Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anna Aurelia
Abstrak :
ABSTRAK
Rumah Sakit X merupakan salah satu rumah sakit kelas C di Jakarta Selatan yang mengalami lonjakan pasien sejak diberlakukannya rujukan berjenjang oleh BPJS. Pasien Acute Coronary Syndrome merupakan pasien dengan kegawatdaruratan medis yang membutuhkan penanganan intensif di ICU. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis biaya pelayanan pasien ACS dengan rawat inap di RS X pada tahun 2015 menggunakan metode Activity Based Costing. Hasil penelitian menyatakan bahwa biaya satuan untuk menyelenggarakan pelayanan pasien ACS dengan rawat inap di RS X pada tahun 2015 adalah Rp 6.083.444,-. Diperoleh hasil analisis Cost Recovery Rate untuk pasien umum adalah 227.98 % dan pasien BPJS adalah 71.38 %. Disarankan agar Rumah Sakit X mengembangkan clinical pathway untuk penyakit ACS sebagai panduan tindakan dan hari rawat pasien, dan merekrut dokter tetap untuk pengendalian biaya operasional
ABSTRACT
increased number of patients since the BPJS has implemented the referral system. Acute Coronary Syndrome patient is a patient with a medical emergency require intensive treatment in the ICU. The purpose of this study was to analyze the cost for hospitalized ACS patients at X Hospital in 2015. The study revealed that the unit cost of hospitalized ACS patients at X Hospital in 2015 was Rp 6.083.444,-. The Cost Recovery Rate for patients with fee-for-service was 227.98% and for BPJS patient was 71.38%. This study suggested the hospital to develop clinical pathway for ACS guidance, as well as recruiting full time doctors.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emmelia Kristina
Abstrak :
RSIA "X" Jakara adaiah mmah sakit dengan fasilitas pelayanan NICU (Neonatal Intensive Care Unit) sejak awal tahun 2007, dimana kunjungau yang terus meningkat. Namun sebagian besar pasien merupakan golongan mayamkat miskin. Rumah sakit ini belum pemah menghitung tingkat pemulihan biaya ruang NICU, padahal memiliki rencana ekspansi kapasitas yang telah ditentukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan tingkat pemulihan biaya ruang NICU dengan menggunakan CPAP dan Ventilator dengan demikian dapat diketahui bcsar subsidi rumah sakit, Pcngumpulan data dilakukan dengan cara kuantitatif dengan mencatat data keuangan tahun 2007 - 2008 dan secara kualitatif melalui wawancara mendalam. Hasil menunjukkan ruang NICU di RSIA "X" Jakarta perawatan dcngan CRR alat CPAP tahun 2007 sebesar 37% sehingga mendapatkan subsidi sebcsar 63% dan tahun 2008 CRRnya 68% sehingga menerima subsidi sebesar 32%. Prediksi subsidi pada tahun 2009 adalah 32% - 49% . Perawatan dengan ventilator CRR nya pada tahun 2007 sebesar 22% sehingga menerima subsidi sehesar 88% dan tahun 2008 CRR nya 53% schingga menerima subsidi sebesar 47%. Prediksi subsidi pada tahun 2009 adalah 33%- 45%. Di sarankan kepada pihak rumah sakit agar mempcrtimbangkan apakah subsidi yang akan diberikan pada tahun mendatang dapat mendukung misi dari rumah sakit dalam pelayanan masyarakat miskin. ......RSIA "X" Jakarta is a hospital which equipped with Neonatal intensive Care Unit since 2007. Most of the patients are poor people .This hospital has never been calculate the cost recovery rate of NICU programme but they have planned some strategies to increase the utilization of