Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Guspiabri
Abstrak :
Salah satu satu ciri tingkat integrasi ekonomi regional yang mantap adalah terjadinya investasi lintas negara dalam satu kawasan yang lebih intensif dibandingkan dengan bagian dunia lainnya. Sejalan dengan perkembangan ekonominya, ASEAN-5 (Indonesia,Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand) bukan lagi hanya menjadi negara penerima FDI, tetapi juga telah muncul sebagai sumber/pemasok OFDI yang signifikan. Namun posisi tersebut kurang didayagunakan untuk kepentingan integrasi ekonomi kawasan. Investasi intra- ASEAN sebagai indikator adanya keterkaitan ekonomi yang kuat dalam ASEAN masih berada pada tingkat yang rendah dan OFDI ASEAN-5 lebih banyak keluar kawasan. Dinamika Asia Timur telah mengalihkan peluang untuk meningkatkan investasi intra-ASEAN melalui berbagai kerangka kerjasama ASEAN. Mengingat ASEAN adalah regionalisme yang berciri state-led, upaya meningkatkan performa investasi intra-ASEAN perlu ditempuh dengan memperbaiki perhatian pemerintah negara-negara ASEAN pada kegiatan OFDI masing-masing negara. The existence of economic regional cooperation framework depends on the ability to fulfill several criteria, include intra -region investment performance. Following it?s economic achievement, ASEAN-5 countries (Indonesia,Malaysia, Singapore, Thailand and Philipines), already hold the status as sources countries of FDI. Base on this condition, ASEAN actually have more oportunity to increased economic linkages among it?s members through intra-ASEAN investment activities. Unfortunately (Despite of it?s big prospect), the reality show that larger protion of OFDI from ASEAN-5 goes to outside region. The East Asia economic dynamism has diverting the direction of ASEAN-5 OFDI from regional cooperation framework. Considering the state-led regionalism character of ASEAN, the performance of intra-ASEAN investment depends on policy toward OFDI by individual ASEAN-5 government.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
T27556
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
The writer argues that ASEAN should drive the economic integration in East Asia Region in an evolutionary manner and by involving as many stakeholders as possible....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Japan - China - rok trilateral summit was convened last December 2008 in Japan , in responding to the negative effect of global financial crisis on Japan, China Rok's economy....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Gayatri Marisca Permata Sari
Abstrak :
Pembahasan mengenai fenomena integrasi regional di suatu kawasan jelas merupakan fenomena yang telah sejak lama dibahas dalam dinamika internasional. Namun kemudian fenomena ini menjadi semakin berkembang sejak disepakati bersama bahwa semakin integrasi regional memberikan banyak keuntungan bagi negara-negara, baik dari segi ekonomi dan politik. Salah satu proses integrasi regional yang menarik untuk dibahas yaitu proses integrasi di kawasan selatan Afrika di mana terdapat permasalahan tumpang tindih keanggotaan negara-negara dalam skema pengaturan integrasi regionald di selatan Afrika. Diperlukan adanya upaya rasionalisasi dari permasalahan tumpang tindihnya keanggotaan ini, agar integrasi regional yang terjadi dapat memberikan dampak positif bagi negara-negara anggota. Kesempatan untuk terjadinya rasionalisasi kemudian terbuka dengan adanya Economic Partnership Agreement antara Uni Eropa dan negara-negara ACP. Pernyataan ini dikeluarkan oleh Uni Eropa sendiri, dan didukung oleh beberapa peniliti yang menyatakan bahwa memang negosiasi EPA dapat menjadi momentum upaya rasionalisasi bagi tumpang tindih keanggotaan di Selatan Afrika. Dalam perkembangannya, EPA sebagai momentum bagi upaya rasionalisasi tidak lagi terlihat menjanjikan. Implikasi negosiasi EPA terhadap upaya rasionalisasi tersebut kemudian dipertanyakan seiring dengan tidak terlihatnya dampak positif dari negosiasi EPA terhadap upaya rasionalisasi integrasi regional di Selatan Afrika.
