Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Hengki B. Tompo
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Juniar Firma Kustia
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S5104
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ihsanul Kamil
Abstrak :
PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) merupakan lembaga bentukan pemerintah yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. PKK adalah salah satu lembaga pemerintah yang digunakan perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya. Dengan menggunakan analisis gender Longwe, studi ini bertujuan untuk mengukur partisipasi perempuan khususnya pengurus PKK pada kegiatan Dasa Wisma di Kelurahan Ulujami pada lima dimensi yaitu Kesejahteraan, Akses, Kesadaran, Partisipasi dan Kontrol. Selain itu studi ini juga melihat posisi laki-laki dalam program pemberdayaan perempuan pada kegiatan PKK. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan pengamatan secara langsung. Penelitian ini melibatkan para aktor yang memiliki peranan kunci dalam pengimplementasian program PKK di RW 004. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada aspek dari lima aspek yang bergerak secara positf, ini mengartikan bahwa partisipasi perempuan dalam kegiatan PKK di RW 004 memang belum berjalan optimal. Hal tersebut dikarenakan praktek-praktek budaya patriarki dijadikan sebuah hal yang normal yang berimplikasi terhadap sub-ordinasi perempuan serta mengukuhkan lakilaki pada posisi yang strategis ......PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) is an institution formed by the government which is intended to improve family welfare. PKK is one of the government institutions used by women to actualize themselves. Using Longwe's gender analysis, this study aims to measure women's participation, especially PKK administrators, in Dasa Wisma activities in the Ulujami subdistrict in five dimensions, namely Welfare, Access, Awareness, Participation and Control. In addition, this study also looks at the position of men in women's empowerment programs in PKK activities. Data collection methods used in this study were in-depth interviews and direct observation. This research involved actors who have a key role in implementing the PKK program in RW 004. The results of this study show that none of the five aspects are moving positively, this means that women's participation in PKK activities in RW 004 is not running optimally. This is because patriarchal cultural practices are made a normal thing which has implications for the sub-ordination of women and strengthens men in strategic positions.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditha Aziezah Setiyono
Abstrak :
Pada kondisi pandemi Covid-19 terjadi perubahan dalam kehidupan ekonomi sehari-hari. Dalam kondisi ini, perempuan dengan status menikah baik pasangan masih lengkap maupun sudah tidak ada menjadi pihak yang harus bekerja ekstra, termasuk saat suami sebagai 'income earner' mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), pengurangan pendapatan. Berbagai cara dilakukan perempuan untuk anak dan kelangsungan ekonomi keluarga, salah satunya dengan menjadi wirausaha dadakan daring. Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran makna bekerja bagi perempuan wirausaha dadakan daring dan relasi gender yang terjadi di masa pandemi ditinjau dari aspek peran publik, domestik dan kemasyarakatan. Metode penelitian yang digunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan jenis studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Ditemukan ada tiga kasus kategori perempuan wirausaha dadakan daring yaitu: Perempuan dengan status orang tua tunggal, perempuan dengan pekerjaan pasangan yang insecure dan perempuan yang memiliki kehidupan mapan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada kaitan antara makna bekerja sebagai wirausaha dadakan daring dengan relasi gender yang terbentuk pada peran publik, domestik dan kemasyarakatan selama pandemi yang bersifat kompleks karena dilatarbelakangi oleh pendidikan dan budaya dari masing-masing perempuan. ......During the Covid-19 pandemic, there have been changes in the daily economic life. In this condition, women with married status, either the partner who is still complete or no longer exist, become parties who must work extra, including when their husband as an 'income earner' experienced Termination of Employment (PHK), reduction in income. There are various ways that women do for children and the continuity of the family economy, one of which is by becoming an online impromptu entrepreneur. This study aims to provide an overview of the meaning of work for online impromptu entrepreneur women and gender relations that occur during the pandemic from the aspects of public, domestic and social roles. The research method used was descriptive qualitative research with the type of case study. Data was collected through in-depth interview, observation and documentation. It was found that there are three cases of the categories of online impromptu entrepreneur women, namely: Women with single parent status, women with insecure partner jobs and women who have established lives. The results of the study showed that there is a relation between the meaning of work as an online impromptu entrepreneur and gender relations which are formed in public, domestic and social roles during the pandemic that are complex due to the background of education and culture of each woman.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hiqma Nur Agustina
