Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayu Puspita Sari
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku keluarga dengan anak balita yang menderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Depok. Penelitian ini melibatkan 92 ibu dengan anak balita ISPA sebagai responden yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar keluarga memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap ISPA (63%), sikap yang negatif terhadap ISPA (54,3%), dan perilaku keluarga dalam merawat balita dengan ISPA yang tergolong baik (51,1%). Penelitian ini dapat dijadikan data dasar untuk lebih meningkatkan promosi kesehatan tentang ISPA kepada keluarga. ......This study purposed to describe knowledge level, attitude, and behavior’s family with children who had suffer Acute Respiratory Infections (ARI) in working area of Puskesmas Pancoran Mas Depok. This study involved 92 mothers with children who had suffer ARI as respondents who were taken by using purposive sampling technique. Results showed that most families have a high knowledge of the ARI (63%), negative attitudes towards the ARI (54.3%), and the behavior of the family in caring for children with ARI are classified as good behaviour (51.1%). This research can be used as a basic data to enhance health promotions about ARI to family.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S52886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.B.D. Harist Musgamy
Abstrak :
ABSTRAK
Berdasarkan rekomendasi WHO, penanganan ISPA non pnemonia pada balita cukup dengan pengobatan supportif dan tak perlu pemberian antibiotika. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Bambang Sutrisna (1991) juga menemukan bahwa tak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok anak ISPA non pnemonia yang mendapat pengobatan ampisilin ditambah supportif dibanding dengan kelompok yang hanya mendapat pengobatan supportif. Namun apakah anak kekurangan gizi (kurang kalori protein) yang menderita ISPA non pnemonia juga tak perlu pemberian antibiotika. Apakah pemberian antibiotika khususnya ampisilin terhadap ISPA non pnemonia pada anak kekurangan gizi dapat mengurangi risiko terjadinya pnemonia, belum ada informasi mengenai hal ini. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan desain ?randomized controlled trial'. Unit analisis adalah balita kurang gizi yang menderita ISPA non pneumonia. Setelah dilakukan alokasi random, 50 anak masuk dalam kelompok percobaan dan mendapat pengobatan ampisilin 30 - 50 mg/kg berat badan ditambah pengobatan supportif, 49 anak lainnya masuk kelompok kontrol yang hanya mendapat pengobatan supportif. Karakteristik anak pada kedua kelompok ternyata tak ada perbedaan bermakna. Setelah seminggu kemudian, ternyata presentase anak yang berkembang menjadi pnemonia pada kelompok percobaan 16 % dan kelompok kontrol 22%. Proporsi kejadian pnemonia antara kedua kelompok tak berbeda secara bermakna (x2=3.67,2df;p=0.16). Ternyata bahwa pemberian ampisilin tidak mengurangi risiko kejadian pnemonia pada balita kekurangan gizi yang menderita ISPA non pnemonia.
Effectiveness of Ampicillin in Mild Acute Respiratory Infections of Undernourished ChildrenAccording to WHO recommendation, treatment for mild acute respiratory infection (AR1) in children is supportive care only. Bambang Sutrisna (1991) studied that no difference in outcome between the ampicillin and control groups was statistically significant. But how about the effect of ampicillin in mild ARI of undernourished children. To find out whether ampicillin treatment conferred any benefit over supportive care alone in undernourished children, a randomized controlled trial was carried out among 99 undernourished children under 5 years with mild ARI. 50 were randomly allocated ampicillin (30 - 50 mg 1 kg body weight four times daily for 5 days) plus supportive care; 49 were allocated supportive care only. The treatment groups were almost identical after randomization in term of children characteristics. After 1 week, the percentages of cases progressing to pneumonia were nearly identical (16% study group and 22% control group). None of the difference in outcome between the study and control groups was statistically significant.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Menaldi Rasmin
Abstrak :