Abstract
The discussion about regional integration phenomenon ia a region has long been discussed in international dynamics. But then this phenomenon become increasingly developed since agreed that the regional integration offers many benefits for coutries, both in economic and politic. One of regional integration process that interesting to discuss is the process of regional integration in southern africa where there is problem of overlapping membership of countries in various schemes of regional integration arrangements in southern africa. There is a need of rationalisation effort so that the regional integration can provide a positive impact on member countries. Opportunities for rationalization effort comes from the Economic Partnership Agreement (EPA) negotiations process between European Union and African countries. This statement comes from European Union itself, and also from a lot of researchers that see EPA negotiations can be a momentum for the rationalization process for the overlapping membership problem in Southern Africa. In the process, EPA as a momentum for rationaliation process no longer looks promising. The implications of EPA negotiations towards the rationaliation efforts were then questioned as no sightings of the positive impact of EPA negotiations towards the rationalization of regional integration efforts in Southern Africa.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The 25 years of APEC shows a positive correlation between trade and economic growth. the strong correlation makes APEC seen as a future core of economic power and potential to be global leadership in development of international norm, rules, cooperation. international political economy concerns to how scare resources are allocated to different uses and distributed among individuals through process of decentralized market. it also refers to handling of issues related to cross national boundaries and relationships between 2 or more than two countries through a complex political process involving a country, bilateral relations between countries, international organizations, regional alliances, and global agreements. in globalization era, improving quality of human resources and sustainable growth is required. however, under pressure of the international competition, indonesia poses a number of new challenges, economics as well as political. the indonesian economic challenge is in investment in commercial infrastructure support greater connectivity. the new vision to be the world maritime axis has been promoted from president joko widodo. it is momentum for indonesia to take advantage from APEC global agenda to strengthen indonesia role in sustaining national, regional, and international economic growth through infrastructure development in maritime sector.
JPUPI 4:3 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Fachry Permana
Abstrak :
Regionalisme merupakan konsep yang berevolusi seiring dengan perkembangan studi dan dinamika Hubungan Internasional. Regionalisme acapkali diasosiasikan dengan integrasi dan kerja sama regional sehingga dalam perkembangannya, muncul istilah “konektivitas” sebagai turunan dari regionalisme. Melihat perkembangan ini, ASEAN memutuskan untuk mengadopsi konektivitas sebagai kerangka integrasi dan kerja sama regional. Uniknya, Konektivitas ASEAN didasari oleh mekanisme kerja sama sukarela yang difasilitasi oleh prinsip “ASEAN Way” dengan menghindari keterikatan politik yang kuat. Tulisan ini kemudian merupakan sebuah tinjauan pustaka yang memiliki tujuan untuk mengeksplorasi pembahasan Rancangan Konektivitas ASEAN sebagai instrumen integrasi dan kerja sama regional Asia Tenggara. Dengan menelaah 30 literatur akademik melalui metode taksonomi, penulis kemudian mengklasifikasikan literatur-literatur terpilih ke dalam dua tema utama, antara lain: (1) Konseptualisasi Konektivitas ASEAN; dan (2) Perkembangan Rancangan dan Implementasi Konektivitas ASEAN. Alhasil, tulisan ini menemukan bahwa Konektivitas ASEAN merupakan upaya kolektif yang perlu dijalankan melalui koordinasi tiga arah antara badan regional ASEAN, negara-negara anggota ASEAN, dan pihak eksternal yang terlibat. Upaya perwujudan Rancangan Konektivitas ASEAN pun dijumpai berbagai hambatan, yaitu keterbatasan kapasitas finansial dan teknologi, kesenjangan pembangunan antara negara-negara ASEAN, komitmen politik yang rendah, perbedaan persepsi dan potensi persaingan antarnegara, dan inefisiensi koordinasi badan regional pemantau Konektivitas ASEAN. ...... Regionalism is a concept that has evolved along with the development of the study and dynamics of International Relations. Regionalism is commonly associated with regional integration and cooperation. Therefore, the term “connectivity” appears as a derivative of regionalism. Against this background, ASEAN has adopted connectivity as a framework for regional integration and cooperation. Uniquely, the ASEAN Connectivity has implemented a voluntary cooperation mechanism facilitated by the “ASEAN Way” principle to avoid strong political ties among the institution. Accordingly, this paper constitutes a literature review which aims to explore the discussion of the Master Plan on ASEAN Connectivity as the instrument of Southeast Asia regional integration and cooperation. By examining 30 pieces of academic literature through the taxonomic method, the selected writings will be classified into two main themes: (1) The Conceptualization of the ASEAN Connectivity; and (2) The Development of the Master Plan of ASEAN Connectivity and its Implementation. As a result, this paper finds that ASEAN Connectivity is a collective effort that needs to be carried out through the three-way coordination between the ASEAN regional bodies, the ASEAN Member States, and external parties involved. However, the efforts to realize the Master Plan of ASEAN Connectivity have encountered various obstacles, specifically limited financial and technological capacity, development gaps between ASEAN Member States, low political commitment, differences in perceptions and the potential of competition between member states, and inefficiency in regional bodies monitoring the ASEAN Connectivity.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library