NICU's. The purpose of this research is to know the cost recovery rate in NICU room; for both CPAP & ventilator, in order to estimate subsidy has been contributed to the patient. This is a case study research in RSIA "X" Jakarta,using two methods. The quatitative approach was done by using secondary data employed and the qrmlitative approach was done by interviewing informants. The result shows that Cost Recovery Rate (CRR)NICU by using CPAP was 37% in 2007 accepting subsidy 37%, in 2008 (IRR was 68%.lr so predicted the subsidy will continue growing to 32% - 49% for CPAP treatment in 2009. CRR ofthe NICU by using ventilator in 2007 was 22% and in 2008 the CRR was 53% and accepting subsidy 47%. It is predicted thai the subsidy wiil reach 33%- 45% in 2009. Its is recommended to use this result to consider whether the subsidy for the coming years will be accepted, in line with hospitaI's mission to senfe the poor.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T34282
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Chaerani
Abstrak :
Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya perubahan lingkungan rumah sakit di Indonesia yaitu globalisasi dan desentralisasi. Kebijakan desentralisai mempengaruhi kebijakan kesehatan termasuk rumah sakit di daerah terutama menyangkut pembiayaan. Selama ini masalah pembiayan tergantung pada kebijakan pemerintah pusat saat ini beralih menjadi kewenangan pemerintah daerah dan tergantung kepada sumber dana yang tersedia di daerah padahal dana yang tersedia terbatas. Hal ini menyebabkan rumah sakit dituntut meningkatkan kemampuannya untuk mendapatkan sumber pembiayaan baik dari pemerintah maupun non pemerintah atau masyarakat. Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Ajjappannge Soppeng sebagai rumah sakit daerah pada tahun 2002 telah mencapai cakupan pelayanan cukup tinggi dengan BOR 70%. Namun pendapatan dari retribusi pelayanan masih rendah. Hal ini disebabkan tarif pelayanan masih rendah juga belum dihitung berdasarkan biaya satuan dan analisa biaya. Maka untuk meningkatkan pendapatan unit rawat inap dari retribusi perlu melakukan analisis tarif rawat inap untuk mobilisasi dana dari masyarakat melalui penyesuaian pola tarif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tarif rawat inap yang ditetapkan berdasarkan biaya satuan pada masing-masing kelas perawatan di RSUA Soppeng. Termasuk didalamnya untuk mengetahui total biaya, cost recovery rate (CRR), kebijakan maupun kemampuan membayar dari masyarakat sebagai dasar penetapan tarif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan analisis biaya rawat inap menggunakan metode simple distribution di RSUA Soppeng tahun anggaran 2001. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tarif yang belaku pada kelas I, II dan III kecuali VIP berdasarkan Perda Kabupaten Soppeng no 4 tahun 1998 masih di bawah. biaya satuan aktual sebesar Rp 51.696,- demikian pula biaya satuan normatif sebesar Rp 34.975,31. Hasil pada simulasi tarif dapat meningkatkan CRR dari 25 % manjadi 44,7 %, terjadi peningkatan mobilisasi dana untuk menutupi sebagian biaya pelayanan unit rawat inap di Rumah Sakit Ajjappannge Soppeng. Peneliti menyarankan untuk dilakukan penyesuaian tarif pelayanan rawat inap yang dibuat berdasarkan biaya satuan, tingkat pemulihan biaya, kebijakan dan kemampuan membayar masyarakat.
