Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Innosensius Ibnu Ishwara
Abstrak :
ABSTRAK
Nama :Innosensius Ibnu IshwaraProgram Studi :Magister Kedokteran Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaJudul :Hubungan Gerakan Berulang Lengan Atas Terhadap Intensitas Nyeri Bahu Pada Pekerja Pengemasan Bagian Produksi Manufaktur Dengan Belt ConveyorLatar Belakang :Nyeri muskuloskeletal menjadi penyebab utama gangguan kerja pada usia produktif. Nyeri bahu merupakan penyebab terbanyak ketiga penyakit nyeri muskuloskeletal. Keluhan nyeri bahu kebanyakan bersifat simptomatik tanpa diagnostik secara klinis, namun menurut beberapa penelitian lain hal tersebut dapat menjadi prediktor terhadap suatu dampak terjadinya penyakit bahu di masa depan. Kriteria nyeri bahu yang dipakai oleh peneliti adalah keluhan nyeri bahu subyektif dan pengukuran nyeri dengan Visual Analogue Scale.Metode :Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Penelitian dilakukan di perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pangan di Bekasi pada bulan Desember 2016. Sampel dihitung menggunakan uji dua proporsi dengan kelompok terpapar dipilih secara total sampling dan kelompok tidak terpapar dipilih secara random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, kuesioner, pemeriksaan fisik dan rekaman video. Variabel yang diteliti adalah umur, tinggi badan, panjang lengan, kebiasaan merokok, olahraga, masa kerja, lama kerja, frekuensi gerakan berulang lengan atas, posisi sudut lengan atas terhadap bahu.Hasil :Dari total 80 orang responden, didapatkan prevalensi kejadian nyeri bahu sebanyak 38 responden 47,5 . Faktor masa kerja ge; 1 tahun OR=3,30 dengan 95 CI 1,25 ndash;8,74 , lama mini breaks < 5 menit dalam 1 jam OR=2,70 dengan 95 CI 1,07 ndash;6,81 dan gerakan berulang lengan atas dengan median 1140 180-4800 OR 1,002 dengan 95 CI 1,001 ndash;1,003 memiliki hubungan bermakna dengan kejadian nyeri bahu.Kesimpulan dan saran :Faktor risiko paling dominan terhadap kejadian nyeri bahu adalah gerakan berulang lengan atas dengan p=0,002 dan nilai OR 1,002 95 CI 1,001 ndash; 1,003 . Perlu dilakukan pengaturan terkait dengan rolling kerja dalam tim pada pekerja dengan gerakan berulang. Pekerja dianjurkan dan diajarkan mengenai gerakan relaksasi setelah bekerja.Kata kunci :Nyeri bahu, gerakan berulang
ABSTRACT
Name Innosensius Ibnu IshwaraStudy Program Postgraduate Program Occupational Medicine, Faculty of Medicine, University of IndonesiaTitle The relation of repetitive motion of upper arm with the intensity of shoulder pain among packing workers at manufacture company that using belt conveyor. Background Muscle pain is the most caused of disruption due to work relation at productive ages. Shoulder pain is the third common in muscle pain. Mostly, the shoulder pain is symptoms only without specific diagnostic. But in many researches, that symptom can be useful for shoulder pain predictor in the future. The shoulder pain criteria is subjective symptom and self pain measurement with Visual Analogue Scale.Method This study uses cross sectional design with total sampling and simple random sampling. It was conducted in manufacture company in Bekasi during December 2016. Data collection was conducted by interview with subject, questionnaire, physical examination and video recording. Variables studied are age, height, length of arm, smoking habit, sport habit, phase of work, duration of work, repetitive motion of upper arm and the maximum angle of upper arm to shouder. Result The studied recruited 80 workers, with the prevalence of shoulder pain is 38 workers 47,5 . A risk factor identified, were length time of work ge 1 years OR 3,30 , minibreaks duration
2017
T55699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harumiti Ramli
Abstrak :
