Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mutia Rahadanti
Abstrak :
Kurangnya hubungan sosial di dunia nyata dapat mendorong remaja untuk membangun kedekatan dengan sosok idola atau biasa disebut relasi parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu apakah kesepian berhubungan dengan kepemilikan relasi parasosial pada remaja penggemar K-pop. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan menyasar pada sampel remaja penggemar K-Pop (N=575) yang berkewarganegaraan Indonesia dan berusia 15-19 tahun. Analisis data dilakukan menggunakan teknik analisis Pearson Product Moment Correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepian tidak berhubungan dengan kepemilikan relasi parasosial pada remaja penggemar K-pop. Adapun implikasi dari penelitian ini adalah sebagai sumber pengetahuan dan sarana refleksi diri terkait kesepian dan kepemilikan relasi parasosial di usia remaja. ......Lack of social relations in the real world would encourage adolescence to build closeness with idol figures through parasocial relationships. This study aims to find out whether loneliness is related to having parasocial relationships in adolescent K-pop fans. This research was conducted using a quantitative method and targeted a sample of young K-Pop fans (N=575) who are Indonesian citizens aged 15-19. The Pearson Correlation analysis technique is used to do data analysis. This study shows that loneliness is not related to parasocial relationships in adolescent K-pop fans. However, this study could be used as a source of knowledge and self-reflection related to loneliness and ownership of parasocial relations in adolescence
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Safira Widiputri
Abstrak :
Korean Pop atau K-Pop yang merupakan genre musik asal Korea Selatan memiliki peminat yang cukup besar di Indonesia, terlebih di kalangan remaja. Penelitian ini hadir untuk mengkaji mengenai hubungan antara relasi parasosial dan peer attachment pada remaja yang masih sangat terbatas di Indonesia. Relasi parasosial tersebut diukur menggunakan Parasocial Interaction Scale, sedangkan peer attachment diukur menggunakan The Inventory of Peer and Parent Attachment. Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja berusia 15-19 tahun yang merupakan penggemar dari idola K-Pop, serta tinggal di Indonesia (N = 563). Penyebaran kuesioner dilakukan secara daring melalui Google Form. Data yang telah diperoleh tersebut dianalisis menggunakan Pearson Correlation. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan (r = 0.147, p < 0.01) antara relasi parasosial (M = 30.46, SD = 4.7) dan peer attachment (M = 67.4, SD = 8.12) pada remaja penggemar K-Pop di Indonesia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil penelitian mendukung hipotesis peneliti bahwa terdapat hubungan antara relasi parasosial dan peer attachment. Implikasi dari penelitian ini adalah melihat hubungan antara relasi parasosial dan peer attachment pada remaja. ......Korean Pop, or K-Pop, which is a music genre from South Korea, has a fairly large following in Indonesia, especially among teenagers. This study is present to examine the relationship between parasocial relationships and peer attachment in adolescents, who are still very limited in Indonesia. Parasocial relationships are measured using the Parasocial Interaction Scale, while peer attachment is measured using the Inventory of Peer and Parent Attachment. Participants in this study were teenagers aged 15–19 who are fans of K-Pop idols and also live in Indonesia (N = 563). The questionnaire was distributed online via Google Form. The data were analyzed using Pearson correlation. The results of this study indicate that there is a positive and significant relationship (r = 0.147, p 0.01) between parasocial relationships (M = 30.46, SD = 4.7) and peer attachment (M = 67.4, SD = 8.12) in adolescent K-Pop fans in Indonesia. The conclusion of this study is that the results support the hypothesis that there is a relationship between parasocial relationships and peer attachment. The implication of this study is to look at the relationship between parasocial relationships and peer attachment in adolescents.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrotul Mufidah Rahiyan
Abstrak :
Penggemar budaya industri K-Pop semakin banyak bermunculan dari berbagai kalangan, tidak terkecuali remaja. Fenomena terkini menunjukkan bahwa penggemar K-Pop memiliki well-being yang baik. Salah satu faktor yang memengaruhi well-being adalah self-eficacy. Self-eficacy individu dapat berbeda-beda pada setiap domain spesifik dalam kehidupan mereka, salah satunya domain sosial. Penelitian ini melihat hubungan antara social self-eficacy dan well-being menggunakan metode kuantitatif. Karakteristik partisipan penelitian ini adalah remaja berusia 15–19 tahun dan penggemar K-Pop (N = 579). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Self-Ef icacy Questionnaire for Children dan EPOCH Measure of Adolescents Well-Being. Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara social self-ef icacy dan well-being (r(579) = .523). Hubungan positif yang signifikan juga ditemukan antara social self-ef icacy dan engagement (r(579) = .184), perseverance (r(579) = .368), optimism (r(579) = .325), connectedness (r(579) = .428), serta happiness (r(579) = .432). Implikasi dari penelitian ini adalah remaja dan orang dewasa di sekitarnya perlu bekerja sama untuk berpartisipasi dalam membangun self-ef icacy pada diri remaja karena semakin baik tingkat self-ef icacy pada domain sosial, maka akan semakin baik pula well-being mereka, dan sebaliknya. ......Fans of the South Korean pop music industry’s culture are increasingly emerging from various backgrounds, including teenagers. Recent phenomena show that K-Pop fans have good well-being. One of the factors that influence well-being is self-efficacy. Individual self-efficacy can vary in each specific domain in their life. This study looks at the relationship between social self-efficacy and well-being using quantitative methods. The participants in this study were adolescents aged 15–19 years and K-Pop fans (N = 579). The instruments used in this study were the Self-Efficacy Questionnaire for Children and the EPOCH Measure of Adolescents Well-Being. The results of the Pearson correlation analysis show that there is a significant positive relationship between social self-efficacy and well-being (r(579) = .523). Significant positive relationship also found between social self-efficacy and engagement (r(579) = .184), perseverance (r(579) = .368), optimism (r(579) = .325), connectedness (r(579) = .428), also happiness (r(579) = .432). The implication of this research is that adolescents and adults around them need to work together to participate in building self-efficacy in adolescents because the better the level of social self-efficacy, the better their well-being will be, and vice versa.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library