Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Rosma Rosmala Dewi
Abstrak :
ABSTRAK
Rumah Sakit Daerah (RSD) merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan bagi masyarakat, oleh karena itu keberadaannya perlu didukung dengan kelembagaan yang kuat dan tepat. Upaya memperbaiki kelembagaan RSD terus dilakukan salah satunya dengan mengubah kedudukannya sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibawah Dinas Kesehatan dari sebelumnya berkedudukan sebagai Lembaga Teknis Daerah (LTD). Namun demikian, layaknya perubahan yang terjadi pada setiap organisasi, perubahan ini mendapat pertentangan (resistensi) karena dinilai dapat mengganggu keotonomian rumah sakit serta membuat koordinasi antara dinas kesehatan dengan rumah sakit menjadi buruk. Melalui pendekatan post positivist, penelitian kualitatif yang dilakukan di RSUD Gunung Jati Cirebon ini berusaha untuk menganalisis bagaimana konsep kelembagaan RSUD Gunung Jati Cirebon setelah terjadi perubahan kedudukan menjadi UPT Dinas Kesehatan ditinjau dari aspek perspektif instrumental serta menganalisis kendala atau masalah yang dihadapi RSUD Gunung Jati Cirebon setelah terjadi perubahan kedudukan. Analisis dilakukan dengan membandingkan antara teori yang ada dengan informasi yang diperoleh di lapangan dengan didukung berbagai literatur baik dari buku, publikasi, laporan atau berita tentang perubahan organisasi khususnya organisasi publik . Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk desain organisasi yang dianggap paling sesuai untuk saat ini adalah sebagai entitas tersendiri dan bukan sebagai hubungan atasan-bawahan, serta kendala yang dihadapi setelah terjadi perubahan adalah koordinasi yang buruk antara dinas kesehatan dengan rumah sakit.
ABSTRACT
Regional Hospital (RSD) is the backbone of health services for the community, therefore its existence needs to be supported by strong and appropriate institutions. Efforts to improve the RSD institution continue to be carried out, one of which is by changing its position as a Technical Implementation Unit (UPT) under the Health Office from previously being a Regional Technical Institution (LTD). However, like the changes that occur in every organization, this change gets a conflict (resistance) because it is considered to be able to disturb the autonomy of the hospital and make coordination between the health office and the hospital worse. Through a post positivist approach, this qualitative research conducted at Gunung Jati Cirebon Hospital tried to analyze how the institutional concept of Gunung Jati Cirebon Hospital after a change of position became the UPT in terms of instrumental perspectives and to analyze the problems faced by hospital after change in position. Analysis is carried out by comparing existing theories with information obtained in the field supported by various literature both from books, publications, reports or news about organizational changes, especially public organizations. The results of the study show that the form of organizational design that is considered most appropriate for now is as a separate entity and not as a superior-subordinate relationship, and the obstacles faced after a change occur are poor coordination between the health office and the hospital.
2019
T54487
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Indra Gotama
Abstrak :
Rumah Sakit Pemerintah mengalami berbagai tantangan antara lain masalah keterbatasan penyediaan dana operasional. Sementara itu pendapatan yang diperoleh rumah sakit tidak dapat digunakan secara langsung sehingga menyebabkan pelayanan rumah sakit cakupannya rendah, kurang pemerataan dan kurang bermutu. Adanya Kebijaksanaan Unit Swadana memberikan otonomi bagi instansi Pemerintah untuk menggunakan langsung pendapatan fungsionalnya guna peningkatan dan kelancaran melayani kepentingan masyarakat. Dengan tujuan untuk mengetahui proses implementasi Kebijaksanaan Unit Swadana Berta dampaknya terhadap pelayanan rumah sakit, maka dilakukan penelitian evaluasi yang merupakan studi kasus di RSUD Tangerang. Implementasi Kebijaksanaan Unit Swadana di rumah sakit telah dilaksanakan secara bertahap melalui pendekatan legalistik, pendekatan edukatif, pendekatan ekonomi, pendekatan administratif dan telah memberikan dampak yang positif terhadap perbaikan kuantitas dan kualitas ketenagaan, perbaikan sarana, dan peningkatan pendanaan serta telah dapat meningkatkan cakupan, pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan. Oleh karena itu implementasi Kebijaksanaan Unit Swadana di rumah sakit perlu dilanjutkan dan diperluas secara selektif pada Rumah Sakit Pemerintah Daerah lainnya yang memiliki kondisi internal dan eksternal setara.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T 1997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Satriawan