Analysis of Inpatient Tariff at General Hospital of Ajjappannge Soppeng, South Sulawesi, 2001. This research was initiated due to environmental change in the hospital setting in Indonesia that is globalization and decentralization. Decentralization policy affects health care and hospital policies at district government, especially on the issue of financing. Under previous mechanism, the central government subsidized directly to the district hospitals. After the implementation of autonomy, financing of district hospitals has shifted to the local government through Dana Alokasi Umum (DAU) whereas that financing source is limited. As a consequence, has to improve their capability to seek for additional of financing both from government and public sector. Utilization rate of inpatient care units of General Hospital of Ajjappannge Soppeng South Sulawesi was quite high which showed in 2000 where Bed Occupancy Rate (BOR) indicate 70 %, although the revenue from retribution inpatient care units was still low. One potential cause is due to low tariff that is set by the local government; this tariff is not based on the unit cost analysis. Resource mobilization should be explore from both public and government sector. One of the attempts is to adjust tariff that is base on unit cost. The research aim to estimate inpatient tariff that state base on unit cost in each class ward at inpatient care units at General Hospital of Ajjappannge Soppeng. Include the analysis to estimate total cost, cost recovery rate (CRR), tariff policy, and community ability to pay (ATP) as the basis in the deciding the tariff. This is a case study; using cost analysis of in patient ward with simple distribution method at General Hospital of Ajjappannge Soppeng used the year of budget 2001. The result of this study showed that the tariff of inpatient care in each class (The 151, 2nd and 3rd class except VIP class) ward by Perda Kabupaten Soppeng No 4 Tahun 1998 is lower than units cost services, Actual Unit Cost is Rp 51.696; and Normative Unit Cost is Rp 34.975,31. The tariff pattern on simulation of inpatient care, would improvement CRR from 25,5 % to 44,7 %, it means that resource mobilization may increase financing in the inpatient unit. Finally the researcher suggests the inpatient care tariff which stated base on unit cost, cost recovery, policy and ability to pay.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 10655
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanyan Rusyandi
Abstrak :
Hanya rumah sakit yang menawarkan harga terjangkau dengan pelayanan bermutu yang akan menjadi pilihan masyarakat. Terlepas dari tujuan rumah sakit yang mencari untung atau rumah sakit sosial yang tidak mencari untung, perhitungan tarif yang tepat mutlak sebagai suatu keharusan. Alasannya tingkat pemulihan biaya, efisiensi dan mutu adalah andalan utama agar rumah sakit dapat bertahan. Ketiga hal tersebut hanya bisa diwujudkan apabila rumah sakit mengetahui berapa pendapatannya dan berapa biaya yang ia keluarkan. Penelitian ini dirancang dengan studi potong lintang melalui pengumpulan deret data berkala selama 3 tahun untuk mengetahui gambaran tingkat pemulihan biaya rawat inap. Hipotesis diuji untuk membuktikan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat pemulihan biaya rawat inap dan faktor apa yang dominan berhubungan dengan tingkat pemulihan biaya rawat Inap. Analisis data dengan metoda penghitungan koefisien korelasi dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pemulihan biaya rawat Inap, sedangkan faktor dominan dicari melalui pendekatan persamaan garis sederhana. Hasil penelitian menunjukkan gambaran tingkat pemulihan biaya rawat inap mengalami kenaikan selama periode 2001-2003, walaupun berbeda untuk masing-masing kelas perawatan. Harapan terjadinya subsidi silang belum dapat dibuktikan ini terbukti dengan lebih rendahnya tingkat pemulihan biaya di kelas utama dibanding kelas 3. Faktor yang berhubungan berbeda untuk masing-masing kelas perawatan, sehingga memerlukan tindak lanjut yang tepat agar pemulihan biaya dapat diperbaiki. Secara umum rata-rata tingkat hunian, jumlah tempat tidur, kapasitas dan lama hari rawat berhubungan dengan tingkat pemulihan biaya. Tak kalah penting variabel kebijakan tarif dan SOTK RS juga berhubungan dengan tingkat pemulihan biaya walaupun tidak disetiap kelas perawatan. Penelitian ini menyarankan pengaturan kapasitas dan jumlah tempat tidur yang saat ini berlangsung ternyata telah memberikan dampak terhadap tingkat pemulihan biaya. Ini perlu dilanjutkan dengan penemuan formula yang tepat melalui penerapan hasil penelitian serta penambahan data untuk 5 (lima) tahun. Daftar Bacaan : 44 (1990-2004)
Factors Related to Cost Recovery Rate of In-Hospital Care in R. Syamsudin Hospital Sukabumi Year 2001-2003Only hospital that offers affordable price with quality service that will be selected by people. Despite its profit or social orientation, appropriate pricing is a must. Cost recovery rate, efficiency, and quality are major components for a hospital to be survived. Those aspects could only be implemented if the hospital knows exactly its income and expenditure. This study was designed as cross sectional study and data was collected retrospectively in three years period aimed at describing the cost recovery rate of in-hospital care. Hypotheses were tested to examine which factor was related to in-hospital cost recovery rate and what was the most dominant factor. Data was analyzed with coefficient correlation calculation method to understand the relationship and simple linear modeling to find the most dominant factor. The study results show that there was an increase in in-hospital cost recovery rate during the period of 2001-2003, even though differences were found for different classes of care. Cross subsidy was not found as expected since the cost recovery rate of first class was lower than that of third class. Factors related to the rate were different for different classes and thus needed appropriate follow-up action as to improve the rate. In general, occupancy rate, bed numbers, capacity, and length of care were related to cost recovery rate. Other important factors were tariff policy and hospital SOTK, though they were not related to cost recovery rate in all classes. It is recommended to sustain the existing regulation on capacity and number of bed which was proven to impart positive impact to cost recovery rate. This is to be continued with finding appropriate formula through research and with supplementing data for five years. References: 44 (1990-2004).