Pekerja bagian produksi di perusahaan elektronik bekerja dengan sistim ban berjalan sehingga banyak melakukan gerakan berulang lengan alas dalam menyelesaikan tugasnya. Gerakan berulang bila dilakukan secara terus menerus dan dengan frelcuensi yang tinggi dapat menyebabkan timbulnya Work Related Musculoskeletal (WMSD), salah satunya adalah Sindroma Nyeri Bahu (SNB). Oieh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui prevalensi serta faktor-faktor apa yang berhubungan dengan timbulnya SNB. Metoda penelitian : Desain. penelitian adalah k:ros seksional/potong lintang, dengan membandingkan prevalensi di bagian produksi dan quality control pada departemen produksi. Populasi adalah pekerja wanita. Didapatkan sampel sebesar 106 orang dari bagian produksi dan 48 orang dari bagian quality control. Pengumpulan data dilakukan antara bulan Maret sampai Juni 2005. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner, observasi dan pemeriksaan fisik,termasuk tes neurologi. Data suhu lingkungan kerja didapatkan dari data sekunder. Basil penelitian : Didapatkan prevalensi SNB sebesar 29,2 % untuk seluruh departemen produksi, dengan prevalensi di bagian produksi 36,8 % dan quality control 12,5 %. Faktor yang berhubungan dengan SNB adalah jenis pekerjaan, kebiasaan olah raga, riwayat pekerjaan, status reproduksi, jenis gerakan lengan was > 45 ° dan jumlah gerakan berulang. Faktor jumlah gerakan berulang kategori tinggi (>1.200 gerakan/jam) merupakan faktor yang paling berperan dengan SNB (OR suaian =3,749 ; 95 % CI 1,45-9,70) Kesimpulan dan saran : Prevalensi SNB di perusahaan ini sebesar 29,2 %. Gerakan berulang kategori tinggi berhubungan bermakna dengan SNB, sehingga perlu dilakukan rotasi kerja antara kedua bagian pekerja tersebut.
Workers in the production department of electronic factory have to work on conveyor line system which requires repetitive movement of upper arm with high frequencies for doing the job. Continuous repetitive movement will cause work related musculoskeletal disorder, one of them is Shoulder Pain Syndrome. This study was conducted to identify the association between Shoulder Pain Syndrome and other related factors. Methodology : The design of this study was cross sectional with comparison of two sites production department were production section and quality control section. The selected respondent were 106 workers from production section and 48 workers from quality control section. Data collection was conducted from Mach to June 2005. The data collection method used were guided interviews, observation and physical examination, including neurology test. Room temperature was obtained from secondary data. Results The prevalence of Shoulder Pain Syndrome was 29,2 % in the production department, 36,8 % in production section and 12,5 % from quality control section. Several risk factor were related to Shoulder Pain Syndrome such as job description, sport activity, reproduction status, upper arm > 45 degree and frequency of repetitive movement. The determinant variable showed significant relationship with Shoulder Pain Syndrome is the frequency of repetitive movement (OR =3,749 ; 95 % CI =1,45-9,70) Conclusion and Recommendation : Prevalence of Shoulder Pain Syndrome was found high among female electronic workers. It was concluded that high repetitive movement had a significant relationship with Shoulder Pain Syndrome, so that job rotation between these two sections is needed.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irawadi Darmaputra
Abstrak :
ABSTRAK
STK merupakan salah satu penyakit yang dilaporkan oleh badan statistik perburuhan di negara maju sebagai penyakit yang sering dijumpai di kalangan pekerja industri. Pada pekerja pemotong ikan di Muara Baru mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya STK karena gerakan memotong ikan yang memerlukan tenaga dan dilakukan secara berulang dan terus menerus.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gerakan berulang dan faktor-faktor lain (usia, posisi dan masa kerja) dengan timbulnya STK pada tenaga kerja informal pemotongan ikan di Tempat Pelelangan ikan Muara Baru.

Penelitian dilakukan bulan Juli- Agustus 2016 di Tempat pelelangan ikan Muara Baru di Jakarta dengan jumlah responden 76 orang. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisik neurologis dengan test phalen dan tinel, pengamatan gerakan berulang dan posisi menggunakan brief survey.

