Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fairuz
"Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana persamaan dan perbedaan diwujudkan dan unsur-unsur apa Baja dari kedua novel ini yang saling melengkapi. Novel yang diteliti adalah dua novel hasil kerjasama dua orang pengarang yang berjudul Reisei to Jounetsu no Aida Rosso dan Reisei to Jounetsu no Aida Blu (selanjutnya disebut RTJNA Rosso dan RTJNA Blu) Penelitian ini menggunakan teori struktural Todorov mengenai tiga aspek karya naratif, yaitu aspek sintaksis, semantik, verbal serta teori Viala tentang sekuen dan A.J Greimas tentang isotopi. Analisis sintaksis dilakukan dengan membagi-bagi teks menjadi sekuen, menyusun fungsi utama berdasarkan hubungan sebab akibat, dan membuat bagan fungsi utama tersebut.
Analisis semantik dilakukan dengan menganalisis tokoh baik secara fisik maupun mental dan melihat hubungannya dengan latar tempat dan latar waktu cerita. Sementara itu analisis verbal dilakukan untuk mendapatkan tema dengan mencari motif. Pencarian motif dilakukan dengan menemukan isvpi dan repetisi pada kedua novel serta menganalisisnya. Analisis sintaksis memperlihatkan beberapa persamaan dan perbedaan sekuen, fungsi utama, sekuen kilas batik serta peristiwa pemicunya yang menceritakan peristiwa yang sama. Beberapa peristiwa pada novel RTJNA Rosso ditemukan jawabannya pada novel RTJNA Blu.
Analisis semantik tokoh memperlihatkan tokoh utama pada masing-masing novel saling berhubungan dan kedua tokoh mempunyai latar belakang kehidupan yang hampir sama yaitu kikokushijo. Latar tempat yaitu Milan, Firenze, Tokyo dan New York memberikan pengaruh yang berbeda pada kedua tokoh. Sementara itu, latar waktu memperlihatkan bahwa kedua novel ini mempunyai waktu cerita yang sama, yaitu antara tahun 1997 sampai tahun 2000. Analisis verbal menemukan 3 motif yang sama yaitu motif waktu, alam, dan perasaan. Berdasarkan motif tersebut tema kedua novel adalah "Perasaan sedih dalam cakupan waktu". Analisis tiga aspek naratif Todorov memperlihatkan bahwa kedua novel ini saling melengkapi. Persamaan dan perbedaan yang ditemukan justru saling melengkapi. Dapat dikatakan novel RTJNA Rosso adalah separuh kisah dari kisah cinta kedua tokoh utama, yang separuhnya lagi terdapat pada novel RTJNA 131u. Kisah cinta tersebut lebih lengkap jika kita membaca kedua novel. Jawaban jawaban atas masalah-masalah yang terjadi pada novel RTJNA Rosso akan kita temukan pada novel RTJNA Blu. Bahkan akhir cinta ini pun kita temukan pada novel RTJNA Blu.

This research is aimed to show how similarities and differences occur and what elements are complementary. The research deals with two novels written by two writers entitled Reisei to Jounetsu no Aida Rosso dan Reisei to Jounetsu no Aida Blu (hereinafter abbreviated RTJNA Rosso dan RTJNA Blu). This research is conducted through the structuralism theory by Todorov about three narrative aspects: syntactic aspect, semantic aspect, verbal aspect, Viala theory about sequences, and Greimas on isotophy. Syntactic analysis is conducted by deviding texts into sequences, arranging main functions based caused-effect relationship and making diagrams.
Semantic analysis is done by analyzing characters through their physical and mental elements and their interconnection with the settings of place and time. Theme is obtained by verbal analysis while motive is found through isotophy and repetition. Syntactic analysis shows some similarities and differences in sequences, main function, flashback, and triggering events which tell similar events. The answers to some intriquing question in the RTJNA Rosso novel are found in the RTJNA Mu novel.
From semantic analysis of characters, it can be inferred that the characters are related to one another and have similar background in their lives: kikokushijo. The setting of place such as Milan, Firenze, and Tokyo gives different effects on the characters. In the maintime, the events in the two novels also occured between 1997 to 2000. From verbal analysis, three similar motive are found: time motive, nature motive, and emotional motive. Based on the motives, the theme of two novels is " Sadness in Times". The analysis of three narrative aspects shows that the two novels are complementary. It can inferred that RTJNA Rosso tells half of love story of the main characters and the other half is found in the RT.INA Blu. The love story becomes complete when we read the two novel as the answers to all intriquing question in the RTJNA Rosso and the ending of the love story will be found in the RTJNA Blu".