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13060
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardiah
Abstrak :
Penelitian bertujuan melihat perbedaan cost recovery rate (CRR) tarif INA CBG’s dan tarif rumah sakit kasus CAD dengan PCI di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan cost of treatment berbasis clinical pathways pada severity level I nilai CRR RS berada diatas CRR tarif INA CBGs, pada severity level II dan III nilai CRR RS lebih rendah dari CRR tarif INA CBGs pada utilisasi stent 1 dan 2. Tarif INA CBGs tidak memperhitungkan jumlah stent dalam setiap tindakan PCI. Perlu evaluasi metode penghitungan tarif INA CBGs dari hospital base rate ke metode perhitungan cost of treatment berdasarkan clinical pathway, sehingga biaya operasional RS dapat dipenuhi dan tetap mampu berikan pelayanan yang bermutu. ...... This study aims to see how the difference between the cost recovery rate (CRR) hospital rates and INA CBG's rates in case of CAD with PCI at Hospital Dr. Mohammad Hoesin Palembang.The results showed the cost of treatment based on clinical pathways are at the severity level I value of CRR Hospital rates above the CRR CBGs INA rates, whereas the severity level II and III of CRR Hospital rate more lower than CRR INA CBGs rates for the utility stent is less than 2. This is due to CBGs INA rate do not take into account the magnitude of the stent in every act of PCI performed in patients with CAD. Based on the research necessary to evaluate teh methode of calculating INA CBGs ratesfrom hospital base rate methode to Cost of treatment based on clinical pathway in order to create a balance so that the operational cost of service rates hospitals can be met and still be able to provide good quality services.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43481
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Nuryatin
Abstrak :
ABSTRAK
Sejak tahun 2011, pemerintah telah menjamin layanan pengobatan bagi penderita thalassemia. Pengobatan suportif yang didukung oleh BPJS berupa transfusi darah dan obat khusus (kelasi besi) namun rumah sakit belum memiliki informasi akurat mengenai biaya riil. Penelitian yang dilakukan di RS Anna Medika Bekasi ini menggunakan metode ABC (Activity Based Costing) di mana aktivitas diperoleh dari sampel 20 pasien thalassemia dewasa dengan rawat inap serta 20 pasien thalassemia anak-anak dengan rawat inap. Hasil studi menunjukkan bahwa biaya satuan pelayanan pasien thalassemia dewasa dengan rawat inap adalah Rp. 8.559.433 dan Rp. 6.411.485 pasien thalassemia anak-anak dengan rawat inap per episode. Pemicu biaya adalah biaya operasional (61%) dan tingkat pemulihan biaya (cost recovery rate) adalah 108%.