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji dua teks karya penulis diaspora laki-laki dan perempuan Afghanistan dengan judul A Thousand Splendid Suns karya Khaled Hosseini dan My Forbidden Face dan karya Latifa. Dua teks yang mengusung tema represi dan kekerasan ini dikaji dengan menggunakan teori naratologi dan fokalisasi Gerard Genette, konsep kelas sosial, represi, resistensi, relasi gender, serta feminisme Islam dan feminisme Poskolonial. Penelitian ini melihat kondisi perempuan Afghanistan di era 1978-2003 sebagai akibat dari konstruksi kelas dan gender yang dilatarbelakangi oleh kultur patriarki serta untuk mengungkap kekuasaan, dominasi, dan ketidaksetaraan gender dipraktikkan, direproduksi atau dilawan oleh teks. Diperbandingkan pula sejauh mana kedua penulis ini memiliki kesamaan atau perbedaan dalam mengungkapkan peran gender dan budaya patriarki dalam membentuk represi terhadap perempuan Afghanistan. Hasil penelitian adalah terdapat dua jenis fokalisasi dan narator dalam kedua teks, yaitu fokalisator ekstern dan heterodiegetic narator dalam ATSS dan fokalisator intern dan homodiegetic narator dalam MFF. Strategi naratif kedua penulis adalah berupa penggunaan kata, frasa, dan kalimat yang dengan tepat merefleksikan represi dan kekerasan pada tokoh-tokoh perempuan di dalam kedua teks. Kesamaan kedua penulis adalah keberpihakan mereka dalam melawan konstruksi sosial masyarakat Afghanistan yang sangat patriarkis sehingga muncul represi dan resistensi sebagai imbas dari ketidaksetaraan gender, perbedaan, dan stratifikasi kelas dan etnis, penafsiran terhadap tafsir atau hadis, dan penerapan aturan dari rezim Taliban. Namun, resistensi yang dihadirkan pada beberapa fokalisasi oleh fokalisator ekstern dan intern pada kedua teks juga memunculkan ambivalensi yang justru berpotensi mengukuhkan konsttuksi gender yang tidak menguntungkan perempuan.
This study examines two texts written by Afghan diaspora writers with the title A Thousand Splendid by Khaled Hosseini and My Forbidden face by Latifa. The two texts that raises the theme of repression and violence are examined by naratologi theory and focalization of Gerard Gennete, the concept of social class, repression, resistance, gender relations, Islamic and Postclonial feminism. This study is intended to explore the condition of Afghan women in the 1978-2003 era as a result of class and gender constructions based on patriarchal culture and reveal how power, dominance, and gender inequality are practiced, reproduced or opposed by the text. In addition, it is necessary to compare the extent to which these two authors have similarities or differences in expressing the role of gender and patriarchal culture in shaping the repression of Afghan women. The result of the research shows that there are two types of narrators in both texts, external focalisator type and heterodiegetic narrator in ATSS and internal focalisator and homodiegetic narator in MFF. The narrative strategies of the two authors are in the form of using words, phrases and sentences that accurately reflect repression and violence on female characters in both texts. The similarity of the two author is their position against the social construction of a highly patriarchal Afghan society, resulting ini repression and resistance as the impact of gender inequalities, class and ethnic distinction and stratification, interpretation of Hadiths, and the application of the rules of the Taliban regime. However, the resistance presented to some focalizations by external and internal focalizator in both texts raises ambivalence and has the potential to strengthen gender construction that does not benefit women.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
D2556
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amy Risky Aprillia
Abstrak :
Perkembangan zaman tidak memberikan banyak perubahan tentang konsepsi masyarakat mengenai seks dan gender. Laki-laki dan perempuan hanya dikelompokkan melalui karakteristik maskulin dan feminin. Konsepsi gender ini terus dilanggengkan melalui nilai-nilai budaya yang diwariskan secara turun temurun dalam masyarakat. Penelitian ini melihat bagaimana penggambaran karakter perempuan pada anime dapat dijadikan alat analisis sebagai cerminan dari masyarakat itu sendiri. Bukan hanya itu, anime juga dapat dijadikan sebagai media resistensi yang menunjukkan agensi penciptanya. Penelitian ini berfokus pada bagaimana Hayao Miyazaki sebagai salah seorang sutradara Studio Ghibli mengkonstruksikan karakter perempuan. Melalui konstruksi ini akan dapat dilihat pula bagaimana bentuk relasi, peran gender, dan agensi dari Hayao Miyazaki. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif: studi kasus dan studi kajian pustaka dengan mengaitkannya pada konsep-konsep antropologi terutama antropologi gender. Data diperoleh melalui ketiga filmnya yang berjudul Nausicaa of the Valley of the Wind, Princess Mononoke, dan Spirited Away. Hasil penelitian memperlihatkan bagaimana Miyazaki mengonstruksi karakter perempuan yang bertolak belakang dengan apa yang sering diperlihatkan dari produksi film lainnya. Miyazaki menciptakan karakter perempuan yang pemberani dan tangguh melalui kepemimpinan perempuan. ......The development of modern era doesn't change much of people's conceptions of sex and gender. Men and women are commonly characterized as masculine and feminine. This dichotomization is perpetuated by culture and its people through values that live in society. This research is conducted to see how the portrayal of female character in anime can be used as analytical tool that reflects society itself. Not only that, anime is also meant to be a perfect medium for resistance that expresses the existence of agency of its creators. This research will be focused on how Hayao Miyazaki as one of Studio Ghibli’s directors constructs the female characters. Through its portrayal, it will show the relation between gender, gender role, and agency of Hayao Miyazaki through his works. This research will be conducted with qualitative methods such as study case and literature study using key concepts of anthropology field, especially anthropology of gender. The data for this research is substantially acquired from Studio Ghibli works entitled Nausicaa of the Valley of the Wind, Princess Mononoke, and Spirited Away. According to the results, it is found how Miyazaki provides space for women empowerment. In contrast to other works of anime or manga, Miyazaki constructs, a rather uncanny kind of image, of how women should be; which makes her female characters become fearless and tough under women leadership.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
King Buana
Abstrak :
Skripsi ini membahas relasi gender yang terjadi di dalam rumah tangga perempuan yang berprofesi sebagai polisi wanita. Melalui metode wawancara mendalam saya berusaha menangkap segala hal yang terjadi di antara istri dan suami di dalam rumah saat mengambil keputusan, sehingga saya dapat mengatakan bahwa relasi gender di dalam rumah tangga para polwan yang menjadi subjek penelitian saya masih timpang. Status atau kedudukan polwan masih berada di bawah sang suami hal ini terlihat dari pemegang kendali power di dalam rumah tangga yang selalu dipegang oleh suami, sehingga tulisan ini akan menunjukkan bahwa relasi gender yang terjadi di dalam rumah tangga ternyata tidak sejajar. ...... This thesis discusses the gender relations in the household of women who work as police woman. Through in-depth interviews I tried to capture everything that happens in between wife and husband in the house when taking a decision, so I can say that gender relations in the household of the policewoman who is the subject of my research is still lame. Status or position of policewomen still be under the husband holder as seen from the control power in the household is always held by the husband, so that this paper will show that the gender relations in the household was not aligned.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Cahsya Ariefa
Abstrak :
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana individu dewasa muda yang pernah mengalami Adverse Childhood Experience memaknai hubungan romantis dengan memahami pengalaman masa kecil yang menyakitkan, pola asuh, dan proses sosialisasi gender yang dialami oleh masing-masing partisipan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe fenomenologi. Peneliti mewawancarai 4 partisipan perempuan dan 2 partisipan laki-laki di rentang usia 19-24 tahun. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa pengalaman masa kecil yang menyakitkan, pola asuh, dan proses sosialisasi gender yang dialami berpengaruh pada bagaimana partisipan memandang diri dan pasangan, konflik serta kekerasan dalam hubungan romantis, serta bagaimana mereka mendefinisikan hubungan romantis yang sehat. Pengaruh tersebut menghambat partisipan dalam membangun kompetensi romantis yang baik sehingga mempersulit partisipan untuk membangun hubungan romantis yang sehat. Kesulitan yang dialami partisipan berbeda-beda. Ada yang mengalami kesulitan untuk keluar dari hubungan romantis yang berkekerasan, ada partisipan yang memutuskan hubungan romantis karena takut untuk merasakan emosi positif, dan ada partisipan yang melakukan kekerasan kepada pasangan. Walaupun begitu, lebih dari separuhnya menunjukkan peningkatan kompetensi romantis, belajar dari pengalaman menjalin hubungan romantis sebelumnya...... This study aims to find out how young adults who have experienced Adverse Childhood Experience interpret romantic relationships by understanding painful childhood experiences, parenting patterns, and the process of gender socialization experienced by each participant. This study uses a qualitative method with a phenomenological type. Researcher interviewed 4 female participants and 2 male participants in the age range of 19-24 years. Based on the results of the analysis, it was found that painful childhood experiences, parenting, and the process of gender socialization experienced affect how participants view themselves and their partners, conflict, and violence in romantic relationships, and how they define healthy romantic relationships. This influence inhibits participants from building good romantic competence, making it difficult for them to build healthy romantic relationships. The difficulties experienced by the participants varied. There are those who have difficulty getting out of violent romantic relationships, there are participants who break off romantic relationships because they are afraid to feel positive emotions, and there are participants who commit violence to their partners. Even so, more than half showed increased romantic competence by learning from experiences in previous romantic relationships.
Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>