Yit = a + b JGit + c JMit + eit.
Dari hasil pembahasan diperoleh kesimpulan: pertama, tidak terpenuhinya kebutuhan uang kembalian di gardu tol akan berakibat menurunnya kinerja transaksi pelayanan di gardu tol yang mengalami kekurangan ketersediaan uang kembalian tersebut, sehingga akan memberikan kontribusi terhadap kemacetan atau perlambatan arus kendaraan yang melalui gerbang tol. Kedua, dengan Analisis Data Panel diperoleh hasil estimasi pagu uang kembalian sebesar Rp. 337.720.184,-bandingkan dengan pagu uang kembalian yang berlaku saat ini sebesar Rp. 337.000.000,- terdapat perbedaan sebesar Rp. 720.184,-. Dari tabel perbandingan besaran pagu estimasi dan pagu yang berlaku saat ini, dapat diketahui adanya gerbang tol yang kekurangan pagu uang kembalian dan ada yang kelebihan. Tidak meratanya pengalokasian distribusi pagu di dua puluh satu. ruas tol ini, pada akhirnya akan berakibat pada kinerja pelayanan gerbang tol, terutama bagi gerbang yang kekurangan kebutuhan uang kembalian."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13222
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqdam Zain Hajj
"Fragmentasi IoT menimbulkan tantangan interoperabilitas karena produsen masing-masing perangkat mungkin memiliki format pesan dan mekanisme komunikasi yang berbeda. Dengan kata lain, mereka harus menggunakan library atau aplikasi dari masing-masing produsen perangkat. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan Web of Things (WoT), yang mengatasi fragmentasi IoT dengan menggunakan dan memperluas teknologi Web standar yang sudah ada. Pemanfaatan teknologi Web pada IoT adalah dengan memprogram perangkat tertanam menjadi Web Server yang dapat mengekspos secara langsung interaksi ke perangkat melalui WoT API dengan standar data WoT. WoT API sebagai REST Server yang disematkan pada perangkat tertanam dapat secara langsung berinteraksi dengan perangkat melalui protokol HTTP. Tujuan dari penelitian ini adalah mengimplementasikan WoT dan melakukan pengujian waktu respons pada sistem WoT berbasis HTTP dengan membuat WoT API pada perangkat ESP8266. Karena WoT dibangun di atas RESTful API yang bersifat stateless, Implementasi sistem WoT dapat diintegrasikan pada berbagai lingkungan pengembangan yang mendukung Klien Web seperti aplikasi Web atau android dan sebagainya. Penelitian ini juga mengimplementasikan Web service pada sistem WoT sebagai layer autentikasi untuk WoT API dengan menyematkan JSON Web Token. Keseluruhan sistem WoT dapat ditempatkan sebuah Gateway yang dapat diimplementasikan sebagai akses remote untuk WoT API.

IoT fragmentation poses interoperability challenges because the manufacturers of each device may have different message formats and communication mechanisms. In other words, they must use libraries or applications from each device manufacturer. These problems can be overcome with the Web of Things (WoT), which overcomes the fragmentation of the IoT by using and extending existing standard Web technologies. The utilization of web technology in IoT is to program embedded devices into web servers that can directly expose interactions to devices via WoT APIs with WoT data standards. WoT API, as a REST server embedded in an embedded device, can directly interact with the device via the HTTP protocol. This research aims to implement WoT and test the response time on an HTTP-based WoT system by creating a WoT API on an ESP8266 device. Because WoT is built on a stateless RESTful API, WoT system implementations can be integrated into various development environments that support web clients such as web or android applications and so on. The entire WoT system can host a gateway to be implemented as remote access for WoT API. This research also implements a web service on the WoT system as an authentication layer for the WoT API by embedding a JSON Web Token."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Roslan Abdul Gani
"Dugaan penyakit jantung secara klinis dapat diketahui salah satunya dengan mengamati fungsi otot jantung ventrikel kiri dengan teknik kardiologi nuklir. Dengan metode ini, penyumbatan pembuluh darah koroner ditentukan untuk mengetahui kondisi fungsi otot jantung penyebab iskemik atau infark. Dalam penelitian ini dievaluasi fungsi otot jantung berdasarkan hasil prosentase perfusi, total skor perfusi dan fraksi ejeksi. Subjek yang dipilih adalah 31 pasien yang menjalani pemeriksaan MPI di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta, menggunakan radiofarmaka 99mTc-sestamibi. Pemeriksaan dilakukan dengan kamera gamma SPECT dual head yang dilengkapi dengan program QPS/QGS. Akuisisi data dilakukan dengan kondisi pasien pada saat stres dan istirahat. Dari hasil evaluasi data menggunakan statistik metode Pearson dan Spearman, diperoleh untuk semua segmen menunjukan korelasi kuat-positif. Berdasarkan data nilai prosentase perfusi pada kondisi stres dan istirahat, diperoleh hasil 8 orang normal dan diperkirakan 11 orang telah mengalami iskemia parsial, 8 orang iskemia total dan 4 orang infark parsial.
Suspicion on heart disease can be confirmed by observing the function of the left ventricle heart muscle with nuclear cardiology techniques. In this method, blockage of coronary arteries is determined by finding out the condition of heart muscle function causing ischemia or infarction. In this study, cardiac muscle function was evaluated based on the percentage of perfusion, total score of perfusion and ejection fraction. Subjects of thirty-one patients undergoing the MPI examination on Gatot Soebroto Jakarta Hospital using 99mTc-sestamibi radiopharmaceutical were chosen as samples. The examination was carried out with dual head SPECT equipped with QPS/QGS program. Data acquisitions were performed under patient's stress and rest conditions. Evaluation of the data using statistical methods of Pearson and Spearman was performed to all segments, indicating a strong correlation. As a result 11 subjects suspected for having partial ischemia, 8 subjects for total ischemia, 4 subjects for partial infarction, while the remainder 8 subjects normal.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariell Zaki Prabaswara Ariza
"Perusahaan XYZ menerapkan Customer Life Cycle atau CLC yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan demi menjaga loyalitas pengguna. Tak hanya menjaga loyalitas, Perusahaan XYZ menerapkan CLC guna memperluas bisnis yang dijalani olehnya. Dengan bantuan teknologi, CLC dapat dengan mudah untuk dianalisis lebih mendalam. Teknologi yang digunakan berupa pembelajaran mesin. Pembelajaran mesin ini diimplementasikan untuk mendapatkan insight dari data yang dimiliki Perusahaan XYZ. Dalam mendapatkan insight tersebut, digunakan beberapa metode seperti Support Vector Machine, Logistic Regression, Gradient Boosting, Random Forest, Decision Tree, dan FPGrowth. Insight yang didapatkan selanjutnya ditampilkan dalam bentuk visualisasi data yang diaplikasikan ke dalam website. Terdapat tiga permasalahan berbeda yaitu prediksi pembeli potensial, prediksi produk yang akan dibeli, dan prediksi waktu pembelian berikutnya. Permasalahan pertama dapat diselesaikan dengan model Logistic Regression dengan f1-score sebesar 76.35%. Permasalahan kedua diselesaikan dengan model FP-Growth dengan nilai minimum support dan confidence sebesar 0.001. Untuk permasalahan ketiga dapat diselesaikan dengan model Decision Tree dengan nilai akurasi 78.76% dan f1-score sebesar 77.01%. Dilakukan pula pengujian terhadap response time serta SQL query yang digunakan pada setiap endpoint yang bekerja sebagai aktor untuk melakukan distribusi data kepada aplikasi frontend dan aktor untuk melakukan update database. Terakhir, dilakukan pula pengujian terhadap visualisasi data. Pengujian terhadap visualisasi data dilakukan secara kualitatif. Pengujian ini dilakukan dengan menerapkan beberapa tipe visualisasi data untuk tiap business question yang ada. Setelah itu, dilakukan perbandingan pada tiap tipe visualisasi data sehingga mendapatkan visualisasi data yang tepat untuk tiap business question yang ada.

