Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Maksum
Abstrak :
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kemungkinan penggunaan limbah biomassa dalam proses reduction roasting bijih besi nikel laterite Indonesia. Adapun motif di balik penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai tambah dari bijih besi kadar rendah dan mendapatkan bio-reduktor baru yang akan menjadi alternatif pengganti batu bara di masa depan. Dalam penelitian ini diteliti tiga limbah biomassa sebagai agen pereduksi bijih besi nikel laterite dari Sorowako, yaitu: ampas tebu dari kabupaten Cirebon, cangkang sawit dari Palangkaraya - Kalimantan Tengah, dan sekam padi dari Kerawang - Jawa Barat. Adapun metode yang digunakan adalah reduction roasting dengan variasi parameter temperatur, rasio massa, dan waktu reduksi. Selanjutnya dilakukan analisis berdasarkan pola difraksi hasil X-Ray Diffraction (XRD), X-Ray Fluorescence (XRF), dan Induced Couple Plasma Mass Spectroscopy (ICP-MS). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ampas tebu, cangkang sawit, dan sekam padi terbukti mampu digunakan sebagai agen pereduksi alternatif pengganti batu bara. Pada penelitian ini, ampas tebu hanya mampu menghasilkan fasa wustite dalam reduction roasting bijih besi nikel laterite, di mana hasil reduksi tertinggi diperoleh pada sampel dengan rasio massa 1:4 yang direduksi pada temperatur 1000°C selama 30 menit. Sementara itu, cangkang sawit mampu mereduksi bijih besi nikel laterite menjadi Fe metal, dimana parameter optimalnya adalah: rasio massa = 1:3, durasi waktu reduksi = 30 menit, dan temperatur reduksi 1000°C. Di samping itu, meskipun sekam padi hanya mampu mereduksi bijih besi sampai fasa magnetite (dimana hasil optimal diperoleh pada penambahan padi sebesar 20%), tetapi dari sekam padi berhasil diperoleh bio-silika amorf dengan tingkat kemurnian 99,99% dan specific surface area (luas permukaan spesifik) 192 m2/g.
In general, this study aims to explore the utilization of local biomass as renewable reducing agents in the reduction roasting of Indonesian nickel laterite iron ore. The motive behind this research is to increase the added value of low grade iron ore and to obtain reducing agents to substitute coal in the reduction process. In this study, the three of biomass which have potential to be used as reducing agents for coal substitutes in reducing nickel laterite iron ore from Sorowako, are: bagasse from Cirebon, palm shells from Palangkaraya - Central Kalimantan, and rice husk from Kerawang - Jawa Barat. The reduction method used is reduction roasting with various temperature, mass ratio, and reduction time. And the analysis is based on the diffraction pattern of X-Ray Diffraction (XRD), X-Ray Fluorescence (XRF), and Induced Couple Plasma Mass Spectroscopy (ICP-MS). The results obtained in this study indicate that bagasse, palm kernel shells, and rice husks have been proven to be able to be used as an alternative reducing agent for coal substitution. In this study, bagasse was only able to produce the wustite phase in the reduction roasting of nickel laterite iron ore, where the highest reduction results were obtained in samples with a mass ratio of 1: 4 which was reduced at a temperature of 1000°C for 30 minutes. Meanwhile, palm kernel shells could reduce nickel laterite iron ore to Fe metal, where the optimal parameters were: mass ratio = 1: 3, reduction time duration = 30 minutes, and reduction temperature = 1000°C. In addition, although rice husk was only able to reduce iron ore to magnetite phase (where optimal results are obtained by adding rice by 20%), but from rice husk it was successfully obtained amorphous bio-silica with a purity level of 99.99% and specific surface area 192 m2/g.
