Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulianto Susilo
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mendapatkan ligan yang selektif dan berikatan kuat dengan reseptor estrogen melalui pengujian afinitas ikatan senyawa estradiol-17β-hemisuksinat. Untuk meningkatkan status senyawa tersebut menjadi kandidat senyawa aktif obat kanker payudara perlu diketahui selektifitasnya terhadap reseptor estrogen dengan metode Scintillation Proximity Assay (SPA). Reagen primer yang diperlukan dalam metode SPA adalah radioligan dan reseptor, dan dilakukan penandaan estradiol-17β-hemisuksinat dengan 125I sebagai radioligan. Studi ikatan radioligan dilakukan terhadap reseptor estrogen meggunakan sel MCF7. Penandaan dilakukan secara tidak langsung dengan dua tahap. Pertama dilakukan aktivasi estradiol-17β-hemisuksinat menggunakan isobutilkloroformat dan tributilamin sebagai katalis, dan penandaan histamin dengan 125I menggunakan metode kloramin-T. Tahap kedua adalah konjugasi histamin bertanda 125I dengan estradiol-17β-hemisuksinat yang sudah diaktivasi. Estradiol-17β-hemisuksinat bertanda 125I dilakukan ekstraksi menggunakan toluen dan fase organik dimurnikan dengan sistem KLT. Rendemen pemurnian yang diperoleh sebesar 79,8% untuk ekstraksi pelarut dan 84,4% untuk sistem KLT dengan kemurnian radiokimia 97,8%. Penentuan afinitas ikatan dilakukan dengan metode SPA menggunakan sel MCF7 yang mengekspresikan reseptor estrogen, dan diperoleh Kd sebesar 7,192 x 10-3 nM dan ikatan maksimum sebesar 336,1 nM. Afinitas ikatan estradiol-17β-hemisuksinat yang diperoleh tinggi, ditunjukkan dengan nilai Kd yang rendah.

ABSTRACT
Research was carried out to get drugs that selective ligand and strongly bind estrogen receptors to determine the binding affinity to estradiol-17β-hemisuccinate. To improve the status of these compounds as a candidate for breast cancer active compound, selectivity of these compounds for estrogen receptor was studied using Scintillation Proximity Assay (SPA) method. Primary reagents required in the SPA method was radioligand and receptors, then performed with 125I labeling of estradiol-17β-hemisuccinate as a radioligand.
Radioligand binding studies were performed on MCF7 cell for estrogen receptor. The labeling process was performed by indirect method via two-stage reaction. First activation of estradiol-17β-hemisuccinate using isobutylchloroformate and tributylamine as a catalist, and labeling of histamine was carried out by 125I using Chloramin-T method. The second stage was conjugation of activated estradiol-17β-hemisuccinate with 125I-histamine. The estradiol-17β-hemisuccinate labeled with 125I was extracted using toluene and organic phase was purified by TLC system. The obtained purification yield for the extraction solvent was 79.8% and for the TLC system was 84,4% with a radiochemical purity was 97.8%. Determination of binding affinity by the SPA method using MCF7 cell lines which express estrogen receptors, were Kd of 7.192 x 10-3 nM and maximum binding of 336.1 nM. Having obtained binding affinity of estradiol-17β-hemisuccinate was obtained high, indicated by a low Kd values.
"
2012
T31150
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Dwi Handayani
"Osteoporosis dapat disebabkan oleh faktor genetik, salah satunya yaitu gen LEPR. Penelitian ini bertujuan menganalisis polimorfisme gen leptin reseptor (LEPR) Q223R pada pasien dengan dan tanpa osteoporosis. Sampel dibagi dua kelompok yaitu pasien dengan osteoporosis dan tanpa osteoporosis. Polimorfisme genotip di analisis menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) - Restriction Fragment Length Polymorphisms (RFLP). Distribusi pola genotip AA dan alel A LEPR Q223R menunjukkan peningkatan risiko osteoporosis. Analisis statistik dengan uji fisher exact antara pasien dengan osteoporosis dan tanpa osteoporosis menunjukkan perbedaan bermakna pada genotip (p=0.044) dan alel (p<0.05). Distribusi pola polimorfisme gen LEPR Q223R berisiko meningkat pada pasien dengan osteoporosis.