ABSTRACT
Since 2011, the government covered all treatment for thalassemia patients. BPJS provide a supportive treatment including blood transfusion and chelating iron medicine, but the hospital donot have accurate informationa on the real cost. This research done in Anna Medika Hospital was using Activity Based Costing approach, activity on inpatient care of the patients was captured from sampled of 20 adults and 20 children patients treated at the hospital. The study revealed that unit cost per episode was Rp. 8.559.433 for adult thalassemia patient and Rp. 6.411.485 for the thalassemia children patient with inpatient care. Cost driver was operational cost (60%). Cost recovery rate was 108%.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Machfuddin
Abstrak :
Dampak krisis ekonomi mempunyai pengaruh besar terhadap pelayanan kesehatan gigi. Sebagian besar peralatan, obat dan bahan kedokteran gigi adalah import dengan harga yang meningkat ketika di sisi lain daya beli masyarakat berkurang. Bilamana pelayanan kesehatan gigi ingin tetap bertahan, maka diperlukan suatu pengendalian biaya agar pendapatan yang diperoleh dapat menutupi total biaya yang dikeluarkan. Poli Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso adalah salah satu bagian yang memberikan pendapatan terbanyak, tetapi penerimaan subsidi dari pemerintah masih tetap berjalan. Untuk mengetahui keadaan tersebut diperlukan suatu analisis terhadap kinerja keuangan. Penelitian merupakan kajian studi kasus dengan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk mendapatkan gambaran biaya total, biaya standar dan pendapatan di Rumah Sakit Dr. Soedarso Pontianak, tahun 2000 dengan menggunakan metode analisa double distribution, selanjutnya dilakukan perbandingan antara total biaya, total biaya pelayanan standar dengan total pendapatan saat ini. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran tentang kinerja keuangan berdasarkan tingkat pemulihan biaya pelayanan di Poli gigi dan mulut RSUD Dr. Soedarso, Pontianak Kalimantan Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total pembiayaan yang dikeluarkan cukup tinggi di mana obat dan bahan medis habis pakai (58,49 %) merupakan komponen pengeluaran terbesar, sedangkan total pendapatan atau biaya pelayanan saat ini lebih kecil dari biaya pengeluaran atau dengan kata lain tingkat pemulihannya <100 % (CRR 1 = 72,40 %) tetapi bila dibandingkan dengan biaya pelayanan standar total pendapatan sudah dapat menutupi (CRR 2 = 115,44%). Berdasarkan jenis tindakan tingkat pemulihannya >100 % seperti odontectomy (144 %), namun demikian sebagian besar tindakan pelayanan tingkat pemulihan (CRR 1 dan CRR. 2) < 100 % kondisi tersebut dikarenakan tarif yang sebenarnya yang berlaku ini untuk sebagian besar tindakan lebih kecil dari biaya standar. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja keuangan saat ini mengalami defisit disebabkan karena total pendapatan lebih kecil dari biaya total di mana obat dan bahan habis pakai merupakan bagian pengeluaran terbesar dan tarif yang berlaku lebih rendah dari biaya pelayanan standar. Penelitian ini menyarankan bahwa untuk mengurangi total pembiayaan perlu dilakukan efisiensi penggunaan obat dan bahan material serta tarif yang disesuaikan supaya Poli Gigi RSUD Dr. Soedarso memperoleh keuntungan.
Financial Performance Analysis Based On Cost Recovery Rate (CRR) of Dental Health Clinic of Doctor Soedarso Regional Public Hospital (RSUD) in Pontianak, 2000 The impacts of monetary crisis giving a big to affect dental health services. Most equipments, materials and medicines are imported, while the price is increasingly expensive, on the other hand the people purchasing power is decreasing. If dental health services maintain its survival, it must drive to the cost, in other than the cost revenue to cover the total cost. Dental Health Clinic of RSUD Dr. Soedarso as one of clinic which given biggest cost of revenue, now that still receive subsidy from the government. To know, it has needed analysis of financial performance. This research is a case study with a quantitative and qualitative approach by using descriptive analysis method to obtain description of cost in dental clinic of RSUD Dr. Soedarso Pontianak related to total cost, standard cost, cost of services up to now, cost of standard services and revenue by using double distribution