Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki Paramita Sakti
Abstrak :
Komplikasi perioperatif yang dapat terjadi pada pasien pembedahan tulang belakang adalah infeksi, perdarahan, kerusakan saraf dan masalah yang terkait dengan anestesi. Pemanjangan waktu pulih sadar adalah kejadian yang tidak diharapkan dalam anestesi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pulih sadar pada pasien pasca pembedahan tulang belakang. Desain penelitian prospektif kohort digunakan untuk meneliti faktor yang berpengaruh pada variabel independen (usia, suhu tubuh, IMT, status fisik pra anestesi (ASA), nilai MAP, jumlah produksi urin, jumlah perdarahan, lama pembedahan) terhadap variabel dependen waktu pulih sadar. Penelitian ini dilakukan pada 91 responden yang dilakukan prosedur pembedahan tulang belakang dengan general anestesi dan menggunakan obat reversal blokade neuromuskular. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi di ruang pembedahan. Analisa data menggunakan uji regresi linier berganda untuk mengetahui faktor yang paling dominan dari variabel tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen (ASA, perdarahan, suhu intra pembedahan) memberikan pengaruh sebesar 11,1% terhadap waktu pulih sadar dengan CI 95%. Variabel ASA memiliki nilai prediktor sebesar 60,53%, variabel perdarahan memiliki nilai prediktor sebesar 32,04%, dan variabel suhu intra pembedahan memiliki nilai prediktor sebesar 11,26% terhadap waktu pulih sadar pasien setelah dikontrol oleh variabel lain. Faktor yang paling berpengaruh terhadap waktu pulih sadar pasien pasca pembedahan tulang belakang adalah ASA, faktor perdarahan dan suhu tubuh pasien setelah dikontrol oleh faktor lain ......Perioperative complications in spinal surgery are infection, bleeding, nerve damage and problems related to anesthesia. Prolonged recovery time is an unexpected event in anaesthesia. This study aimed to analyze the factors that affect the recovery time in patients after spinal surgery. Cohort prospective study design was used to examine the factors that influence the independent variables (age, body temperature, BMI, pre-anesthesia physical status (ASA), MAP value, amount of urine production, amount of bleeding, duration of surgery) on the dependent variable recovery time. The total of respondents was 91 people who underwent spinal surgery procedures with general anesthesia and used neuromuscular blockade reversal drugs. The data were collecting by observing the respondents in the operating room. Data analysis used multiple linear regression to determine the most dominant factor of these variables. The results showed that the independent variables (ASA, bleeding, intraoperative temperature) had an effect of 11.1% on time to recover with a 95% CI, the ASA variable had a predictor value of 60.53%, the bleeding variable had a predictor value of 32, 04%, and the intraoperative temperature variable has a predictor value of 11.26% on the patient's recovery time after being controlled by other variables. The most influence factor of patient's recovery time after spinal surgery are ASA, bleeding factors and the patient's body temperature after being controlled by other factors
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idha Rakhmawati
Abstrak :
ABSTRAK
Terjadinya failure pada saat pengiriman data menyebabkan berbagai kerugian dalam layanan jaringan internet, salah satunya adalah packet loss. Walaupun jaringan internet saat ini sudah cukup reliable, namun belum dapat mengatasi permasalahan tersebut karena masih memiliki beberapa keterbatasan. Pada penelitian ini dikembangkan sebuah mekanisme recovery time untuk mengatasi failure yang terjadi pada jaringan yang berbasis openflow yaitu dengan menggunakan algoritma shortest path yang lebih optimal pada proses pencarian jalur dalam suatu controller. Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan algoritma shortest path Dijkstra memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan penggunaan algoritma shortest path Floyd-Warshall, diantaranya recovery time untuk mengatasi failure dengan algoritma Dijkstra 97% lebih unggul dibandingkan dengan algoritma Floyd-Warshall. Pada percobaan proses unduh file, algoritma Dijkstra membutuhkan waktu recovery 0.48 detik lebih cepat dibandingkan dengan algoritma Floyd-Warshall. Sedangkan pada proses streaming video, algoritma Dijkstra lebih reliable dibandingkan dengan algoritma Floyd-Warshall.