Penyakit infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah, tidak hanya di negara berkembang bahkan juga di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Pada survei kesehatan nasional di Amerika yang dilakukan pada tahun 1981, diduga lebih dari 200 juta episode infeksi saluran napas muncul setiap tahunnya dan 1,5% di antaranya adalah pneumonia (dikutip dari 1). Angka mortalitas akibat pneumonia cukup tinggi yaitu sebesar 20-30 per 100.000 penduduk setiap tahunnya sebenarnya sudah menurun 10 kali dibandingkan 40 tahun yang lalu (2): Pada penderita usia tua, angka mortalitas akibat pneumonia di Inggris dan Amerika Serikat adalah sekitar 24-31 % (3). Pada pneumonia pneumokok bakteremik angka mortalitas dapat lebih dari 50 %, umumnya terjadi pada orang tua dengan penyakit jantung atau paru (4). Data WHO yang dikumpulkan di lima benua dengan jumlah penduduk 1200 juta, menunjukkan angka kematian karena ISNA (infeksi saluran napas akut) pada tahun 1972 adalah sebesar 666.000. Pneumonia oleh virus atau kuman menempati 75 % dari angka kematian tersebut ( dikutip dari 5 ). Di Indonesia, pada survei kesehatan rumah tangga tahun 1980 oleh Departemen Kesehatan, didapatkan bahwa penyakit yang terbanyak ditemukan adalah ISNA (26,1% ) dan penyebab kematian terbanyak ialah radang saluran napas bawah (17,8 %). Survei serupa yang dilakukan pada tahun 1986, ISNA tetap pada peringkat pertama (25,6%), sedangkan kematian akibat infeksi saluran napas bawah adalah sebesar 16,8 % (6,7). Di UPF Paru RS Persahabatan Jakarta, pada tahun 1989 tercatat 127 penderita bronkiektasis (8 %), 101 pneumonia (6 %), 66 pleuritic (4 %), 44 bronkopneumonia (2,8%) dan 52 empisema (3,3%), dari seluruh penderita yang masuk rawat. Pada tahun 1990 dari 1229 penderita yang dirawat, tercatat bronkiektasis 73 penderita (5,94%) dan pneumonia 63 penderita (5,13 %) (8). Setidaknya infeksi saluran napas akan menyebabkan hilangnya hari sekolah dan kerja, serta biaya pengobatan yang tidak sedikit (1,2).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanes
Abstrak :
Infeksi Saluran Penfasasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan kapang yang ada dalam debu berukuran tertentu. Dapat golongkan dengan Pneumonia berat dan bukan Pnemonia untuk kelompok umur kurang dari dua bulan dan Pnemonia berat, Pnemonia sedang dan bukan Pnemonia untuk kelompok umur dua bulan sampai lima tahun. Kejadian ISPA diperkirakan 10-20% penderita penyakit di Indonesia atau dengan kejadian 1102.542 kasus yang dilaporkan oleh Puskesmas dan 810.124 kasus yang dilaporkan rumah sakit. Di Kabupaten Lima Puluh Kota khususnya di Kecamatan Payakumbuh masih merupakan masalah kesehatan yang utama dimana persentasenya 42,39 % tertinggi dalam 10 penyakit terbanyak yang di laporkan Puskesmas Kato Baru Simalanggang. Penelitian ini untuk mengetahui sejauh mama pajanan PM10 terhadap resiko ISPA pada Balita tahun 2006 dengan lingkungan rumah dan sumber pencemaran dalam rumah lainnya dalam rumah sebagai faktor yang mempengaruhi. Penelitian ini menggunakan rancangan Cross sectional dengan populasi balita yang berada di Kecamatan Payakumbuh sedangkan yang menjadi sample adalah balita yang terpilih dengan six!imatic random sampling. Data diperoleh dengan pengukuran kadar PM10, dan kelembaban, observasi dan pengamatan terhadap luas ventilasi dan iuas rumah dan wawancara dengan menggunakan kuisioner terhadap responden. Analisis data meliputi anal isis Univariat, Bivariat, Multivariat dan Uji lnteraksi. Hasil uji Bivariat terdapat lima variabel yang mempunyai hubungan yang berrnakna dengan kejadian ISPA Balita yaitu: PM10. luas ventilasi rurnah, kepadatan hunian, kebiasaan merokok anggota keluarga dan bahan bakar masak dengan nilai p < 0,05, yaitu PMio OR = 3,07 (95%CI: 1,98 - 4,76) nilai p = 0,00, luas ventilasi OR = 3,48 (95%CI: 2,23 - 5,43) nilai p = 0,00, kepadatan hunian OR = 1,95 (95%CI: 1,15 - 3,32) nilai p = 0,02 kebiaaan merokok OR = 1,76 (95%CI: 1,08 - 2,87) nilai p = 0,03, dan bahan bakar masak OR = 3,74 (95% CI : 1,87 - 7,45) nilai p = 0,00 dengan kejadian ISPA Balita. Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Departemen Kesehatan diharapkan menggalakkan upaya imunisasi dalam pencegahan terhadap ISPA.. Untuk pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA perlu ditunjang dengan persyaratan perumahan sehat dan patut jadi kajian bagi Dinas Kesehatan Kabupaten, Propinsi maupun Departemen Kesehatan, Kepada masyarakat disarankan agar ventilasi rumah minimal 10 % dan luas lantai dan perlunya diberi penyuluhan kepada masyarakat agar tidak merokok dalam rumah dan penggunaan bahan bakar gas untuk keperluan memasak sehari-hari.