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T37269
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tabah Helmi
"Ketika Jepang memasuki kancah Perang Dunia II, mi_literisme Jepang memberikan dampak negatif pada segala as_pek kehidupan bangsa Jepang. Rakyat terpaksa mengalami de_presi dan penderitaan untuk mempertahankan eksistensi da_lam suasana yang kian tidak menentu. Kehancuran moralitas melanda dan memasuki sendi-sendi kejiwaan bangsa Jepang. Tidak terkecuali pada bidang politik maupun ekonomi, deka-densi moral telah merusakkan hubungan sosial, baik dalam skala yang kecil maupun yang besar. Dalam sambutan cetakan kedua pada buku karya Daisetsu Suzuki' 'Nihonteki Reiseit ( spiritualisme Jepang ] 1943-, Ia mengemukakan adanya tiga unsur yang memprakar_sai munculnya militerisme Jepang. Antara lain adalah :1. K1ik-klik dalam organisasi militer. 2. Birokrat-birokrat pemerintahan. 3. Konglomelasi perusahaan-perusahaan (Kapitalis Je pang/Gumbatsu - Zaib_atsu). Tiga unsur tersebut di atas dikatakan sebagai penyebab ke_bobrokan dalam tubuh pemerintahan Jepang.. Apa yang diba_ngun dengan hanya mengandalkan kekuatan fisik, tidak akan berlangsung lama, demikian dikemukakan oleh Suzuki. Seba_gai konsekuensi, kerusuhan dalam tubuh intern akan menjadi problema yang tidak dapat dihindari. Selanjutnya Suzuki juga menyalahkan peranan para ilmuwan yang berkecimpung mempelajari sejarah bangsa kuno. Dikatakan, bahwa mereka tidak menggunakan metode ilmiah dengan pendekatan filosofis maupun religius. Para ilmuwan tersebut berpandangan orthodok dan rigid, membendung seti_ap perlawanan baik berbentuk opini maupun kritik dengan kekuatan yang dimilikinya. Simbol kekuatan ini adalah mi_literisme, imperialisme dan fasisme. Menurut Suzuki, me_reka yang berpikiran dangkal, bodoh dan ekstrim, mengibar_kan bendera ideologi Shinto lalu meracuni dan mendoktrin rakyat, agar dapat diperbudaknya. Di bawah pengawasan yang ketat, hak-hak azasi rakyat dirampas begitu saja. Kokka Shinto (Shinto Negara) dan kesadaran yang primitif, dilestarikan sebagai pemersatu rakyat dalam membina status quo rejim penguasa. Pada pihak lain Shinto Negara ikutmenyembah nenek moyang yang telah berjasa dalam mene--ruskan sistem militerisme Jepang, ikut menyembah dewa-dewa yang tidak memiliki dasar pijakan agama tertentu, juga me_neruskan praktek-praktek pemujaan pada benda-benda berhala. Lama-kelamaan kekuatan politik atau negara memperalat dan menjadikan Shinto sebagai mediator untuk menekan rakyat Jepang. Anehnya, para penganut Buddha justru memejamkan ma_ta untuk tidak memperhatikan kenyataan itu. Mereka hanya berlindung di balik jubah para penguasa. Mereka berkom_promi dengan agama Negara yaitu Shinto. Hal ini terpaksa mereka lakukan agar dapat mempertahankan eksistensi agama Buddha di kepulauan Jepang. Seiring dengan naiknya pamor militerisme, mereka ikut merembuk memikirkan tentang fasisme, mitologi dewa matahari, Buddhisme di kalangan kekaisaran dan lain-lain. Dengan demikian mereka berusaha sekuat tenaga untuk mengambil simpati para penguasa. Suzuki Daisetsu yakin bahwa kekacauan yang melandaJepang itu disebabkan oleh kurangnya pendalaman kesadaranreisei (spiritualitas) bangsa Jepang. Ia merasa didesakuntuk menjawab tantangan itu dengan cara memperkenalkanidentitas asli Jepang, identitas keagamaan Jepang pada dunia luar. Dengan demikian Suzuki mengharapkan akan muncul nya manusia-manusia Jepang yang membangunkan kesadaran Raisei yang ada pada dirinya, lalu menyebarkan benih-benih dan internasionalisme yang terkandung dalam Reisei Jepang.Dalam karyanya 'Nihonteki Reisei' (1943), Suzuki Daisetsu mencoba menuangkan tenaga dan pikiran, untuk mewujudkan gagasannya itu di tengah-tengah berlangsungnya perang Dunia II. Ia adalah seorang pecinta damai yang gigih menentang setiap usaha perang, melalui tulisan kritis dan analitis. Dalam buku tersebut, ia mencoba meramalkan ke_kalahan perang pada pihak Jepang, yang ternyata perkiraan ini menjadi kenyataan setelah dua tahun kemudian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library