Berdasarkan hasil analisis penelitian dari 76 pekerja sebanyak 53 (69.7%) mengalami STK dan terdapat hubungan yang bermakna antara usia, gerakan repetitif dan posisi saat memotong. Pekerja dengan usia lebih dari 30 tahun berisiko 6.44 kali lebih besar untuk mengalami STK. Untuk gerakan repetitif, pekerja yang termasuk berisiko akan mengalami 8.89 kali lebih besar daripada pekerja yang tidak berisiko melakukan gerakan repetitive. Sedangkan untuk posisi, pekerja yang bekerja dengan posisi berisiko saat memotong akan meningkatkan resiko STK 22.97 kali . Untuk masa kerja berdasarkan hasil analisis tidak ada hubungan bermakna antara masa kerja dengan kejadian STK.
ABSTRACT
The Carpal Tunnel Syndrome is stated by labor institution reports in developed countries as a common health issue found among industrial worker. In Muara Baru, the fish cutters are part of the industrial worker highly at risk to the Carpal Tunnel Syndrome as a result of daily exposure to repetitive movements of cutting fish. This research is conducted to gain facts about The Carpal Tunnel Syndrome associations to repetitive movements and other relating factors (age, work position, and working period) and how it affects the fish cutter at Muara Baru Fish Auction. The research was conducted on Juli to August 2016 at the Muara Baru Fish Auction Jakarta with 76 subjects involved. The data was collected through questionnaire, a neurological physical tests that comprise of the Phalen and Tinel tests, and also observation to repetitive movements and position based on a brief survey. Based on analysis, it was discovered that of all 76 subjects, 53 subjects (69.7%) have the Carpal Tunnel Syndrome and relate to factors such as age, repetitive movements and position, while age above 30s are 6.44 times higher at risk. On the repetitive movement variable, high risk subjects have 8.89 times higher chance than those with lower risk due to the repetitive movements. Within the position variable, subjects with higher risk position are 22.97 times more likely to have the Carpal Tunnel Syndrome compared to the lower risk position. As for the period of times, there is no significant indication that relates the working period to the carpal Tunnel Syndrome.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deti Margayanti
Abstrak :
ABSTRAK
Kontraktor bangunan seringkali menghadapi proyek yang mencakup pertambahan unit dimana aktivitasnya berulang dari unit ke unit. Proyek ini membutuhkan suatu jadwal yang menjamin kontinuitas penggunaan sumber daya dari sebiah aktivitas dalam satu unit pekerjaan ke aktivitas yang sama dalam unit pekerjaan lain. Metode-metode penjadwalan yang telah dikembangkan kurang sesuai untukmenjamin hal ini terutama untuk proyek dengan ciri kegiatan berulang atau repetitive._Repetitive Scheduling Method (RSM) adalah salah satu metode penjadwalan yang diharapkan dapat menjamin kontinuitas kerja dan mempermudah pelaksanaan pengaturan durasi proyek secara keseluruhan.

Metode RSM ini memperkenalkan titik kontrol sebagai konsep baru untuk menempatkan secara berturut-turut garis-garis produksi yang mungkin memisah atau menyatu. Metode RSM juga memperkenalkan urutan pengontrolan dari aktivitas sebagai konsep baru untuk menentukan durasi proyek. RSM merupakan metode yang sesuai untuk proyek dengan ciri kegiatan berulang karena dapat memperlihatkan adanya aktivitas berulang tersebut dengan jelas. Penyajiannya yang hanya berdasarkan pada sumbu x dan sumbu y memungkinkan bagi semua orang untuk melakukan penjadwalan dengan menggunakan metode ini. Kontinuitas kerja antara aktivitas yang satu dengan yang lain dapat diketahui dengan adanya titik kontrol atau control point (cp) pada diagram RSM ini. Pengaturan durasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan proyek dapat dilakukan dengan mudah berdasarkan titik kontrol dan urutan pengontrolan dari aktivitas sebagai konsep baru untuk menentukan durasi proyek. Namun metode RSM tidak dapat digunakan pada proyek yang ciri aktivitasnya tidak berulang dan tidak dapat mengantisipasi bila terjadi keterlambatan dalam pengiriman material bangunan. Sehingga metode RSM ini perlu dikembangkan lebih lanjut.