Acute respiratory infections (ARI) are a group of diseases that can be induced by air pollution in homes. In Indonesia, the prevalence of ARI is estimated around 10-20% of cases, 1,702,542 cases reported from community health centres (Puskesmas) and 810,124 cases reported from hospitals. In Lima Puluh Kota District, especially in Payakumbuh Subdistrict, ARI remains a major health problem where it is one of the top tell diseases reported by Moto Baru Simalanggang Community Health Center with a prevalence of 42.39%. The objective of this study is to elucidate the extent of PMIO in affecting risks of ART among toddlers during 2006, with house environment and pollution sources in homes as affecting factors. This study used a cross-sectional research design using systematic random sampling, with toddlers in Payakumbuh Sub District as samples. Data obtained by measuring the level of PMIO and humidity, observing the coverage of ventilation and house area, as well as conducting interviews using questionnaire. Data were analyzed with univariate, bivariate. Bivariate analysis results showed that there are five variables with significant correlation with the incidence of ARI among toddlers. all with p values < 0.05, namely PM 10 with p value = 0.00 and OR = 3.07 (95%Cl: 1.98-4.76), coverage of ventilation in homes with p value = 0.00 and OR = 3.48 (95%CI: 2.23-5.43), population density in homes with p value = 0.02 and OR = 1.95 (95%CI: L15-3.32), smoking habit within family members with p value = 0.03 and OR = 1.76 (95%CI: 1.08-2.87), and fuel used for cooking with p value = 0.00 and OR = 3.74 (95%C1: 1.87-7.45), It is suggested that the community should he educated to not smoke inside the house, ensure that houses have coverage of ventilation of at least 10% of floor area, and never bring the children along when cooking in the kitchen. District and Provincial Health Offices and Ministry of Health should provide health education to the community regarding all of the above.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19351
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Garmini
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Rahmi GarminiProgram Studi : Magister Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul Tesis : Faktor Risiko Kondisi Udara Dalam Rumah Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sukawinatan Kelurahan Sukajaya Palembang 2016.Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. ISPA bisa terjadi karena pencemaran kualitas udara di luar maupun di dalam ruangan. Salah satunya gas sulfur dioksida SO2 yang ada di tempat pembuangan sampah dapat mengganggu sistem pernapasan pada balita. Balita lebih berisiko tertular ISPA karena kekebalan tubuh yang dialami balita belum terbentuk sempurna.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi udara dalam rumah dan karakteristik balita terhadap kejadian ISPA pada balita di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sukawinatan Kelurahan Sukajaya Palembang.Jenis penelitian analitik, desain penelitian cross sectional. Variabel terukur adalah kondisi udara dalam rumah, karakteristik balita, dan kejadian ISPA pada balita. Populasi penelitian adalah anak balita berumur 12-59 bulan yang bertempat tinggal di Kelurahan Sukajaya dan sampel berjumlah 94 orang. Data dianalisis dengan uji chi-square, t-test independent, dan regresi logistik.Period Prevalence kejadian ISPA pada balita sebesar 59,6 . Variabel penggunaan obat anti nyamuk, perokok dalam rumah, ventilasi, status gizi dan status imunisasi secara statistik menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap kejadian ISPA pada balita, sedangkan variabel kadar SO2 dalam rumah dan umur balita secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap kejadian ISPA pada balita. Hasil analisis multivariat diperoleh bahwa variabel ventilasi rumah merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita.Ventilasi dapat menjadi faktor risiko terhadap terjadinya ISPA, karena ventilasi mempunyai fungsi sebagai sarana sirkulasi udara sehingga dapat mengurangi pencemaran udara dalam rumah.Kata Kunci : ISPA, Sulfur dioksida, Ventilasi
ABSTRACT
