Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Radhar Tribaskoro
Abstrak :
Pemberantasan korupsi telah menjadi harapan masyarakat sejak lama. Sayangnya sampai sekarang belum diketahui strategi paling efektif untuk memberantas korupsi. Strategi yang efektif adalah strategi yang mampu menghapuskan sebab-sebab korupsi. Masalahnya, belum ada kepastian tentang apa yang dianggap sebagai sebab-sebab korupsi. Satu pihak memandang korupsi disebabkan oleh lemahnya insititusi, sementara pihak lain mengatakan korupsi disebabkan oleh sistem dan budaya. Kedua pendekatan ini memberi petunjuk yang berbeda tentang strategi pemberantasan korupsi. Pendekatan institusional menekankan perlunya reformasi hukum dan birokrasi, sementara pendekatan kultural penghapusan kesenjangan ekonomi dan budaya feodal. Sejauh ini belum ada upaya ilmiah mempelajari kedua pendekatan. Tesis ini bermaksud mengisi celah kosong itu. Tesis ini akan menguji keabsahan kedua pendekatan itu dengan menggunakan metoda kuantitatif yang dibantu pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil pengujian menolak proposisi institusional dan, sebaliknya, mendukung pendekatan kultural. Temuan ini konsisten dengan pendapat Geertz (1959) dan Faith dan Castle (1970) yang menegaskan kuatnya pengaruh kultural terhadap perilaku politik masyarakat Indonesia. Tetapi yang agak mengejutkan, penelitian ini mengkonfrrnasi kecenderungan uncoupling atau terlepasnya hubungan rakyat dengan pemerintahnya. Semakin berbudaya seseorang justru semakin tidak mempercayai pemerintah. Richard Rose dalam penelitiannya di Rusia pasca-komunisme, juga memperoleh temuan serupa. Penindasan negara telah mendorong rakyat Rusia untuk membangun jaringan sosial justru untuk menentang keinginan negara. Rakyat Rusia memperkukuh ikatan sosialnya tetapi membatasi relevansinya hanya kepada kelompok primordial, gang, dsb. Suatu penelitian yang lebih luas dibutuhkan untuk mendapatkan kesimpulan definitif tentang hadirnya fenomena people-state uncoupling, sebagaimana disinyalir Rose, juga terjadi di Indonesia.
People of Indonesia have long been asking for corruption eradication. Unfortunately, we still don't know the right strategy to do it. The strategy will be effective if it can eliminate causes of corruption. The problem is there are still disputes concerning what can be said as causes of corruption. Some experts said that corruption is determined by institutional weaknesses, while some other depict corruption caused by system and culture. Those two approach send indicate different strategy to cope with corruption. Institusionalist assert immediate needs to reform law and bureaucracy, while culturalist propose a consistent fair courts, reducing wealth inequality and strengthening people's self-confidence. So far there are still no serious attempt to study those dillemma scientifically. This thesis tried to fill this gap. This thesis will test legitimation of those approaches using quantitative method and collecting data by questionnaire. The results reject institutional hipothesis and accept cultural hipothesys. This result meet consistently proposition by Geertz (1959) and Feith and Castle (1970) that Indonesian people were deeply influenced by its tradition and culture. But, surprisingly this research reveal society-state uncoupling, i.e. a phenomena when society disentangle their connection with government. This phenomena happened when more civilized a person (generous, humane, socially active, egalitarian) then more distrust him to the government. Richard Rose found similar phenomena when he studied Russian society post-communist. Long experience of abusive government officials drove Russian to build social networks just to defense them from more state exploitation. People's of Russia increase their bondings but limit it to relevant primordial groups or gangs. But more extensive research is needed if phenomena of people-state uncoupling should be concluded.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathalia Utamaning Nugrahani
Abstrak :
Terdapat beberapa perusahaan terkemuka di bidang barang konsumen fast moving, salah satu di antaranya adalah Coca-Cola System, yang telah berhasil mengembangkan daerah operasinya melewati batas-batas geografis, mempertahankan keberadaannya di pasar selama lebih dari satu abad dan sepertinya memiliki kemampuan untuk selalu meningkatkan volume penjualan dan keuntungan di tengah-tengah situasi konsumen dan pesaing yang selalu berubah dengan dinamis. Dari semua sumber daya yang memungkinkan, kumpulan pengetahuan daru Coca-Cola System memiliki kemampuan yang terbesar untuk menjadi sumber dari pembedaan yang berkelanjutan dan selanjutnya menjadi sumber competitive advantage. Oleh karena itu mengelola pengetahuan adalah salah satu senjata strategis yang dapat menciptakan competitive advantage, oleh karena itu menjadi amat penting untku semua organisasi untuk dapat mengelola pengetahuan yang dimiliki anggotanya dengan efektif.

Manajemen pengetahuan adalah sebuah proses dan tahapan terakhir dari manajemen pengetahuan adalah transfer pengetahuan. Karena transfer pengetahuan adalah manfaat langsung dari kapital sosial, dan kapital sosial adalah mekanisme tambahan untuk meningkatkan transfer pengetahuan baik di antara organisasi-organisasi maupun di dalam organisasi itu sendiri, oleh karena itu kapital sosial menjadi faktor pendahulu dari transfer pengetahuan di antara anggota organisasi. Kapital sosial memiliki tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu dimensi structural, kognitif, dan relasional. Tesis ini membahas mengenai dimensi relasional, yang meningkatkan kolaborasi dan membantu mengatasi perlawanan terhadap perubahan dalam organisasi. ......There are several prominent fast moving consumer goods companies, one of them is Coca-Cola System, which have been successfully expanding their operations over geographic boundaries, sustaining a market presence for more than a century time span and seemingly holding limitless sales volume and profit growth steadiness in the face of consumers and competitors’ dynamics. Of all possible resources, Coca-Cola System’s knowledge base has the greatest ability to serve as a source of sustainable differentiation and, hence, competitive advantage. Therefore managing knowledge is one of the most strategic weapons that can provide proprietary competitive advantage, it is very essential for any organization to manage knowledge effectively.

Knowledge management is a process and the final stage of knowledge management is knowledge transfer. Since knowledge transfer is a direct benefit of social capital, and social capital is an additional mechanism for enhancing knowledge transfer both within and between organizations, hence becomes the antecedents of knowledge transfer conduct between the employees of the organization. There are three interrelated dimensions of social capital; structural, cognitive, and relational dimensions. This thesis delves further into the relational dimension, which encourages collaboration and can help overcome resistance to organizational change.

Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library