ABSTRACT
The occurrence of failure at the time of data transmission causes various losses in the internet network services, one of which is packet loss. Although the Internet is now quite reliable, but have not been able to overcome these problems because it still has some limitations. In this study developed a mechanism to overcome the failure recovery time that occurs in OpenFlow-based networks by using the shortest path algorithm in finding the optimal path in a controller. Based on the experiments result, concluded that the use of Dijkstra's shortest path algorithm has several advantages compared to Floyd-Warshall shortest path algorithm, such as recovery time with the Dijkstra?s algorithm 97% better than Floyd-Warshall algorithm when failure occured. When the file download, recovery time with Dijkstra's algorithm takes 0.48 seconds faster than Floyd-Warshall algorithm. While in the process of streaming video, Dijkstra's algorithm is more reliable than the Floyd-Warshall algorithm.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Ayu Ary Antari
Abstrak :
Pasien gagal ginjal terminal dengan hemodialisis seringkali melaporkan mengalami pemanjangan waktu pemulihan pascahemodialisis yang berdampak pada rendahnya kualitas hidup pasien. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu pemulihan pascahemodialisis. Rancangan yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian yaitu 185 pasien hemodialisis di RSUP Sanglah Denpasar yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama waktu pemulihan pascahemodialisis adalah 578,41 402,27 menit. Jadwal hemodialisis p=0,029 , penyakit penyerta p = 0,046 , jumlah komplikasi akut p = 0,0001 dan depresi p = 0,004 ditemukan berhubungan signifikan dengan waktu pemulihan pascahemodialisis. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa jumlah komplikasi akut selama hemodialisis merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan waktu pemulihan pascahemodialisis =0,747. Kesimpulannya adalah jenis kelamin, lingkar lengan atas, jadwal hemodialisis, kadar sodium dialisat, intradialytic weight loss, penyakit penyerta dan jumlah komplikasi akut secara bersama-sama memiliki hubungan bermakna dengan waktu pemulihan pascahemodialisis. ...... End stage renal disease undergoing hemodialysis patient often reported a prolonged post hemodialysis recovery time which related to the patient rsquo s low quality of life. This study aimed to identify the factors related to post hemodialysis recovery time. This study used descriptive correlation design with cross sectional method. The samples of the study were 185 hemodialysis patients at Sanglah Central Hospital, Denpasar, recruited by consecutive sampling technique. The result of the study showed that the mean of recovery time was 578.41 402.27 minute. Hemodialysis schedule p 0.029 , comorbid diseases p 0.046, the number of acute complication p 0.0001 and depression p 0.004 were significantly related to post hemodialysis recovery time. The result of multivariate analysis showed that the number of acute complication during hemodialysis was the most dominant factor related to recovery time 0.747. As the conclusion, gender, upper arm circumference, hemodialysis schedule, sodium dialysate concentration, intradialytic weight loss, comorbid diseases, and the number of acute complication altogether shared significant correlation with post hemodialysis recovery time.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasyatillah
Abstrak :
Praktik kerja profesi apoteker di PT Enseval Putera Megatrading Tbk Cabang Bekasi bertujuan untuk mengetahui dan memastikan suhu penyimpanan produk rantai dingin pada container chiller selalu konsisten pada rentang suhu yang dipersyaratkan yaitu suhu 2 – 8°C dengan studi buka dan tutup pintu serta studi holding time & recovery time. Metode pelaksanaan mengenai kualifikasi kinerja container chiller yaitu dengan studi studi buka dan tutup pintu serta studi holding time & recovery time. Hasil pada studi buka dan tutup pintu yang dilakukan pada container chiller, rentang suhu yang diperoleh yaitu 3.2 – 6.9°C. Sedangkan hasil yang diperoleh pada studi holding time dan recovery time memiliki waktu holding time yang panjang dan waktu recovery time yang cepat. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa container chiller memiliki kualitas yang baik dan konsisten. ...... The professional pharmacist practice at PT Enseval Putera Megatrading Tbk Bekasi Branch aims to ensure and verify the storage temperature consistency of cold chain products in the chiller container within the required temperature range of 2 – 8°C. This includes studying door opening and closing patterns, as well as conducting holding time and recovery time studies. The method used to qualify the performance of the chiller container involves studying door opening and closing patterns, as well as holding time and recovery time. Results from the door opening and closing study indicate a temperature range of 3.2 – 6.9°C within the chiller container. Additionally, findings from the holding time and recovery time studies show a long holding time and rapid recovery time. Based on these results, it can be concluded that the chiller container maintains good and consistent quality, ensuring the integrity of cold chain product storage.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Kurniawan