Name Rahmi GarminiProgram Magister Environmental HealthTitle Indoor Air Pollution and Acute Respiratory Infection in Child Under Five Years in Sukawinatan LandfillsAcute Respiratory Infections ARI is a major cause of morbidity and mortality in young children. ARI can occurs because indoor and outdoor air pollution. One of them is gas sulfur dioxide SO2 in landfills that it can be irritate the respiratory tract in young children. Young children have higher risk of contracting ARI because the immune of young children not yet fully formed.This research aims to find out Indoor air Pollution and Characteristics of acute respiratory infection in under fives in Sukawinatan Landfills.Type of research was analitic, cross sectional study design. Measurement of indoor air pollution, characteristics of young children, and prevalence of acute respiratory infection. The population of this research was young children aged 12 59 months who lived in Kelurahan Sukajaya and 94 samples. Data were analyzed by chi square, t test independent, and logistic regression.Period Prevalence of acute respiratory infection in young children about 59,6 . Using mosquito repellent, smokers in the house, ventilation, nutrition and immunization status were significant correlation to acute respiratory infection in young children. While SO2 levels in the home and age of young children were insignificant correlation to acute respiratory infection in young children. Multivariate analysis showed that the variables of ventilation with SO2 levels were the most dominant variable related to acute respiratory infection in young children.One of risk factor of acute respiratory infection is ventilation, because its function as air circulation to reduce indoor air pollution.Keywords Acute Respiratory Infections, Sulfur Dioxide, Ventilation
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Halim
Abstrak :
Dukuh Tukrejo, Desa Bondo, Jepara, Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah dengan jumlah industri mebel terbanyak, yaitu ± 9 industri. Selain itu, sebagian besar penduduk di daerah tersebut bekerja sebagai pengrajin kayu. Peningkatan risiko ISPA pada masyarakat juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan di daerah tersebut. Kejadian suatu penyakit dapat disebabkan karena adanya interaksi antara komponen host, agent, dan environment. Akan tetapi adanya perubahan pada salah satu komponen dapat mengakibatkan terganggunya keseimbangan yang berujung pada penyakit. Faktor risiko terjadinya ISPA dapat dipengaruhi oleh faktor host (umur, imunitas, pendidikan, pengetahuan, dan lainlain), faktor agent (jumlah mikroorganisme penyebab atau konsentrasi polutan di lingkungan), dan faktor environment (misalnya faktor lingkungan kerja atau lingkungan fisik rumah). Menganalisis hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada pekerja mebel di Dukuh Tukrejo, Desa Bondo, Jepara, Jawa Tengah 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi yang digunakan adalah cross sectional, yaitu studi yang mengukur variabel independen (faktor lingkungan) dan dependen (Infeksi Saluran Pernapasan Akut/ISPA) secara bersamaan. Adapun data yang dikumpulkan adalah ada atau tidaknya gejala ISPA yang dialami oleh pekerja mebel serta variabel-variabel yang mempengaruhi, yaitu data karakteristik individu (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, lama bekerja dan jenis pekerjaan, perilaku merokok, dan penggunaan Alat Pelindung Diri/APD); faktor lingkungan kerja (meliputi suhu udara, kelembaban, dan pencahayaan ruang kerja); dan faktor lingkungan fisik rumah (meliputi suhu udara, kelembaban udara, pencahayaan, ventilasi, atap rumah dominan, lantai rumah dominan, dinding rumah dominan, dan kepadatan hunian, dan keberadaan pencemaran udara dalam rumah).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnabeti
Abstrak :
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan pertama pada sepuluh data penyakit terbesar di Desa Cilebut Barat dan Cilebut Timur. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pembangunan industri mebel. ISPA menyerang pekerja industri mebel. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional untuk mengetahui hubungan pajanan (PM10) dengan kejadian ISPA pada pekerja mebel dengan populasi seluruh pekerja mebel di kedua desa. Hasil yang didapat konsentrasi (PM10) 50,3 μg/m3 ? 80 μg/m3 dengan rata-rata 70,6 μg/m3 untuk pengukuran 24 jam. Jumlah pekerja yang mengalami ISPA 43 orang (43,9%). Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara konsentrasi PM10), suhu ruang kerja (p = 0,027), masa kerja (p = 0,010), pemakaian alat pelindung diri (p=0,001), kebiasaan merokok (p = 0,039) dengan kejadian ISPA (p = 0,045). Pengawasan kesehatan lingkungan dan pekerja, pemeriksaan konsentrasi debu (PM10) dan kesehatan pekerja secara berkala, serta penyuluhan dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran semua pihak akan dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas industi mebel.

