Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fasya Abimantrana
"ABSTRAK
Tugas Karya Akhir ini membahas proses-proses keberhasilan suatu Agenda Setting di Washington D.C. mengenai Legalisasi Mariyuana untuk keperluan rekreasional pada tahun 2015. Terdapat beberapa faktor yang meloloskan Agenda Setting Initiative 71 di Washington D.C. Faktor-faktor tersebut adalah peran dari kelompok kepentingan DCMJ , pemerintah, dan masyarakat. Tugas akhir ini berupaya menjelaskan bagaimana proses legalisasi Mariyuana di suatu negara bagian walaupun bertolak belakang dengan hukum yang ada di Amerika Serikat. Hasil dari penelitian ini menjelaskan adanya faktor-faktor dan aktor yang meloloskan Agenda Setting di Washington D.C. dengan studi kasus legalisasi Mariyuana untuk keperluan rekreasional, bisa diloloskan untuk masuk ke pemungutan suara secara langsung pada tahun 2015.

ABSTRACT
This thesis aims to discuss the process of successing the Agenda Setting in Washington D.C. regarding the legalization of Mariyuana spesifically for recreational purposes in the year of 2015. There were several factors that help to passed the Agenda Setting Initiative 71 in Washington D.C. Those factors were the role from pressure group DCMJ, government and civils. This thesis seeks to explain the process on legalizing Mariyuana in a state eventhough it rsquo s contrary to the law that applies in the United States of America. The result of this study explains how the factors have helped to pass the Agenda Setting regarding the legalization of Mariyuana in Washington D.C. and made it able to continue the next process directly which is the ballot initiative that also being held in 2015."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Raspati
"Latar Belakang. Masalah kesehatan yang kerap muncul pada olahraga berlari banyak disebabkan oleh dehidrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju keringat pelari rekreasional terlatih agar masalah kesehatatan terkait dehidrasi dapat dicegah. Metode. Penelitian eksperimental ini melibatkan 23 pelari rekreasional terlatih yang diminta untuk berlari selama satu jam pada pagi hari di ruang terbuka kota Jakarta. Berat badan subjek ditimbang sebelum dan setelah berlari. Selisih berat badan kemudian dikalkulasikan dengan volume asupan cairan selama latihan untuk memperoleh laju keringat. Hasil. Berdasarkan persentase kehilangan berat badan, 18 dari 23 subjek mengalami dehidrasi setelah berlari selama satu jam, dengan rata-rata mencapai 1.4 (1.4 ± 0,4) %. Selama latihan, rata-rata subjek minum sebanyak 311 mL. Rata-rata laju keringat yang dikeluarkan subjek mencapai 1.2 (1.2 ± 0,3) L/jam. Laju keringat memiliki korelasi positif dengan luas permukaan tubuh (r = 0,71, p < 0,01) dan juga indeks massa tubuh (r= 0,77, p < 0,01) subjek. Tidak ditemukan adanya korelasi signifikan antara laju keringat dengan intensitas dan riwayat latihan subjek. (p > 0,05) Kesimpulan. Tingginya laju keringat subjek masih belum diimbangi oleh asupan minum subjek, sehingga menyebabkan terjadinya dehidrasi. Untuk itu diperlukan edukasi mengenai strategi rehidrasi yang sesuai dengan kebutuhan individual untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan akibat dehidrasi

Background. Health problems that often appear in running are mostly caused by dehydration. This research aims to know the sweat rate of trained recreational runners so that health problems related to dehydration can be prevented. Method. This experimental study involved 23 trained recreational runners who were asked to run for one hour on the morning day in the open space of the city of Jakarta. Subject was weighed (with precision up to 0,1 kg) before and after running. Body weight that were loss during running is then calculated with the volume of fluid intake to get the sweat rate. Results. Based on the percentage of body weight loss, 18 out of 23 subjects were dehydrated after running for one hour, with the average reaches 1.4 (1.4 ± 0,4)%. During practice, the average subject drinks as much as 311 mL. The average sweat rate of the subject was 1.2 (1.2 ± 0,3) L / hour. Sweat rate has a positive correlation with body surface area (r = 0,71, p <0,01) and also body mass index (r = 0,77, p <0,01). There was no significant correlation found between the sweat rate and the exercise intensity nor training history of the subject. (p> 0,05) Conclusion. The high sweat rate of the subject was still not matched by their fluid intake, causing dehydration. Therefore education is needed regarding the rehydration strategy that suits the individual needs to prevent health problems related to dehydration."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59134
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadette Laura
"Latar Belakang. Lari menjadi aktivitas fisik yang semakin populer di kalangan masyarakat, namun memiliki risiko cedera, terutama cedera lutut yang mencapai 31% dari total cedera ekstremitas bawah. Dynamic Knee Valgus (DKV) adalah pergerakan lutut ke arah medial yang berlebihan, menunjukkan ketidakmampuan tubuh mempertahankan keselarasan lutut saat aktivitas weight bearing, dan dianggap sebagai faktor risiko cedera lutut. Studi ini mengeksplorasi hubungan antara DKV dan cedera lutut pada pelari rekreasional jarak jauh. Metode. Penelitian ini adalah studi desain potong lintang dengan menggunakan pemeriksaan single leg squat (SLS) untuk mengidentifikasi DKV, serta menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi karakteristik pelari dan riwayat cedera lutut terkait lari. Subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah pelari rekreasional usia 18-60 tahun yang berlari minimal 10 km/minggu dan pernah mengikuti kompetisi lari maksimal 21 km. Hasil. Penelitian ini tidak menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik antara DKV dengan cedera lutut terkait lari pada pelari rekreasional jarak jauh. Data dalam penelitian ini membuktikan terdapat lebih dari separuh pelari memiliki DKV. Kesimpulan. Hubungan DKV dengan cedera lutut terkait lari tidak terbukti dalam penelitian ini, namun banyaknya kejadian DKV pada pelari rekreasional perlu mendapat perhatian lebih lanjut, terutama dalam tatalaksana latihan kekuatan kelompok otot-otot pinggul secara rutin pada pelari.

Background. Running has become an increasingly popular physical activity, but it carries a risk of injury, particularly knee injuries, which account for 31% of all lower extremity injuries. Dynamic Knee Valgus (DKV) is an excessive medial movement of the knee, indicating the body's inability to maintain proper knee alignment during weight-bearing activities, and is considered a risk factor for knee injuries. This study explores the relationship between DKV and knee injuries in recreational long-distance runners.. Methods. This cross-sectional study used the single leg squat (SLS) test to identify DKV and questionnaires to gather information on runners' characteristics and history of running-related knee injuries. The subjects were recreational runners aged 18-60 years, running at least 10 km per week, and having participated in races up to 21 km. Results. The study found no statistically significant relationship between DKV and running-related knee injuries in recreational runners. However, more than half of the runners showed signs of DKV. Conclusion. The relationship between DKV and knee injuries was not confirmed in this study. Nonetheless, the high prevalence of DKV among recreational runners requires further attention, particularly in the regular strengthening of hip muscles."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library