Perencanaan dan penjadwalan struktur yang dilakukan berdasarkan data penjadwalan pada rumah susun Kemayoran dengan menggunakan RSM memperlihatkan dengan jelas adanya waktu tenggang dan tidak adanya kontinuitas kerja berkesinambungan. Durasi waktu yang direncanakan kurang sesuai dengan pelaksanaannya di lapangan. Adanya waktu tenggang dapat memperpanjang durasi penyelesaian pekerjaan-pekerjaan struktur pada bangunan rumah susun Kemayoran. Hasil usulan penjadwalan dengan metode RSM yang diperoleh berdasarkan data penjadwalan ulang proyek dengan metode RSM memperlihatkan adanya pengurangan durasi penyelesaian proyek. Hasil ini juga menunjukkan adanya kontinuitas kerja dan tidak adanya waktu tenggang yang berarti dapat mempercepat waktu penyelesaian pekerjaan struktur.
2001
S35415
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dickson Jingga
Abstrak :
Dengan hanya menggunakan kurva-s, kita tidak dapat memprediksi produktivitas pada suatu pekerjaan yang berulang maka dari itulah, diperlukan sebuah metode penjadwalan yang tepat yaitu learning curve. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah learning curve dapat digunakan secara akurat untuk memprediksi produktivitas kerja dari unit selanjutnya dengan mengaplikasikan prinsip tersebut kepada pengecoran kolom pada pembangunan proyek apartemen L.A City. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa teori learning curve ini tidak sesuai dengan kenyataan yang terdapat di lapangan. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi teori tersebut termasuk kondisi cuaca, kombinasi pekerja dan penundaan yang terjadi. ...... By simply using the s-curve, productivity on a repetitive work cannot be predicted, and because of that, a proper scheduling method like learning curve is required. The goal of this research is to determine whether the learning curve can be used to accurately predict the next unit of work productivity by applying those principles to the column casting in the development of L.A City. The result of this survey shows that this learning curve theory does not correspond to the reality in the field. Many factors that affect the theory including weather condition, crew members and delays.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54738
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlinda Muslim
Abstrak :
Operators, doing repetitive action tasks in a cycle, are very susceptible in s:&ring musculoskeletal disorder. Work Related Musculoskeletal Disorder is a Pain in muscle and tendon skeletal which felt by people whether it is a .symptom or serious condition. When all the element and the method of the repetitive action tasks in work system fit with ergonomic standard musculoskeletal disorders will be reduced and all the task can be performed effectively and efficient. Detergent packaging line in PT X consist of 7 work stations do not have any ergonomic standard of work, proven by the packers suffered musculoskeletal disorder. Company would like to identify the root of problem and solve it by using the right method appropriate to the repetitive action job. OCRA (occupotional Repetitive Action) method might be appropriate for reducing risk of ergonomics and musculoskeletal disorder at this repetitive action task line. This method found by Occhipinti and Colombini is a quantitative method to identify and reducing risk at repetitive action task specifically for upper limb. From identifying the previous condition. OCRA indexes are resulted 3. 77 for right upper limb (risk) and 3.32 for left upper limb (Tow risk). Then, by reducing the technical action and eliminating the awkward postures, the OCRA indexes repeatedly count. The result is 0. 72 for both upper limbs.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
JUTE-21-3-Sep2007-231
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Setyawan
Abstrak :
Carpal Tunnel Syndrome occurs when the median nerve, which runs from the forearm into the hand, suffers pressure or is squeezed in the wrist. The results may be pain, weakness, or numbness in the hand and wrist, radiating up to the arm. This study aimed to examine the risk factors i.e age, sex, work period and repetitive movements toward Carpal Tunnel Syndrome complaints among food-packing workers in Karanganyar. The study was conducted in October to December 2014 that used analytic observational design with cross sectional study. Samples were 50 of 67 food-packing workers in Jaten Karanganyar industrial area as taken by using simple random sampling technique. Data were analyzed using chi square and multivariate logistic regression. Results showed that age and sex had significant relation with Carpal Tunnel Syndrome and age was the most influential factor 24 times to increased risk of Carpal Tunnel Syndrome (p value = 0.057, Exp.  = 24.965).

