Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alvin Steviro
Abstrak :
Isu kekristenan di komunitas Tionghoa-Indonesia telah banyak diteliti, akan tetapi jarang sekali ditemukan studi mengenai bagaimana budaya tinggi berpengaruh terhadap komunitas-komunitas Tionghoa-Indonesia Kristen. Tesis ini membahas konstruksi identitas Gereja Reformed Injili Indonesia GRII melalui artikulasi-artikulasi Ketionghoaan, Budaya Tinggi, dan Kekristenan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produksi dan konstruksi identitas kultural sebuah institusi agama di Jakarta serta memberikan perspektif alternatif terhadap konstruksi tersebut. Selain itu, sehubungan dengan pembahasan aspek budaya tinggi, penelitian ini juga diharapkan memberikan kontribusi dalam ranah Cultural Studies yang topiknya sering didominasi oleh budaya populer. Melalui metode participant observation serta analisis tekstual, tesis ini menggunakan doktrin Kalvinisme, konsep ketionghoaan, konsep budaya tinggi, teori religious economy, serta pikiran-pikiran Bourdieu dalam menganalisis diskursus diskursus yang bersirkulasi dalam GRII. Penelitian ini menemukan bahwa GRII mengonstruksi identitasnya melalui elemen-elemen ketionghoaan, budaya tinggi, dan kekristenan. Ketiga elemen ini saling berinteraksi dalam proses pembentukan identitas GRII. Artikulasi ketiga elemen ini, yang dilakukan secara selektif, juga diiringi kepingankepingan keindonesiaan, budaya populer, dan inklusivitas religius. Konstruksi identitas yang dilakukan tersebut pada akhirnya berpengaruh pada pemosisian diri gereja tersebut serta kapital kultural yang mereka miliki.
Christianity among Chinese-Indonesians is an issue that has been studied for numerous times. However, there have been few research on how high culture influences Christian Chinese-Indonesian communities. This thesis discusses Reformed Evangelical Church of Indonesia GRIIs construction of identity through articulations of Chineseness, High Culture, and Christianity. This research aims to analyze the production and construction of a Jakarta-based religious institutions cultural identity and to propose an alternative way of looking at the aforementioned identity construction. In addition, with the analyses on a particular articulation of high culture, this research also hopefully contributes to Cultural Studies academic discussions, which are usually dominated by the topic of popular culture. Through the methods of participant observation and textual analysis, this thesis applies doctrines of Calvinism, concepts of Chineseness, theories of high culture, the theory of religious economy, and Bourdieus thoughts in analyzing discourses which circulate within GRIIs identity construction. GRII is found to construct its identity through the elements of Chineseness, high culture, and Christianity. More specifically, the three elements interact one another during the churchs identity construction. Articulated selectively, the existence of the three elements are also followed by fragments of Indonesian-ness, pop culture, and religious inclusivity. Such construction of identity also affects the churchs positioning and cultural capital.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T54457
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruzaki Hamda
Abstrak :
Studi mengenai ukuran kondisi hidup telah banyak berkembang beberapa dekade ini. Social well-being menjadi ukuran dari kualitas hidup seseorang dalam konteks karakteristik sosial tempat tinggalnya. Studi terdahulu menyebutkan bahwa terdapat faktor struktural dan kultural yang mempengaruhi social well-being. Dengan menggunakan data-set Survey Kebahagiaan dan Kesejahteraan Tahun 2017 oleh Konsorsium Studi SWB, studi ini berupaya menjembatani gap kedua studi tersebut dengan menguji beberapa variabel independen sebagai determinan dari Social Well-Being yaitu stratifikasi, gender discrimination, dan religious capital. Kebaruan lain yang ditawarkan dalam studi ini adalah melihat perbedaan kondisi sosial well being berdasarkan generasi baby boomers, generasi X, Y, dan Z. Hasil studi ini menunjukkan bahwa dalam konteks DKI Jakarta religious capital merupakan variabel yang paling berpengaruh, diikuti dengan variabel gender discrimination. Sementara yang paling lemah pengaruhnya adalah variabel stratifikasi. Pengaruh variabel religious capital lebih kuat di generasi baby boomers dibanding generasi lainnya. Sementara dua variabel lainnya lebih kuat di generasi Z. ......The study of life measurement has been developed over the decades. Social well-being has become a measurement that quantifies people quality of life-based on the social character of their community. The previous study shows that structural and cultural factors affect social well-being. By using the International Comparative Surveys on Lifestyle and Values (ICSLV) data set provided by SWB Study Consortium, this study strives to connect the gap of that study with examining several independent variables as determinant factors of social well-being such as stratification, gender discrimination, and religious capital. Social well-being conditions in conceptual of generations as another novelty of this study. The findings show that religious capital affects social well-being more than the others and then followed by gender discrimination. Contrary to those conditions, stratification shows weak correlation. Religious capital more effects in Baby Boomers generation, and the others more effectively in Generation Z.
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library