Abstrak :
RSUD Pasar Rebo secara resmi menjadi RS Swadana daerah dengan PERDA DKI No.2 tahun 1996, dengan terlebih dahulu melakukan uji coba swadana selama 3 (tiga) tahun sejak 1992. Adanya dukungan dari pemilik (stake holder), yakni PEMDA DKI, ditambah pengalaman sebagai RS swadana, juga cost recovery rate (CRR) yang telah mencapai 85%, adalah hal yang mendorong rumah sakit menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Untuk menuju ke arah itu perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja rumah sakit. Departemen Kesehatan menetapkan bahwa terdapat 3 (tiga) indikator untuk menilai kinerja rumah sakit, yakni : kinerja operasional (40%), kinerja keuangan (20%) dan kinerja administrasi (40%). Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran tentang kinerja keuangan rumah sakit yang berasal dari laporan keuangan terdiri atas, neraca, rugi laba, dan arus kas (cash flows), rasio finansial, analisis Du Pont, dan Diskriminan Altman dalam 2 (dua) tahun (2001-2002) terakhir persiapan RSUD Pasar Rebo menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Hasil analisis kinerja keuangan RSUD Pasar Rebo didapatkan hasil sebagai berikut : pada neraca total aktia Iancar tahun 2002 turun lebih dan 30% nilai total aktiva lancar tahun 2001. Aktiva tetap tahun 2002 turun sebesar 18 % dibanding tahun 2001. Sedangkan kewajiban total tahun 2002 meningkat 4,5 kali dari total kewajiban tahun 2001. Modal RSUD tahun 2002 turun 30% dari tahun 2001. Pendapatan operasional tahun 2002 hanya naik 10% diikuti dengan beban operasional yang naik sampai 30%. Rasio likuiditas tahun 2001 besar lebih disebabkan oleh adanya dana pemerintah Rasio profitabilitas sama sekali tidak menunjukkan hasil yang baik. Solvabilitas RSUD tidak menunjukkan hasil yang baik. Diskriminan Altman menunjukkan tendensi bangkrut. Berdasarkan hasil penelitian ini dikertahui bahwa neraca menunjukkan tendensi menurunnya jumlah aktiva dan jumlah modal. Laporan rugi laba memperlihatkan defisit yang sangat besar, adapun rasio menampakkan kinerja yang tidak bagus sehingga karenanya ditinjau dari kinerja keuangan RSUD Pasar Rebo belum siap menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
The Analysis of Preparation Regional Hospital Pasar Rebo (RSUD Pasar Rebo) to be a Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) in 2003 through Financial PerspectiveWith Provincial Regulation (PERDA) DKI No.2 1996 RSUD Pasar Rebo formally named as swadana hospital, preparation for swadana begun since 1992. Based on experienced twelve years since 1992 and also support from stake holders PENIDA DKI, cost recovery 85 % RSUD Pasar Rebo prepared to be Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). The process for evaluating Pasar Rebo hospital, which was Indonesian Ministry of Health stated three indicators for evaluating hospital performances : operational indicator (40%), financial indicator (20%), and administration indicator (40%). The indicators evaluating system is one of instruments which is used to control hospital activities continuously, for knowing the progress in one period. Du Pont analysis, Altman Dyscriminan in the last two years (2001-2002) along with the preparation to be BUMD. The study result shows : balance sheet 2002, total current activa have decreased more than 30% compared with 2001. Fixed activa in 2002 have decreased 18% compared with 2001. Liabilities in 2002 increased 4,5 times than the year before. In 2002 assets decreased 30% than 2001. Operational income in 2002 increased 10%, in the other part, operational expenses in 2002 increased 30% than before. In 2001 liquidity ratios evaluation showed unclear result because of government funds. Profitabilities and solvabilities in 2001 and 2002 showed not good results. Altman discriminate showed bankrupt tendency three years forward. Return on investment (ROI) in Du Pont analysis showed lower return for both of years. Based on this study, it was known that balance sheet was not good and declined of activa and equity. Income statement shows deficit, ratios was still poor. Finally according financial perspective as one of the financial indicators, RSUD Pasar Rebo has not ready to be BUMD. References : 24 (1994-2003)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library