Carpal Tunnel Syndrome terjadi ketika saraf median, yang membentang dari lengan bawah ke tangan, mengalami tekanan atau terpuntir di pergelangan tangan. Hasilnya mungkin sakit, kelemahan atau mati rasa di tangan dan pergelangan tangan, yang memancar ke lengan tangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor risiko usia, jenis kelamin, masa kerja dan gerakan repetitif terhadap keluhan Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja pengepakan makanan di Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2014 menggunakan desain observasional analitik dengan penelitian potong lintang. Sampel terdiri dari 50 orang dari total 67 pekerja pengepak makanan di kawasan industri Jaten Karanganyar yang diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Data penelitian diolah menggunakan uji kai kuadrat dan regresi logistik multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia dan jenis kelamin signifikan berhubungan dengan keluhan Carpal Tunnel Syndrome, dan usia merupakan faktor yang paling berpengaruh 24 kali lipat untuk meningkatkan risiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (nilai p = 0.057, Exp.  = 24.965).
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia, Faculty of Medicine, Occupational Safety and Health Department, 2017
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Mulyana Wijaya
Abstrak :
Dalam beberapa proyek konstruksi sering ditemui kegiatan identik yang berulang-ulang (repetitive), seperti dalam proyek pembangunan jalan babas hambatan, penanaman pipa saluran, gedung bertingkat banyak, dan lain-lain. Dari fenomena kegiatan ini menunjukkan kurva pengalaman (learning curve), dimana kegiatan berulang-ulang ini memberikan kontribusi terhadap proses pengembangan pengalaman dan pada gilirannya produktfitasnya akan naik. Apabila sekelompok tenaga kerja melakukan pengulangan kegiatan pekerjaan akan meningkatkan keterampilan pemakaian peralatan, pengetahuan metode kerja dan lebih mengenal lingkungan kerja, hal ini akan mengurangi waktu atau biaya per-cycle sesuai dengan meningkatnya jumlah cycle. Pengaruh proses pengembangan pengalaman terhadap produktifitas pada produksi industri manufaktur mempunyai perbedaan dimana faktor pengaruh yang mempengaruhi proses perubahan input ke output relatif simpel dimana lokasi pekerjaan tidak berpindah-pindah, pekerjaan kontinyu, pekerjaan didominasi oleh mesin-mesin, proses pengulangan jangka panjang. Sedangkan pada proyek konstruksi di lapangan, faktor pengaruh yang mempengaruhi proses perubahan input ke output relatif komplek dimana produktifias sangat bervariasi pada setiap proyek konstruksi yang erat hubungannya dengan durasi, intensitas, pengetahuan, kemampuan (skill), informasi, equipment, kondisi lingkungan dan iklim pada pekerjaan dilapangan. Penelitian ini memberikan gambaran bahwa pengulangan kegiatan konstruksi akan memberikan kontribusi terhadap proses pengembangan pengalaman tenaga kerja yang selanjutnya dapat dilihat pada Kurva Pengalaman. Hasil-hasil temuan penelitian ini adalah adanya pengaruh beberapa variabel pada proses pengembangan pengalaman terhadap produktifitas tenaga kerja pada pengulangan aktifitas konstruksi yang disajikan dalam bentuk model matematik, yang dapat dimanfaatkan sebagai alat manajemen yang sangat efektif, untuk memperkirakan dan pengendalian proyek. Hasil-hasil penelitian tersebut diperoleh dari 72 sampel yang dapat dikumpulkan dari salah satu kegiatan konstruksi dalam proyek pembangunan jalan tol Tangerang-Merak dan memenuhi persyaratan statistik, sampel tersebut diperoleh dari dokumen catatan harian (historical data) hasil produksi kerja gabungan dari 2 (dua) group yang waktunya bersamaan dalam melaksanakan perbaikan tanah lunak dengan metode Vertical Sand Drain yang merupakan aktifitas identik pada konstruksi yang berulang- ulang yang masih relatif jarang dalam proyek pembangunan jalan. Metode analisa yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisa multivariate. Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah, analisa korelasi dan analisa regresi berganda (multiple regression). Semua analisa tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan paket Software Statistical for Social Science Release 9.0 atau SPSS Release 9.0 for Windows 95.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T10157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lie T Merijanti S.