Osteoporosis caused by genetic factor, one of which is LEPR gene. This study analyzed polymorphism leptin receptor (LEPR) Q223R in patient with and without osteoporosis. Samples were divided into two group, with osteoporosis and without osteoporosis. The polymorphism were genotyped using Polymerase Chain Reaction (PCR) ? Restriction Fragment Length Polymorphisms (RFLP) analysis. Mapping distribution of AA genotype and A Allele for LEPR Q223R presented an increased risk of osteoporosis. Statistic analysis of fisher exact test between patient with and without osteoporosis showed significant differences of genotype (p=0,044) and allele (p<0,05). Mapping distribution of polymorphism LEPR Q223R an increased risk of osteoporosis."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lepa S.
"ABSTRAK
Gamma aminobutyric acid (GABA) reseptor merupakan situs target
insektisida dieldrin dan endosulfan, kelompok insektisida siklodien. Mutasi pada
gen pengkode reseptor GABA menyebabkan resistansi terhadap dieldrin (Rdl).
Resistansi ditandai dengan perubahan asam amino pada kodon A302G/S saluran
ion reseptor GABA. Mutasi tersebut telah ditemukan terhadap beberapa jenis
serangga, termasuk nyamuk anopheline dan dikaitkan dengan resistansi terhadap
insektisida siklodien. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi keberadaan
mutan alel Rdl pada spesies Anopheles di Indonesia. Analisis molekuler dilakukan
pada sampel nyamuk Anopheles dari beberapa daerah di Indonesia (Aceh,
Sumatera Utara, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Tengah, Nusa Tenggara
Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat, Maluku dan Maluku Utara) untuk
mendeteksi keberadaan alel Rdl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11% dari
154 total sampel Anopheles yang dianalisis mengalami mutasi. Mutasi A302S alel
Rdl ditemukan pada An. vagus (dari Jawa Tengah, Lampung dan Nusa Tenggara
Barat), An. aconitus (dari Jawa Tengah), An. barbirostris (dari Jawa Tengah dan
Lampung), An. sundaicus (dari Sumatera Utara dan Lampung), An. nigerrimus
(dari Sumatera Utara), sedangkan mutasi alel A302G hanya ditemukan pada An.
farauti dari Maluku. Uji Kerentanan dilakukan dengan menggunakan prosedur
standar dari WHO, CDC dan modifikasi dari penelitian sebelumnya. Uji tersebut
menggunakan endosulfan (merk dagang Akodan 35 EC) dengan konsentrasi 0-
0.4% (g/L), dua kali ulangan terhadap 20-30 sampel larva dari Kecamatan
Katibung dan Rajabasa, Provinsi Lampung. Setelah bioasay dilanjutkan analisis
molekuler pengkodean subunit GABA. Nilai LC50 larva adalah 0.00893 (0.00332-
xiv
0.01697) dan 0.00904 (0.00401-0.01586) dari Kecamatan Katibung dan Rajabasa.
Analisis molekuler menunjukkan bahwa seluruh larva membawa alel Rdl A302,
tipe normal. Adanya mutasi pada alel Rdl menunjukkan bahwa paparan
insektisida pada populasi Anopheles di daerah ini mungkin masih berlangsung
(meskipun tidak secara langsung terkait dengan program pengendalian malaria)
atau spesies yang membawa alel resistan dapat bersaing dengan spesies normal
pada populasi Anopheles sehingga bentuk mutan dari alel Rdl relatif stabil dalam
ketiadaan insektisida dieldrin yang sudah tidak digunakan lagi. Meskipun
demikian, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manajemen hama terpadu
diperlukan pada daerah endemik malaria di mana insektisida juga digunakan
untuk keperluan lain seperti pertanian.