analysis method. The results of this research is indicated that total cost using is highly which material and medicine (58, 49 %) is a bigger component for out of cost, but total revenue or cost of services up to now less than out of cost or recovery level <100 % (CRR 1 = 72, 40 %), but when it compared with the standard cost, The total revenue has covered cost of services (CRR 2 = 115, 44 %). Based on kind in action of services recovery level >100 % like odontectomy (CRR 1 = 144 %), light curing filling (CRR 1 = 142 %), nevertheless it is bigger part level recovery (CRR 1 and CRR 2) less than cost standard and revenue. The research concluded that financial performance at Dental Health Clinic at RSUD Dr. Soedarso to obtain deficit, because total revenue less than total cost where out of medicine and materials cost is a bigger part and tariff less than standard cost. The research recommended that it is decrease of total cost have to inefficiency using medicines and materials and to adjust on of tariff in other than it giving surplus.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4458
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Sudiarto
Abstrak :
Penentuan tarif Laboratorium Kesehatan Kabupaten Sintang dewasa ini tidak menggunakan perhitungan biaya satuan melainkan berdasarkan harga bahan reagens dan disesuaikan dengan tarif laboratorium lain. Hal itu mengakibatkan tarif yang berlaku tidak sesuai dengan biaya satuan. Produk pemeriksaan laboratorium kcsehatan adalah beragam schingga perhitungan biaya setiap jenis pemeriksaan bervariasi karcna pcmakaian bahan pengainbil spesimen, alat laboratorium, bahan reagens dan waklu pemeriksaan berbeda-beda. Penelitian ini adalah anal isis biaya yang hertujuan untuk mendapatkan garnharan hiaya total, biaya satuan dan alternatif penentuan tarif yang mempertimbangkan biaya satuan, tarif pesaing, subsidi, Cost Recovery Rate, dan ATP/WTP jenis pemeriksaan Laboratorium Kesehatan Kabupaten Sintang. Metoda analisis biaya yang digunakan adalah Activity Based Costing pada semua jenis pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Kabupaten Sintang pada tahun 2005. Analisis biaya dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap pra-analitik, tahap analitik dan tahap pasca analitik yang masing-masing tahap dijabarkan dalam biaya investasi, operasional dan pemeliharan. Dari basil penelitian didapatkan bahwa jumlah pemeriksaan Laboratorium Kesehatan Kabupeten Sintang tahun 2005 masih rendah yaitu bare mencapai rata-rata 41,45% dan biaya totalnya adalah Rp_ 225.831.631,-. Tarif Laboratorium Klinik Taruna lebih tinggi rata-rata 76,82% dibandingkan dengan tarif Laboratorium Kesehatan Kabupaten Sintang. CRR biaya total aktual sebesar 14%, sedangkan CRR biaya total dengan subsidi sebesar 20%. Sebaiknya penentuan tarif Laboratorium Kesehatan Kabupaten Sintang berdasarkan biaya satuan aktual dengan subsidi, penyediaan dana investasi (gedung, alat dan inventaris kantor), gaji dan insentif diperlukan sebesar Rp. 187.561.421,- pada tahun 2005. ...... Determination of health laboratory tariff in Sintang district recently doesn't use unit cost but based on reagents cost and adjusted to other laboratories tariff. That causes the tariff available doesn't in accordance with the unit cost. The health laboratory analysis products are varied so that the determination of each analysis cost is varied because the use of reagents for specimen preparation, Iaboratory instruments, reagents and analysis time are varied. This was a cost analysis research with the aims to gain the description of total cost, unit cost and determination of tariff alternative considering unit cost, competitor tariff, subsidy, Cost Recovery Rate, and-ATP/WTP of kind of health laboratory analysis of Sintang district. The used cost analysis method was Activity Based Costing to all kind of analysis performed in the Health Laboratory of Sintang district in year 2005. Cost analysis was divided into three steps, that were pre-analysis phase, analysis phase and post analysis phase, and each phase was presented in cost of investment, operational, and maintenance. The research showed that the number of analysis in the Health Laboratory of Sintang district was still low, which reached average 41.45% and the total cost was Rp. 225,831,631,-. The tariff of Laboratoriurn Klinik Taruna was average higher 76.82% compared with the tariff of the Health Laboratory of Sintang district. The CRR of total actual cost was 14%, whereas The CRR of total cost with subsidy was 20%. It is suggested that the tariff determination of the Health Laboratory of Sintang district is based on the actual subsidized unit cost, availability of investment fund (building, instruments and office inventory), and in year 2005 Rp. 187,561,421,- is needed for salary and incentive in year 2005.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19329