Abstrak :
Latar belakang : Pekerja bagian produksi di pabrik pengolahan daging ayam bekerja dengan sistim ban berjalan sehingga banyak melakukan gerakan repetitif tangan dan pergelangan tangan dalam menyelesaikan tugasnya. Gerakan repetitif tersebut bila dilakukan secara terus menerus dan dengan frekwensi yang tinggi dapat menyebabkan timbulnya Work Related Musculoskeletal Disorders / WMSD, di mana salah satunya adalah Sindrom Terowongan Karpal (STK) di kalangan pekerja. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui prevalensi serta faktor- faktor apa yang berhubungan dengan timbulnya STK. Metoda Penelitian : Desain studi adalah kros seksianal, dengan membandingkan prevalensi di dua unit kerja di bagian Slaughter House yaitu Cut up dan Evisceration. Perhitungan sampel menggunakan rumus beda dua proporsi. Populasi adalah pekerja wanita karena sebagian besar yang bekerja disini adalah wanita. Didapatkan sampel sebesar 107 orang dan bagian Cut up dan 45 orang dari bagian Evisceration. Pengumpulan data dilakukan antara bulan April sampai Mei 2004. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner, observasi dan pemeriksaan fisik,. termasuk tes provokatif. Suhu lingkungan kerja didapatkan dari data sekunder. Hasil penelitian : Didapatkan prevalensi STK sebesar 27 % (41/152) untuk seluruh bagian Slaughter House, dimana prevalensi di bagian Cut up 32,7 % (351107) dan Evisceration 13,3 % (6145). Dan analisis bivariat didapatkan faktor yang berhubungan dengan STK adalah IMT>25, unit kerja, gerakan fleksi > 45 derajat dan jumlah gerakan repetitif. Setelah dilakukan analisis multivariat ternyata hanya faktor jumlah gerakan repetitif tinggi (> 1200 gerakan 1 jam) (OR : 2,42; CI : 1,57 - 3,74) dan IMT (> 25) (OR :3,72 ; CI : 1,45 - 9, 53) yang berhubungan bermakna dengan STK . Kesimpulan dan saran : Prevalensi STK di perusahaan ini sebesar 27 %.Gerakan repetitif tinggi dan kegemukan berhubungan bermakna dengan STK, sehingga perlu dilakukan rotasi kerja antara kedua bagian pekerja tersebut.