Abstract
The gamma-aminobutyric acid (GABA) receptor-chloride channel
complex is known to be the target site of dieldrin and endosulfan, a cyclodiene
insecticide. Mutation in the gene encoding the GABA-receptors, resistance to
dieldrin (Rdl), which renders amino acid substitutions at codon A302G/S in the
putative ion-channel lining region. The mutation has been found in a wide range
of insect including anopheline mosquitoes and confers resistance to cyclodiene
insecticide, such as dieldrin and picrotoxin. The present study aims to explore the
existence and frequency distribution of the Rdl mutant alleles among the
Anopheles species in Indonesia. Molecular analyses have been performed on
Anopheles mosquito samples collected from several areas across Indonesia (Aceh,
North Sumatra, Bangka Belitung, Lampung, Central Java, East Nusa Tenggara,
West Nusa Tenggara, West Sulawesi, Molucca and North Molucca) and the Rdl
gene was Polymerase-Chain Reaction (PCR) amplified and sequenced to detect
the existence of the Rdl mutant alleles. The results indicated that 11 % of the total
154 Anopheles samples examined carried the mutant Rdl alleles. The A302S allele
was observed in An. vagus (from Central Java, Lampung and West Nusa
Tenggara), An. aconitus (from Central Java), An. barbirostris (from Central Java
and Lampung), An. sundaicus (from North Sumatra and Lampung), An.
nigerrimus (from North Sumatra), whereas the A302G allele was only found in
An. farauti from Molucca. Susceptibility test were carried out using World Health
Organization (WHO), Centers Disease Control and Prevention (CDC) and
previously publish method with tight modification standard procedures. The test
using 0-0.4% (w/v) endosulfan concentrations (Akodan 35 EC trademark) with
two replicates and 20-30 larvae samples from the field of Katibung and Rajabasa
sub-district, Lampung Province and followed by molecular analyses of the gene
encoding the GABA subunit. The LC50 of the larvae were 0.00893 (0.00332-
0.01697) and 0.00904 (0.00401-0.01586) from Katibung and Rajabasa and all of
the larvae carried A302 Rdl allele. The existence of the Rdl mutant allele indicates
that, either insecticide pressure on the Anopheles population in these area might
still ongoing (though not directly associated with malaria control program) or that
the mutant form of the Rdl allele is relatively stable in the absence of insecticide.
Nonetheless, the finding suggests that integrated pest management is warranted in
malaria endemic areas where insecticides are widely used for other purposes."
2012
T31006
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Eliana
"Latar Belakang: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya kekambuhan seperti, faktor klinis yaitu usia dan jenis kelamin, riwayat keluarga, besarnya ukuran kelenjar tiroid, ada tidaknya oftalmopati; faktor genetik yang berperan pada kejadian GD; dan faktor imunologi yaitu jumlah sel T regulator, kadar interleukin 10 (IL-10), interleukin 17 (IL-17) dan antibodi pada reseptor tiroid (TRAb).
Metode: Penelitian ini merupakan studi kasus kontrol yang membandingkan 36 pasien GD yang kambuh dan 36 pasien GD yang tidak kambuh. Pemeriksaan polimorfisme gen dilakukan dengan metode PCR RFLP. Pemeriksaan jumlah sel T regulator dengan flowsitometri. Pemeriksaan IL-10, IL-17 dan TRAb dengan ELISA.
Hasil: Analisis hasil penelitian membuktikan hubungan antara kekambuhan dengan faktor keluarga (p 0,008), usia saat didiagnosis (p 0,021), oftalmopati derajat 2 (p 0,001), kelenjar tiroid yang membesar melebihi tepi lateral muskulus sternokleidomastoideus (p 0,040), lamanya periode remisi (p 0,029), genotip GG gen CTLA-4 nukleotida 49 kodon 17 pada ekson 1 (p 0,016), genotip CC gen tiroglobulin nukleotida 5995 kodon 1980 pada ekson 33 (p 0,017), genotip CC gen TSHR SNP rs2268458intron 1 (p 0,003), jumlah sel T regulator (p 0,001), kadar IL-10 (p 0,012) dan kadar TRAb (p 0,002). Penelitian ini juga membuktikan hubungan antara faktor klinis yaitu faktor keluarga, usia, oftalmopati, pembesaran kelenjar tiroid dan lamanya periode remisi; dengan faktor genetik dan respons imun.