Acute Respiratory Infections (ARI) ranks first among the ten largest diseases in West and East Cilebut, caused by the development of furniture industry. Cross sectional method is used in this study to know the relationship between PM10 and ARI among the whole population of workers in the furniture industry in Cilebut, both in the west and the east of this industry area. The study found concentrations of PM10 50,3 μg/m3 ? of 80 μg/m3 with an average of 70,6 μg/m3 in 24 hours of measurement. There were 43 workers who suffered from ARI. The study showed there was a relationship between PM10 concentration, the temperature of the study (p = 0.027), years of service (p = 0.010), use of personal protective equipment (p = 0.001), smoking habits (p = 0.39), and ARI incidences. It is, therefore, necessary to control environmental health and the health of workers periodically through examination of PM10 concentration and through workers? health checks. In addition, educative information should be disseminated to all parties concerned in order to increase knowledge and the awareness of the impact created by the furniture industry on both the environment and the workers.
Departemen Kesehatan RI. Balai Besar Laboratorium, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mahmud R.
Abstrak :
Diketahui bahwa proses kehidupan mahluk hidup disuatu tempat selain dipengaruhi oleh lingkungan fisis sekitarya juga dipengaruhi oleh kondisi iklim di tempat tersebut. Banyak penyakit yang berkaitan dengan iklim atau musim tertentu, terutama dengan suhu dan kelembaban. Sejumlah parasit yang dapat menginfeksi manusia terbatas pada daerah tropis dan subtropis yang panas dan lembab. Dalam studi populasi disebutkan bahwa kondisi lingkungan yang buruk terbukti merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan variasi iklim yang terdiri dari curah hujan, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin dan hari hujan serta factor lingkungan yang terdiri dari rumah sehat, status gizi balita dan kepadatan penduduk dengan penyakit ISPA Non Pneumonia pada Balita di kota Palembang dalam kurun waktu tahun 1999 sampai dengan tahun 2003. Desain penelitian yang digunakan ekologi jenis time trend. Hasil penelitian, bahwa insiden ISPA non pneumonia balita per 1000 balita, tertinggi tahun 1999 (76,7) dan terendah tahun 2001 (36,1). Rata-rata kejadian penyakit ISPA non pneumonia balita tertinggi tahun 1999 (13.196,67), terendah tahun 2001 (7.503). Hasil uji ANOVA menunjukan bahwa rata-rata kejadian penyakit tersebut dari tahun 1999-2003 adalah berbeda. Dengan analisis statistik infrensial menggunakan koefisien korelasi Pearson menunjukkan bahwa dari lima variabel iklim yang berpengaruh secara signifikan dengan penyakit ISPA Non Pneumonia Balita adalah curah hujan dengan Pv sebesar 0,030 dan nilai r = 0,49 (kekuatan hubungan" kuat" arah poritif), suhu udara dengan Pv = 0,003 dan nilai r = - 0,62 (kekuatan hubungan "kuat" arah negatif) serta hari hujan dengan Pv = 0,049 dan nilai r = 0,45 ( kekuatan hubungan "kuat" arah positif ). Dari lima variabel tersebut dilakukan regresi ganda, didapatkan bahwa yang paling berhubungan adalah suhu udara dengan formula regresi : Y ispa = 206236,45+-6637,20*suhu udara +e. Faktor lingkungan yang berpengaruh secara signifikan adalah variabel rumah sehat dengan Pv sebesar 0,019 dan nilai r = -0,370 (kekuatan hubungan "sedang" arah negatif).Dari dua variabel yang signifikan tersebut dilakukan regresi ganda, didapat formula regresinya adalah : Y ispa = 21099,99 - 99,74*rumah sehat -160,38* status gizi kurang. Upaya untuk menurunkan penyakit ISPA Non Pneumonia pada balita di kota Palembang disarankan pada jajaran Dinas Kesehatan Kota untuk melakukan pertemuan dalam cresis center guna afokasi kepada jajaran BMG, Dinas Tata Kota dan Dinas Kependudukan untuk saling memberikan informasi, menjalin kerjasama dan mendapat dukungan dari masing-masing instansi tgersebut. Dari informasi tentang cuaca setiap hari, program P2 ISPA dapat melakukan kewaspadaan dini terhadap penanggulangan penyakit ISPA non pneumonia pada balita dengan menyiapkan pendanaan dan logistik. Kepada Badan Meteriologi dan Geofisika dapat memberikan informasi cuaca kapanpun diperlukan oleh Dinas Kesehatam Kepada Dinas Tata Kota dapat memberikan informasi tentang situasi pembangunan perkotaan yang beroreantasi pada pembangunan yang berwawasan kesehatan dan kepada Dinas Kependudukan dapat memberikan informasi tentang taraf kehidupan masyarakat, Kepada peneliti lain disankan untuk melanjutkan penelitian ini guna mencari hubungan sebab akibat penelitian.