The Association of Carpal Tunnel Syndrome with Repetitive Movement in the Wrist and Other Factors Among Female Workers in a Food Processing Factory of PT X Cikande.Scope : Workers of the production department in poultry processing factory have to work on conveyor line system which requires repetitive movement of the wrist with high frequencies for doing the job. Continuous repetitive movement will cause work related musculoskeletal disorders, where one of them is Carpal Tunnel Syndrome (CTS). This study was conducted to identify the association between CTS and other related factors. Methodology: The design of this study was cross sectional with comparison of high repetitive and low repetitive exposed group. The selected participants were 107 workers from cut up section and 45 workers from evisceration section. Data collection was conducted from April to May 2004. The data collection method used were guided interviews, observation and physical examination, including provocative tests. Room temperature was secondary data. Results : The prevalence of CTS were 27 % (41/152) in the Slaughters House department, 32,7 % (351107) in the Cut up section and 13,3 % (6/45) from Evisceration section. Bivariate analyses showed that several risk factors were related to CTS such as Body Mass Index (BM], work unit, flexion > 45 degree and the frequency of repetitive movement. After conducting multivariate analyses, only two variables showed significant relationship with CTS, the frequency of repetitive movement (OR=2,42, 95%CI=1,57-3,74) and overweight ( BMI>25) ( OR=3,72,95 %Cl= 1,45-9,53). Conclusion and Recommendation : Prevalence of CTS was found high among female poultry workers. It was concluded that high repetitive movement and overweight had a significant relationship with CTS, so that job rotation between these two sections is needed.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13667
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Grahita Teja Kurmawan
Abstrak :
ABSTRAK
Seiring dengan kemajuan sektor industri di masa sekarang ini membuat peran serta tenaga manusia juga akan meningkat pada sektor tersebut. Pada proses produksi di sektor industri itu sendiri masih banyak aktivitas menggunakan alat-alat manual yang harus melibatkan manusia dalam sistem pekerjaannya atau kita kenal dengan aktivitas manual handling. PT WGI merupakan industri pelumas yang salah satunya memproduksi berbagai macam jenis pelumas baik pelumas mesin automotif maupun mesin industri. Secara umum tahapan proses produksi pelumas meliputi penyiapan bahan material seperti galon untuk pelumas, pengisian, pengencangan tutup galon, pemberian label, serta pengepakkan atau pengemasan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tingkat risiko MSDs dan keluhan yang dialami oleh pekerja di bagian proses pengepakkan gallon departemen blending PT WGI serta melihat kontribusi dari karakteristik individu seperti umur, masa kerja, dan kebiasaan merokok, olahraga dan stretching. Penelitian ini menggunakan desain crossectional dengan waktu penelitian dilakukan selama 1 bulan. Instrument penelitian yang digunakan untuk melihat tingkat keluhan adalah NIOSH Lifting Equation (NLE), Assesment of Repetitive Task (ART), Rapid Upper Limb Assesment (RULA) Hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa masing-masing unit proses memiliki tingkat risiko ergonomi berbeda-beda. Perbedaan ini dikarenakan karakteristik proses kerja pada tiap unit berbeda. Untuk proses kerja dengan aktivitas mengangkat menggunakan kedua tangan secara bersamaan maka penilaian menggunakan NIOSH lifting equation (NLE) seperti aktivitas pada unit kerja gallon preparation 1 dan packaging. Sedangkan untuk aktivitas yang bersifat repetitive penilaian menggunakan Assessment of Repetitive Task (ART). Rata-rata pekerja dengan umur diatas 30, masa kerja diatas 5 tahun, memiliki kebiasaan merokok, dan tidak pernah olahraga secara teratur serta tidak melakukan aktivitas stretching mengalami keluhan MSDs lebih tinggi.
ABSTRACT
In a progress of the industrial sector in this time, it have made the role of human labor will also rise. At the process of production in the industrial sector itself still a lot of activity which is using manual tools that should involve humans in the system, we called it manual handling activities. PT WGI is one of industrial lubricant, which produces various types of automotive engine lubricants and industrial machinery. In general, the stages of the production process includes the preparation of lubricating material such as gallons of lubricant, filling, firming gallon cap, labeling, and packaging. This study aims to provide an overview of the level of risk of MSDs and complaints by workers in blending process department gallon packaging PT WGI and want to see the contribution of individual characteristics such as age, years of service, and smoking, exercise and stretching habits. This study used a cross-sectional design of the study was conducted during the period of 1 month. Research instrument used to look at the level of the NIOSH Lifting Equation is a complaint (NLE), Assessment of Repetitive Task (ART), Rapid Upper Limb Assessment (RULA). The results of this study is to show that each process unit has ergonomic risk levels vary. This difference is due to the characteristics of the work process is different in each unit. For the process of working with lifting activities using both hands simultaneously then use NIOSH lifting equation assessment (NLE) like activity in unit 1 gallon preparation and packaging. As for activities that are repetitive assessment using the Assessment of Repetitive Task (ART). The average worker with age above 30 years, over 5 years of service, has smoking habit, and never exercise regularly and do not perform stretching activities have complaints MSDs higher.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42290
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>