Simpulan: Polimorfisme genotip gen CTLA-4 nukleotida 49 kodon 17 ekson 1, gen tiroglobulin nukleotida 5995 kodon 1980 ekson 33, gen TSHR SNP rs2268458 intron 1 dan sel T regulator berperan sebagai faktor risiko kambuh pada pasien penyakit Graves.

Background: The management of Graves? disease (GD) is initiated with the administration of antithyroid drugs; however, it requires a long time to achieve remission and more than 50 percent of patients who had remission may be at risk for relapse after the drug is stopped. This study was aimed to identify factors affecting relapse of Graves? Disease
Methods: This was a case-control study comparing 36 patients relapsed GD and 36 patients who did not relapse. Genetic polymorphism examination was performed using PCR-RFLP. The number of regulatory T cells was counted using flow cytometry analysis and ELISA was used to measure serum IL-10, IL-17 and TRAb.
Results: The analysis of this study demonstrated that there was a correlation between relapse of disease and family factors (p 0.008), age at diagnosis (p 0.021), 2nd degree of Graves? ophthalmopathy (p 0.001), enlarged thyroid gland, which exceeded the lateral edge of the sternocleidomastoid muscles (p 0.040), duration of remission period (p 0.029), GG genotype of CTLA-4 gene on the nucleotide 49 at codon 17 of exon 1 (p 0.016), CC genotype of thyroglobulin gene on the nucleotide 5995 at codon 1980 of exon 33 (p 0.017), CC genotype of TSHR gene on the rs2268458 of intron 1 (p 0.003), the number of regulatory T cells (p 0.001), the levels of IL-10 (p 0.012) and TRAb levels (p 0.002). This study also showed the association between clinical factors, which included family factors, age at diagnosis, ophthalmopathy, thyroid gland enlargement and the long periods of remission with genetic factors and immune response.
Conclusion: Genetic polymorphisms of CTLA-4 gene on the nucleotide 49 at codon 17 of exon 1, thyroglobulin gene on the nucleotide 5995 at codon 1980 of exon 33, TSHR gene SNP rs2268458 of intron 1 and regulatory T cells play a role as risk factors for relapse in patients with Graves? disease.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adita Hadining Putri
"Endometriosis adalah kelainan ginekologis yang ditandai dengan adanya jaringan endometrium yang tumbuh di luar uterus. Penyakit ini bersifat multifaktorial, salah satunya dipengaruhi genetik. Polimorfisme genetik gen reseptor progesteron (PR) diketahui berhubungan dengan penyakit endometriosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara polimorfisme gen PR rs544843047 di bagian promoter dengan endometriosis di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan membandingkan 25 jaringan endometriosis dari wanita penderita endometriosis dan 21 jaringan endometrium dari wanita tanpa endometriosis. Molekul DNA dari kedua jenis jaringan diisolasi, diamplifikasi dengan menggunakan metode PCR. Analisis perubahan nukleotida pada gen PR dilakukan dengan metode sequencing. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi genotip dan alel pada SNP gen PR rs544843047 adalah genotip TT 100% dan alel T 100%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara SNP gen PR pada rs544843047 dengan penyakit endometriosis di Indonesia.