The Relation Of Climate Variations And The Environment Factors With Acute Respiratory Infections (ARI) Non Pneumonia On Under Kindergarten At Palembang City In Year 1999-2003As known that the process of every creatures life at one place, besides effected by their physical environment, also affected by its climate conditions_ Many diseases been related with climates or particular season, especially temperature and humidity. Some parasites can infect human confined at tropic and subtropics regions, which have high temperature and damp conditions. In population studies said that the bad environment conditions proved as risk factors, which have correlation with Acute Respiratory Infections (ART) cases. This research heads for find out the relation among clime variations, which consist of rain precipitation, temperature, wind speed and rainy day, and environment factors such as healthy home, under kindergarten's nutrient state and population density, with Acute Respiratory Infections Non Pneumonia on under kindergarten at Palembang City from year of 1999 to 2003. The research design uses ecology with time trend type. The research returns, that Acute Respiratory Infections (ARI) Non Pneumonia on under kindergarten incidents per 1000 of under kindergarten child had the top rank in year of 1999 (763) and the lowest rank in 2001 (36.11 The average of cases of ARI Non Pneumonia disease on under kindergarten child with the highest was in 1999 (13,196.67), and the lowest was in 2001 (7.503). The result test by ANOVA shown that the average of the disease cases from 1999 to 2003 were different. Inferential statistics analysis with Pearson correlation coefficient shows that from five -of clime's variables, which have significantly influence on the Respiratory Infections Non Pneumonia of under kindergarten, were rain precipitation with Pv 0.030 and r'J.49 (strength correlation "strong" positive direction), temperature with P;M::t.003 and r=-0.62 (strength correlation "strong" negative direction) and rainy day with Pv'J_049 and r:1.45 (strength correlation "strong" positive direction). Used that five variables took double regression, gains that, the tightest relation was temperature with regression function_ Ygk = 206236.45+ _6637.20 * temperature +e. The environment factor, which have significantly influence, was healthy house variable Pv3.019 and 1=-0.370 (strength correlation "intermediate" negative direction). From two of the significant variables took double regression, gain regression function: YBU 21099.99-99.74* healthy house - 160.38 * lack nutrient state. Effort for reducing ARI Non Pneumonia disease on under kindergarten at Palembang City recommend to City's Health Department for having confluence in crisis center for avocation to BMG, Dinas Tata Kota, and Dinas Kependudukan for sharing information, having collaborate, and getting support from each departments. From Information about daily weather, P2 ISPA program can takes early attentive acts regarded to tackling the ARI Non Pneumonia on under kindergarten by preparing funding and logistic. Toward Badan Meteorologi dan Geofisika, can gives the weather information whenever been needed by Health Department. For Dinas Tata Kota can informs about city development situation that has orientation on health perception of development, and toward Dinas Kependudukan can gives information concerning society life degree. For another researcher, suggested to continue this research for questing the causity of the research.