XYZ Company implements customized Customer Life Cycle or CLC that fits with company’s needs in order to maintain user loyalty. Not only maintaining user loyalty, XYZ Company implements CLC in order to expand its business. With the help of technology, CLC can be easily analyzed with more depth. Technology that is being used within this research is machine learning. Machine learning is implemented to gain insights from data owned by Company XYZ. While obtaining insights, machine learning use several various methods such as Support Vector Machine, Logistic Regression, Gradient Boosting, Random Forests, and Decision Trees. The insights obtained from machine learning are displayed in the form of data visualization that is applied to website. Examination on the machine learning model was formed with different data balancing techniques. Examination using Undersampling balancing technique along with Decision Tree model gives the highest f1-score value at 88.70%. Examination were also conducted on the response time and SQL queries were also carried out for each endpoint that works as an actor to distribute data to frontend applications and actors to update the database. Finally, examination and comparison is conducted on data visualization using qualitative approach. Moreover, this examination is conducted by applying several types of data visualization for each existing business questions. At the end, comparisons were made for each type of data visualization to get the optimum visualization regarding each business question."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdani
"Tesis ini melakukan analisa terkait kebutuhan masyarakat terhadap konsep rest area pada Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Tebing Tinggi – Parapat. Penelitian ini dilatarbelakangi karena perencanaan rest area yang ada saat ini masih belum efektif secara konsep dan kurang memerhatikan aspek komersial. Padahal dengan sisi komersial rest area yang optimal, biaya pemeliharaan rest area dapat dibiayai dari pendapatan yang diperoleh. Dengan demikian, Perseroan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk pemeliharaan, mengingat terdapat beban keuangan Perseroan yang diakibatkan oleh pembangunan JTTS yang tidak layak secara finansial. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Analytic Network Process (ANP) yang nantinya akan dibagi menjadi 3 cluster yaitu cluster tujuan, cluster kriteria, dan cluster alternatif. Klaster tujuan merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Kriteria cluster merupakan kriteria penilaian yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan analisis benchmark rest area eksisting, studi literatur, dan validasi ahli. Klaster alternatif merupakan pilihan pengembangan yang diperoleh dari hasil analisis penggunaan tertinggi dan terbaik.

The paper establishes and analyzes research regarding community needs for the concept of rest areas on the Trans Sumatra Toll Road Section of Tebing Tinggi - Parapat. The background of the research is due to the fact that the current planning of rest areas is still not effective yet in concept and does not pay much attention to the commercial aspect. Even though with the optimal commercial side of the rest area, the cost of maintaining the rest area can be funded from the income earned. Thus, the Company does not need to incur additional costs for maintenance, considering the Company's financial burden due to the construction of JTTS which is not financially feasible. The analysis used in this study is the Analytic Network Process (ANP) Model which will later be divided into 3 clusters namely the destination cluster, the criteria cluster, and the alternative cluster. The objective cluster is the final goal to be achieved in this study. Cluster criteria is the assessment criteria used in this study based on analysis of existing benchmark rest areas, literature studies, and expert validation. Alternative cluster is development options obtained from the results of the highest and best use analysis."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>