Endometriosis is a gynecological disorder characterized by the presence of endometrial tissues that grow outside the uterus. This disease is multifactorial cause, one of which is influenced by genetics factor, and genetic polymorphism of the Progesterone Receptor (PR) gene is known to be associated with endometriosis. The aim of this study was to determine the relationship between PR gene polymorphism rs544843047 in the promoter and endometriosis in Indonesia. A cross sectional design was used in this study, comparing 25 endometriosis tissues of women with endometriosis and 21 endometrial tissues of women without endometriosis. DNA molecules from both types of tissues were isolated, then amplified using the PCR method. While analysis of nucleotide changes in the PR gene was conducted by sequencing. The results showed that the genotypic and allelle frequencies of the PR rs544843047 SNP were 100% TT genotype and 100% T allele. This research concludes that there are no association between SNP PR gene in rs544843047 and endometriosis in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi Wingit Ciptaning
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Respon ovarium terhadap stimulasi FSH sangat dipengaruhi oleh fungsi reseptor FSH (FSHR). Genotip FSHR memainkan peranan yang mendasar pada respon tisiologis organ target terhadap stimulasi FSH. Telah diketahui polimorfisme pada gen reseptor FSH. mempengaruhi sensitivitas reseptor terhadap FSH, Persentase penderita Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) pada wanita usia reproduksi cukup besar yaitu sekitar 5 -10 % dan dalam penanganannya membutuhkan terapi induksi ovulasi, salah satunya dengan menggunakan FSH eksogen. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan penelitian terhadap polimorfisme gen reseptor FSH pada penderita SOPK di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : a). Distribusi genotip dan frekuensi alel FSHR di posisi 307 dan 680 ekson 10 pada kelompok SOPK dan kelompok normal. b), Kadar FSH basal pada wanita penderita SOPK dan wanita normal. c). Hubungan antara distribusi genotip FSHR di posisi 307 dan 680 dengan level FSH basal pada kelompok SOPK dan kelompok normal.
Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan distribusi genotip maupun frekuensi alel pada posisi 307 dan 680 pada ekson 10 gen reseptor FSH antara kelompok wanita penderita SOPK dan kelompok wanita normal. Ada perbedaan bermakna antara kadar FSH basal pada kelompok SOPK dan kelompok normal . Tidak terdapat perbedaan kadar FSH yang bermakna pada varian genotip posisi 307 maupun posisi 680 gen FSHR antara kelompok SOPK data kelompok normal, dengan kadar FSH basal tertinggi pada posisi 307 pada kelompok SOPK dimiliki oleh genotip Threonin/Threonin dan kadar FSH basal tertinggi di posisi 680 pada kelompok SOPK dimiliki oleh genotip Asparagin/Serin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lauffenburger, Douglas A.
Oxford : Oxford Univesity Press, 1993
572.696 LAU r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Saras Aulia Rahmiati
"Zat-zat serupa narkotika dan psikotropika baru yang dikenal sebagai New Psychoactive Substances (NPS) telah berkembang di pasaran dalam beberapa tahun terakhir di dunia Internasional maupun di Indonesia. Telah teridentifikasi sebanyak 27 NPS diantara 74 jenis yang beredar di Indonesia pada tahun 2019 yang merupakan turunan kanabinoid dan sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 50 Tahun 2018. Prediksi terhadap NPS perlu dilakukan dan dapat dilakukan menggunakan metode in silico. Penelitian ini bertujuan memperoleh model interaksi dan afinitas penambatan molekuler dari New Psychoactive Substances (NPS) terhadap reseptor Cannabinoid-1 (CB1) dilakukan secara in silico. Penambatan molekuler dilakukan menggunakan AutoDock melalui program PyRx serta dilakukan visualisasi interaksi hasil penambatan molekuler menggunakan Ligplot dan PyMOL. Parameter optimasi yang didapatkan untuk penambatan molekuler CB1 adalah menggunakan grid box 50x50x50 unit dengan energi evaluasi medium (2.500.000). Golongan NPS yang termasuk pada rentang energi ikatan -9,00 hingga -11,00 kkal/mol adalah kanabinoid (62%), fentanil (70%) dan plant-based substances (50%). Pada rentang -7,00 hingga -9,00 kkal/mol yaitu arilsikloheksilamin (70%). Sedangkan pada rentang -4,00 hingga -7,00 kkal/mol yakni katinon (58%), fenetilamin (84%), piperazin (81%) dan triptamin (64%).