Depok: Universitas Indonesia,
T12923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Agus Budiyono
Abstrak :
Tuberkulosis merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia, dan tersebar merala di seluruh daerah. Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru TB dengan kematian 3 juta orang, sedangkan di negara-negara berkembang kematian akibat TB merupakan 25% dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara berkembang, 75% penderita TB adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun). (WHO, 1997). Pemberantasan TB Paru dengan strategi DOTS di Kota Jakarta Timur telah dilaksanakan sejak tahun 1995, tetapi penderita baru tetap ditemukan dan dari tahun ketahun mengalami peningkatan, Penyakit TB Paru menduduki urutan ke-tiga kelompok penyakit menular. Hal ini menunjukkan bahwa TB Paru masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di wilayah Kota Jakarta Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB Paru di Jakarta Timur. Jenis penelitian adalah observasional dengan desain 7 kasus kontrol, Kasus adalah penderita TB Paru BTA (+) dan sebagai kontrol adalah masyarakat yaitu tetangga kasus yang tidak sedang menderita TB Paru atau tidak sedang menderita batuk 3 minggu atau lebih. Jumlah sampel sebanyak 88 kasus dan 88 kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB Paru adalah adalah umur, adanya kontak dengan sumber penular, lamanya kontak, status pengobatan sumber penular, ventilasi kamar dan cahaya matahari masuk rumah. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+), ternyata adanya sumber penular yang tidak berobat merupakan faktor risiko yang paling erat hubungannya dengan kejadian TB Paru. Dari hasil penelitian, disarankan penemuan penderita secara dini dan mengobati dengan paduan OAT yang tepat dengan didampingi pengawas menelan obat, meningkatkan pelaksanaan strategi DOTS, memperluas jangkauan pelayanan, melaksanakan pemeriksaan kontak dan pengobatan pencegahan bagi balita. Daftar pustaka : 36 (1979 - 2002)
Related Factors to Pulmonary Tuberculosis (Tb) in East Jakarta City in year 2003 The tuberculosis (TB) remains a serious public health problem in Indonesia and spread to countrywide. WHO has estimated that 9 million of new cases was occurred yearly, of which some 3 million deaths. In developing countries there are 25% deaths by tuberculosis. It is estimated 95% TB cases were occurred in developing countries, which some 75% cases preventable occurring in the 15-50 age group, the most productive segment of the population. TB control program activities with DOTS strategy has been implemented since 1995 in East Jakarta City. Due to the increasing of case finding activities the new AFB (+) patients increased, so tuberculosis still remaining as major public health problem. The objective of the research is to identify the related factors to pulmonary tuberculosis in East Jakarta City. The design of research is case-control. The case is the AFB (+) tuberculosis patients, while the control is the neighbor of cases as community based control, were not coughing for 3 weeks and more at the time of the interview. Total cases are 88 cases, and the control are 88 respondents. The result of the study reveals that related factors to pulmonary tuberculosis are age, source of infection, duration of contact with source of infection, the source of infection who were not treated, room ventilation, and sunlight into the house. Based on the result of the study, it is identified that a contact with untreated source of infection is the closely related to the tuberculosis. Therefore, it is recommended to improve the case finding, providing early treatment with patent drugs, increasing of DOTS strategy implementation, program expanding. contact examination and treatment prevention to child. References: 36 (1979 - 2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soenarjo Soejoso
Abstrak :
Kematian bayi umur kurang dari satu tahun 25,2 % disebabkan infeksi saluran napas. Kematian anak Balita umur 1-4 tahun 18,2 % disebabkan infeksi saluran napas. Analisis data sekunder Pneumonia pada Balita di Kodya Jakarta Timur tahun 1994 menyimpulkan angka Case Fatality Rate sebesar 3,3 %. Sedangkan perkiraan angka kematian Pneumonia dari Depkes RI untuk Indonesia tahun 1993 sebesar 6 permil. Berkembangnya tingkat kesakitan dan kematian dari Pneumonia bisa dilihat dari kemampuan ibu memberi perawatan penunjang yang baku, kemampuan keluarga membedakan derajat ISPA Bukan Pneumonia dan Pneumonia, membawa anak mereka lebih awal bagi pengobatan khusus ke tempat pelayanan kesehatan. Apakah Balita yang menderita Pneumonia Berat dan' dirawat di rumah sakit tidak mendapatkan penanganan baku sejak dini sebelumnya di tingkat keluarga dan masyarakat? Jenis penelitian adalah kasus kontrol. Penelitian ini mengambil sampel 45 penderita Pneumonia Berat pada Balita berdomisili di Kodya Jakarta Timur, yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan dan Rumah Sakit Islam Jakarta Timur sebagai kasus, dan 45 penderita Pneumonia yang dirawat jalan di kedua rumah sakit tersebut dan di Puskesmas, alamat Balita di kelurahan yang sama sebagai kontrol. Alpha 0,05; Power of the test 80 %; one sided test. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner mengunjungi alamat Balita. Entry data mengunakan Epi Info 6.0, analisis data menggunakan SPSS for Win. Hasil penelitian adalah bermaknanya hubungan penanganan ISPA di tingkat keluarga dengan kejadian Pneumonia Berat (cOR 2,96; 95 % CI 1,10 r OR < 8,10; p 0,016). Setelah dikontrol dengan imunisasi DPT dan imunisasi Campak pada analisis multivariat, hubungan tersebut tidak bermakna dengan aOR 2,42; (95 % CI: 0,79-7,43; p 0,1237. Variabel konfounder yang dimasukkan dalam model akhir adalah imunisasi DPT dan imunisasi Campak dengan pertimbangan substantif amat diyakini dapat mengganggu hubungan penanganan ISPA terhadap kejadian penyakit Pneumonia Berat; tidak ada variabel interaksi yang memenuhi syarat statistik. Pengaruh variabel utama dan kovariate secara bersama-sama adalah Logit P(x) = - 0,9697 + 0,8821tangan + 0,2256imunDPT - 1,5075imunCPK. Gizi Balita, umur Balita, pengeluaran kepala keluarga, pendidikan responden, pemberian ASI, pemberian vitamin A, riwayat berat lahir, rumah sehat tidak terbukti dapat mengganggu hubungan penanganan ISPA di tingkat keluarga dengan perjalanan penyakit Pneumonia Berat pada Balita di Kodya Jakarta Timur, Januari 1995 - Mei 1996. Saran operasional mengupayakan penurunan kejadian penyakit Pneumonia Berat dengan upaya supervisi pelaksanaan manajemen ISPA oleh petugas di Puskesmas secara teratur dan berkesinambungan, serentak dengan intervensi peningkatan pengetahuan ibu di masyarakat mengenal dan menanganai kasus Pneumonia dengan tepat. Saran penelitian adalah penelitian dengan disain serupa secara incidence cases, namun klasifikasi ditetapkan peneliti, di rumah sakit yang sama, wawancara dengan responden dilakukan saat Balitanya menderita Pneumonia dan Pneumonia Berat. Pembuatan kuesioner didasarkan atas studi ethnografi terlebih dahulu di Kodya Jakarta Timur.
The infant mortality rate which is less than one year is 25,2 % caused by the respiratory tract infection. The mortality of the children of 1-4 years old 18,2 % is due to respiratory tract infection. The secondary data analysis of pneumonia in the Municipality of East Jakarta in 1994 concluded that the case fatality rate is 3.3 %. While the estimate of the pneumonia mortality rate by the Department of Health of the Republic of Indonesia in Indonesia is 0,6 % in 1993. The development of the pneumonia morbidity and mortality can be seen from the mother ability to provide a standardized supporting maintenance, the family ability to differentiate the non pneumonia and the pneumonia of ARI, be motivated to bring their children early for treatment, especially to the health care centre. Do the children that suffered from severe pneumonia and treated in the hospital not received standardize handling early in the family and in the community? This research is a case control. This research sampled 45 severe pneumonia patients among the children under five years old domiciled in the Municipality of East Jakarta, which are in-house nursing in the Persahabatan Public General Hospital and the Islamic Hospital of East Jakarta as the cases, and 45 pneumonia patients which are on out-going nursing in both hospitals and in the community health centre, with children address in the same village as a control. The a = 0.05; power of the test 80 %; one sided test. The data collection is by questionnaire by visiting the children address. The data entry is using Epi Info 6.0, and the data analysis is done by using the SPSS for Win soft-ware. The research proceeding is that there is a significant relationship between the ARI handling in the family level and the incidence of severe pneumonia (cOR 2,96; 95 % CI 1,10 < OR < 8,10; p = 0.016). After controlled with the DPT and measles immunization in the multivariate analysis, the relationship is not significant with aOR 2,42; 95 % CI 0,79 < OR < 7,43; p = 0,1237. The confounder variable included in the final model is the DPT and measles immunization with a substantive consideration, is able to confound the relation-ship of ARI toward the incidence of severe pneumonia; there is no interaction variable which fulfill the statistic criteria. The main variable influence and the covariate collectively is Logit P(x) = - 0.9697 + 0.8821 family care + 0.2256 imunDPT - 1.5075 immun MSL. The children nutrition, the children' age, expenditure of the family, respondent education, breast feeding, vitamin A supplementation, the birth weight record, healthy housing turned out can not confound the ARI handling the family level with the disease history of pneumonia in the children under five years old in the Municipality of East Jakarta, January 1995 - May 1996.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>