Depok: Universitas Indonesia, 2019
D2617
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Orlando Limouswan
Abstrak :
Grafin merupakan salah satu material strategis yang sedang dikembangkan karena morfologi dan sifatnya yang unik. Kelebihan grafin seperti konduktivitas listrik dan termal yang tinggi, luas area spesifik yang besar, serta sifat mekanik yang baik menjadikan grafin berpotensi besar untuk diaplikasikan di berbagai sektor. Namun grafin memiliki kelemahan, yakni proses sintesisnya yang relatif mahal dan berbahaya. Oleh karena itu, perlu dikembangkan metode sintesis yang lebih terjangkau dan ramah lingkungan. Dalam penelitian ini, oksidasi grafit menjadi grafin oksida (GO) dilakukan dengan menggunakan metode Hummers yang dioptimisasi dan reduksi grafin oksida menjadi grafin oksida tereduksi (RGO) dilakukan dengan menggunakan bio-reduktor kulit Apel Malang dan Jeruk Pontianak. Proses oksidasi menghasilkan GO menggunakan NaNO3 selama 4 dan 24 jam dibandingkan dengan proses oksidasi menggunakan H3PO4 selama 20 dan 24 jam. Sedangkan proses reduksi menghasilkan RGO dilakukan dengan variasi waktu reduksi 4, 6, 8, 18, dan 24 jam menggunakan variasi pelarut air dan etanol. GO yang dipreparasi menggunakan metode Hummers termodifikasi dilakukan karakterisasi SEM dan FTIR. Sementara, RGO yang direduksi menggunakan bio-reduktor dikarakterisasi dengan XRD, FTIR, UV-Vis, dan SEM. Metode Hummers termodifikasi menggunakan H3PO4 selama 24 jam berhasil dilakukan untuk memproduksi GO menyerupai yang dihasilkan metode Hummers konvensional sekaligus mengeliminasi gas-gas beracun. Berdasarkan hasil XRD, diperoleh bahwa reduksi menggunakan bio-reduktor dalam pelarut air lebih efisien dibandingkan dalam pelarut etanol. Waktu reduksi optimum berdasarkan hasil uji XRD, FTIR, dan UV-Vis adalah 8 jam menggunakan bio-reduktor kulit Apel Malang dan Jeruk Pontianak dalam pelarut air. RGO yang dihasilkan dengan waktu reduksi 8 jam tersusun atas 9 lapisan grafin per kristal dengan jarak antar lapisan grafin 3.47 Å dan ukuran kristalit 3.43 nm.
Graphene is one of the strategic materials being developed due to its unique morphology and properties. The graphene has many advantages such as high electrical and thermal conductivity, large specific area, and excellent mechanical properties, so that it offers huge potential for applications in various sectors. However, graphene has a weakness which is the synthesize process that is relatively expensive and dangerous. Therefore, it is necessary to develop a synthesize method that is more affordable and environmentally friendly. In this study, the oxidation of graphite to obtain graphene oxide (GO) was carried out using several optimized Hummers methods and the reduction of graphene oxide into reduced graphene oxide (RGO) was carried out using the bio-reducing agent of Malang Apples and Pontianak Oranges peel extract. A comparative study of the oxidation process using NaNO3 for 4 and 24 hours and the oxidation process using H3PO4 for 20 and 24 hours are discussed. Subsequently, the reduction process in order to obtain RGO was carried out with varied reduction times of 4, 6, 8, 18, and 24 hours using variations of water and ethanol solvents. The prepared GO was characterized by SEM and FTIR spectroscopy. Meanwhile, RGO was characterized by XRD, FTIR, UV-Vis, and SEM. The modified Hummers method using H3PO4 for 24 hours was successfully carried out to produce GO resembling that prepared by conventional Hummers methods as well as eliminating toxic gases. Based on the results of XRD, it was found that the reduction using bio-reducing agents in water solvents was more efficient than in ethanol solvents. Furthermore, the result showed that the optimum reduction time based on XRD, FTIR, and UV-Vis analyses is 8 hours using green reductant of Malang Apples and Pontianak Oranges in water solvents. RGO produced with a reduction time of 8 hours is composed of 9 layers of graphene per crystal with a distance between layers of 3.47 Å and crystallite size of 3.43 nm
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library