New narcotic and psychotropic substances known as New Psychoactive Substances (NPS) have evolved on the market in recent years both in Indonesia and internationally. As many as 27 NPS have been identified among 74 type in Indonesia in 2019 which are cannabinoid derivatives and have been regulated in Ministry of Health Republic of Indonesia Regulation No. 50 of 2018. Prediction of NPS needs to be done and can be done using the method in silico. This study aims to obtain a model of interaction and molecular binding affinity of the New Psychoactive Substances (NPS) on Cannabinoid-1 (CB1) receptor using in silico method. Molecular docking is done using AutoDock in PyRx program and visualize molecular docking interactions using Ligplot and PyMOL. Optimization parameter obtained for molecular docking of CB1 is using 50x50x50 unit grid box with medium energy evaluation (2.500.000). The NPS group included in the binding energy range of -9.00 to -11.00 kcal/mol are cannabinoids (62%), fentanyl (70%) and plant-based substances (50%). In the range of -7.00 to -9.00 kcal/mol, namely arylcyclohexylamine (70%). Whereas in the range of -4.00 to -7.00 kcal/mol are cathinone (58%), phenethylamine (84%), piperazine (81%) and tryptamine (64%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantobing
Jakarta: BP FKUI, 2013
616.8 LUM n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Rifani
"Latar belakang. Endometriosis adalah suatu penyakit radang kronik yang dicirikan dengan adanya pertumbuhan jaringan mirip endometrium yang dapat ditemukan pada peritoneum, ovarium, dan septum retrovagina. Penyakit ini merupakan penyakit multifaktorial yang dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Selain itu, faktor hormonal diketahui mempengaruhi perkembangan dan klinis endometriosis. Resistensi hormon progesteron merupakah salah satu penyebab terjadinya endometriosis karena sering dihubungkan dengan rendahnya kadar dan aktivitas kerja reseptor hormon progesteron pada endometriosis. Polimorfisme gen reseptor progesteron (PROGINS=progesterone receptor gene polymorphism) diketahui berkaitan dengan risiko endometriosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan polimorfisme gen reseptor progesteron (PR) rs139646398 dengan endometriosis di Indonesia.
Metode penelitian. Penelitian cross sectional ini menggunakan 30 sampel jaringan endometriosis ovarium dari wanita penderita endometriosis dan 17 jaringan endometrium dari wanita tanpa endometriosis. Sampel DNA dari subjek diisolasi, dilakukan PCR, diikuti dengan proses elektroforesis, dan dilanjutkan dengan DNA sequencing.
Hasil. Hasilnya dianalisis secara statistik dengan uji Fisher. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan frekuensi genotip rs139646398 dari gen PR pada endometriosis ovarium dan kontrol (p=0,638). Penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara polimorfisme gen reseptor progesteron rs139646398 dengan endometriosis di Indonesia.
Kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara polimorfisme gen reseptor progesteron rs139646398 dengan endometriosis di Indonesia.

Endometriosis is a chronic inflammatory disease characterized by the growth of endometrial-like tissues that can be found in peritoneum, ovary, and retrovaginal septum. This disease is a multifactorial disease caused by genetic and environmental factors. In addition, hormonal factors are known to influence the development and clinical symptom of endometriosis. Progesterone resistance is one of the causes of endometriosis. It is often associated with low levels or activity of hormone progesterone receptor in endometriosis patients. Progesterone receptor gene polymorphism (PROGINS) is known to be associated with the risk of endometriosis. This study aims to determine the relationship between progesterone receptor (PR) gene polymorphism rs139646398 with endometriosis.
Methods. This cross sectional study used 30 endometriosis ovary samples from women suffered endometriosis and 17 endometrium tissues from women without endometriosis. DNA samples from subjects were isolated, PCR was carried out, then followed by electrophoresis, and continued with DNA sequencing.
Results. The results were statistically analysed by Fisher’s test. There was no statistically significant difference in genotype frequency of rs139646398 of the PR gene in ovarian endometriosis and controls (p=0.638).
Conclusion. This study shows no relationship between progesterone receptor gene polymorphism rs139646398 and endometriosis in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>