Abstrak :
Pendahuluan: Laparoskopi memiliki risiko intraoperatif dan pascaoperasi, termasuk instabilitas hemodinamik dan nyeri pascaoperasi. Anestesi umum sering digunakan untuk operasi ini, namun teknik ini tidak menekan peningkatan resistensi vaskular sistemik selama laparoskopi sehingga fluktuasi hemodinamik tetap terjadi. Sayatan dinding abdomen dan regangan peritoneum selama operasi juga menyebabkan nyeri somatis dan viseral yang dirasakan pascaoperasi. Penambahan blok TAP pada operasi laparoskopi belum memuaskan disamping memerlukan instrumen tambahan serta bergantung pada kemampuan operator. Anestesi spinal dapat menguntungkan karena dapat menetralkan peningkatan SVR dan menghambat nyeri selama operasi, namun penggunaannya dikaitkan dengan mobilisasi yang tertunda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kombinasi anestesi umum dan anestesi spinal lebih baik dalam menjaga perubahan hemodinamik intraoperatif, nyeri pascaoperasi, dan waktu pulih dibandingkan anestesi umum dan blok TAP. Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar tunggal pada 40 pasien yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok S (spinal) dilakukan anestesi spinal menggunakan bupivacaine 10 mg + morfin 50 mcg intratekal disusul anestesi umum. Kelompok T (blok TAP) dilakukan anestesi anestesi umum disusul blok TAP dengan bupivacaine 0.25% 20 ml pada kedua sisi abdomen. Perubahan tekanan darah dan nadi, NRS pascaoperasi 3 jam dan 6 jam, waktu untuk mencapai Bromage 0, serta kejadian nyeri bahu dan mual muntah pascaoperasi dicatat. Hasil: Pada kelompok S terdapat perubahan tekanan darah sistolik yang signifikan dibandingkan dengan kelompok T setelah 15 menit insuflasi (-9,35(±19,69) vs 7,65(±16,34), p<0,05). Tidak ada perbedaan nyeri pascaoperasi dan waktu pulih pada kedua kelompok. Kesimpulan: Kombinasi anestesi umum dan anestesi spinal lebih baik dalam menurunkan tekanan darah sistolik, namun tidak berbeda dalam nyeri pascaoperasi, dan waktu pulih dibandingkan kombinasi anestesi umum dan blok TAP. ......Introduction: Laparoscopy is associated with intraoperative and postoperative risks, including hemodynamic instability and postoperative pain. Although general anesthesia is often used for this procedure, hemodynamic fluctuations still occur because this technique does not suppress the increase in systemic vascular resistance during laparoscopy. Incisions in the abdominal wall and stretching of the peritoneum during surgery can also cause somatic and visceral pain after surgery. Adding TAP block to laparoscopic surgery is not satisfactory, apart from requiring additional instruments and depending on the operator’s abilities. Spinal anesthesia may be beneficial as it can counteract the increase in SVR and suppress pain during surgery, but its use is associated with delayed mobilization. The purpose of this study is to determine whether the combination of general and spinal anesthesia is superior in maintaining intraoperative hemodynamic changes, postoperative pain, and recovery time compared to general anesthesia and TAP blockade. Methods: This study is a single-blind, randomized clinical trial with 41 patients divided into two groups. Group S (spinal) received spinal anesthesia with 10 mg bupivacaine + 50 μg morphine administered intrathecally, followed by general anesthesia. Group T (TAP block) received general anesthesia followed by TAP block with 20 ml of 0.25% bupivacaine on each side of the abdomen. Intraoperative blood pressure and heart rate changes, NRS at 3 and 6 hours postoperatively, time to reach bromage 0, and occurrence of postoperative shoulder pain and nausea and vomiting were recorded. Results: In group S there was a significant change in systolic blood pressure compared to group T after 15 minutes of insufflation (-9,35(±19,69) vs 7,65(±16,34), p<0,05). There was no difference in postoperative pain and recovery time in the two groups. Conclusion: The combination of general anesthesia and spinal anesthesia is better in reducing systolic blood pressure, but does not differ in postoperative pain and recovery time compared to the combination of general anesthesia and TAP block.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library