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Kirana Yulius
Abstrak :
Di tahun 2021 COVID-19 masih menjadi wabah pandemik di seluruh dunia, yang menimbulkan disrupsi ekonomi di berbagai industri termasuk rumah sakit. Angka kunjungan rawat jalan dan rawat inap rumah sakit menurun di tahun 2020 sebanyak 80% yang berdampak pada penurunan pendapatan bulanan rumah sakit sampai ke 40% (Persi, 2021). Dalam menjaga layanan yang komprehensif dan bermutu, ada tambahan biaya operasional yang meningkat termasuk untuk perlindungan staf berupa Alat Perlindungan Diri (APD) terutama bagi tenaga kesehatan. Sebagai salah satu Rumah Sakit rujukan COVID-19, RS Bunda Palembang mengalami penurunan pasien rawat inap sebesar 55,2% di tahun 2020 dibanding tahun sebelumnya. Pelayanan unggulan yang diberikan adalah layanan persalinan ibu bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), termasuk layanan Sectio Caesarean (SC). Walau telah disadari terdapat kesenjangan antara tarif RS dan tarif INA-CBGs sebelum COVID-19, tim manajemen internal RS belum mempunyai analisis biaya persalinan SC. Beban operasional yang semakin bertambah di era COVID-19, memaksa tim manajemen mempunyai informasi biaya satuan SC ringan. Menggunakan data biaya aktual tahun 2021, biaya satuan tindakan SC ringan tanpa komplikasi dihitung dengan metode Double Distribution dan Relative Value Unit. Hasilnya menunjukkan bahwa biaya satuan SC ringan di ruangan SVIP sebesar Rp 11.877.883, ruangan VIP sebesar Rp7.782.915, ruangan Kelas I sebesar Rp 6.388.681, Kelas II yaitu Rp 6.009.725, dan Kelas III sebesar Rp 5.753.963. Secara keseluruhan, tingkat pengembalian biaya (CRR) terhitung sebesar 124,2%, dimana dari perspektif keuangan angka ini dianggap cukup ideal oleh manajemen. Pembelajaran yang dapat dipetik dalam menghadapi masa pandemi ke depan yaitu rumah sakit sebaiknya bersiap dalam menghadapi berbagai disrupsi kesehatan ke depannya dengan memfasilitasi tindakan ANC dan SC untuk seluruh pasien termasuk pasien infeksius. ......In 2021, COVID-19 is still a worldwide pandemic, causing economic disruption in various industries, including hospitals. The number of outpatient visits and hospitalization decreased in 2020 by 80%, which resulted in a decrease in hospital monthly income of up to 40% (Persi, 2021). In maintaining comprehensive and quality services, additional operational costs increase, including staff protection in the form of Personal Protection Equipment (PPE), especially for health workers. As one of the COVID-19 referral hospitals, Bunda Palembang Hospital experienced a decrease in hospitalizations of 55.2% in 2020 compared to the previous year. The superior service provided is maternal delivery services for National Health Insurance (JKN) participants, including Caesarean Section (C-Section) services. Even though it was realized that there was a gap between the hospital rates and the INA-CBGs rates before COVID-19, the hospital's internal management team still needed an analysis of the cost of delivering a C-Section. Operational expenses are increasing in the era of COVID-19, forcing the management team to have information on low C-Section unit costs. Using actual cost data for 2021, the unit cost for mild C-Section without complications is calculated using the Double Distribution and Relative Value Unit method. The results show that the unit cost of light C-Section in the SVIP room is IDR 11,877,883, the VIP room is IDR 7,782,915, the Class I room is IDR 6,388,681, Class II is IDR 6,009,725, and Class III is IDR 5,753,963. Overall, the cost recovery rate (CRR) is calculated at 124.2%, which management considers ideal from a financial perspective. The lesson that can be learned in dealing with future pandemics is that hospitals should be prepared to face various health disruptions by facilitating ANC and C-Section actions for all patients, including infectious patients.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dalimunthe, Zuliani
Abstrak :
Pembiayaan UKM adalah lebih baik jika diberikan dalam bentuk penyertaan atau ekuitas karena akan lebih mampu meningkatkan daya bertahan hidup UKM survivalship melalui proses belajar learning process dan mendorong inovasi. Lembaga Keuangan syariah idealnya menyediakan pembiayaan berbasis bagi hasil atau penyertaan untuk kegiatan usaha. Sayangnya, selama beberapa decade beroperasi, lembaga keuangan syariah LKS sangat sedikit menyediakan pembiayaan berbasis bagi hasil dan lebih mengandalkan pembiayaan berbasis margin seperti murabahah cost plus financing dan ijarah sewa . Pembiayaan berbasis ekuitas untuk UKM atau perusahaan pemula start up firm umumnya disediakan oleh perusahaan modal ventura dan sejenisnya.Penelitian ini mengevaluasi kelayakan penggunaan akad ijarah sewa konversi bagi LKS untuk meningkatkan pembiayaan berbasis bagi hasil atau penyertaan pada UKM. Akad ini diadaptasi dari model pembiayaan hutang konversi atau saham preferen konversi yang umumnya digunakan pada perusahaan modal ventura. Kontrak ijarah konversi merupakan kontrak penyewaan asset tetap untuk kegiatan usaha, dengan fitur dimana LKS dapat mengkonversi akad tersebut menjadi musyarakah dengan syarat tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi apakah pembiayaan bagi UKM akan menghasilkan return yang lebih tinggi bagi LKS jika dilakukan dengan skenario akad ijarah sewa konversi dibandingkan menggunakan skenario akad murabahah atau musyarakah.Kinerja UKM diukur menggunakan laba akuntansi, arus kas operasi dan tingkat pemulihan arus kas. Analisis dilakukan dengan metode simulasi terhadap 9 sembilan sektor UKM di Indonesia. Ditemukan bahwa kinerja akad ijarah konversi selalu lebih unggul dibandingkan akad murabahah ketika kinerja keuangan UKM diukur menggunakan setiap ukuran kinerja UKM. Akan tetapi, pembiayaan dengan skenario akad ijarah konversi tidak selalu lebih unggul dibandingkan pembiayaan dengan akad musyarakah kecuali pada sektor bernilai tambah rendah seperti pertanian dan utilitas.
SME financing through equity scheme should increase survivalship of this sector and increase innovation. Ideally, Islamic financial institutions suppose to provide profit and losss sharing or equity for business financing. But for decades, this kind of financing is not much, that Islamic financial institutions have relied on margin based financing such as murabahah cost plus financing and ijarah rent financing . Meanwhile, equity financing for small and medium enterprise SME or start up firms is provided by venture capital firms and other private equity. Islamic financial institution need innovative contracts to provide equity based financing. The contract is adopted form convertible debt or convertible preferred stock in venture capital firms. The contact should comply toshariah rules and workable in marketpace.This reserch aims to analyze the feasibility of a new contract called as convertible contract, designed for SME rsquo s financing. Nature of the contract is a lease aggrement but convertible into equity or musyarakah. Financier hold the conversion right but in prederminted terms and condition. In this research we evaluate if the convertibeijarah contract would produce a higher return for financier compare to murabahah contract and compare to musyarakah contract. The analisis employed simulation method using financial performance of 9 sectors of Indonesian rsquo s SMEs as main input.Financial performance of SME rsquo s measured by three apporaches. They are accounting rate of return ARR , operating cash flow rate OCFR and cash recovery rate CRR . We found that if financial performance of Indonesian SMEs were measured by operating cash flow rate, the convertible ijarah contract outperformed the murabahah contract for all sectors but did not outperform the musyarakah contract, except for low margin sectors like farming and utility. However, if financial performance of Indonesians SMEs were measured by a long term economic performance, CRR, we found that a the convertible ijarah contract outperformed the murabahah contract and musyarakah contract almost for all sectors.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
D2250
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>