Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nainggolan, Berlian Dilliwati
"Seiring dengan pemberlakuan Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) sebagai undangundang yang mengintegrasi dan memperkuat hak-hak konsumen Indonesia, membawa dampak juga terhadap hak-hak konsumen pengguna jasa kesehatan atau pasien. Pasien semakin sadar akan hak-haknya dalam beberapa waktu belakangan ini. Beberapa kasus gugatan maupun tuduhan malpraktek terhadap tenaga kesehatan kerap kita baca dan dengar di media massa. Hal ini memberikan gambaran kepada kita, bahwa masyarakat sebagai health receivers kini telah menuntut pelaksanaan hak-hak yang mereka miliki. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan kesehatan. Bahkan dapat dikatakan layanan keperawatan merupakan ujung tombaknya, dimana pasien berhubungan langsung dengan perawat. Pekerjaan perawat yang berhubungan langsung dengan kesehatan pasien menyebabkan is harus hati-hati dan penuh pertimbangan dalam menjalankan tugasnya. Karena salah dalam mengambil tindakan maka dapat berakibat fatal tidak hanya bagi_ pasien tetapi juga bagi perawat itu sendiri. Perbuatan perawat yang tidak memenuhi standar profesi dapat disebut sebagai tindakan malpraktek. Tanggung jawab perawat terhadap tindakan malpraktek dikategorikan menjadi dua, yaitu tanggung jawab terhadap ketentuan-ketentuan profesi dan tanggung jawab terhadap ketentuan umum seperti pidana, perdata dan administratif. Jasa pelayanan kesehatan merupakan jasa yang memiliki karakteristik, oleh karena itu dalam penerapan UUPK dalam bidang kesehatan harus' memperhatikan karakteristik tersebut. Hal ini membawa pengaruh terhadap jasa yang diberikan oleh perawat dimana tidak semua ketentuan yang terdapat dalam UUPK berlaku bagi perawat."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004
T19194
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, Ronald H
"ABSTRAK
Pengamatan sinyal gempa bumi di seluruh dunia memungkinkan para ahli seismologi untuk mengetahui struktur internal dari bumi terutama kerak buminya. Dalam penelitian ini, dilakukan analisa terhadap receiver function dan dispersi gelombang permukaan di daerah Jawa bagian Barat, Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Memodelkan struktur kecepatan kerak bumi di daerah Jawa bagian barat yang didapatkan dari join inversi receiver function dan dispersi gelombang permukaan, (2) Mengetahui ketebalan kerak bumi di daerah Jawa bagian barat dan (3) Mengetahui keberadaan Low Velocity Zone ( zona kecepatan rendah). Receiver function dihitung dari data gempa dengan magnitude lebih besar dari 5 dengan jarak episenter 30o - 90o dengan teknik iterasi dekonvolusi. Dispersi gelombang permukaan diperoleh dengan menggunakan analisis frekuensi waktu dari gempa dengan manitude lebih besar dari 5 dengan jarak 30o - 40o. Dari hasil join inversi yang dilakukan, didapatkan model kecepatan struktur kerak bumi di daerah Jawa Bagian Barat dengan ketebalan kerak bervariasi pada tiap stasiun yaitu antara 30-38 km. Ketebalan kerak paling tebal terdapat di Zona Pegunungan Bayah dan Zona Bandung. Struktur kecepatan kerak bumi pada stasiun yang berada pada zona fisiografi yang sama memiliki kesamaan pola kecepatan Vs.

ABSTRACT
Earthquake signal observations around the world allow seismologists to obtain the information of internal structure of the Earth especially the Earth's crust. In this study, receiver functions and surface wave dispersion analized in Western Java, Indonesia. The objectives of this study (1). Modelling crustal structure velocity of western java obtained from joint inversion of teleseismic data receiver function and surface wave dispersion (2) To find out the earth's crust thickness in Western Java and (3). To find out the existence of low velocity zone. Receiver function were calculated from earthquakes with magnitude more than 5 and at distance 30o - 90o, with iterative deconvolution technique. Surface wave dispersions were calculated using frequency time analysis from earthquakes at distance 30o - 40o. Crustal velocity structure model in Western Java obtained from joint inversion receiver function and surface wave dispersion, and crustal thickness beneath each station is about 30-38 km. Pegunungan Bayah zone and Bandung zone has the most thick earth crust. Crustal structure velocity has identically pattern which are in the same physiography zone.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52336
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Have been made an instrument to dissipate mosquito by using ultrasonic frequency.
Instrument dissipation of mosquito represents solution to overcome negative impact
which generated from usage of chemicals. This matter can be conducted by given the
yielded frequency and frequency daunted by mosquito. Result of perception indicates
that frequency daunted to reside in above frequency able to be heard by human being
(ultrasonic frequency). This instrument consist of receiver and transmitter both
controlled by microcontroller. Functioning microcontroller to read frequency yielded
by mosquito then release daunted frequency. From result of perception obtained that
mosquito start to react at frequency above 33 kHz."
[Universitas Indonesia, ], 2007
S29276
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The main objective of bathymetric mapping using multibeam echosounder is to get description about surface morphology of sea bottom with high accucracy and precision, sound wave is sent by the bottom of the sea and when the sound wave hit the bottom...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rey Fariz Irwansyah
"ABSTRAK
Model sintetik radial receiver function pada lapisan mantle, kerak, dan sedimen (SCM) dibuat dengan memvariasikan ketebalan sedimen mulai dari 0.4 hingga 1.0 km. Forward modelling dijalankan menggunakan program hrftn pada Computer Program in Sesimology (CPS). Parameter data sintetik yang digunakan adalah Vp, Vs, Vp/Vs, dan densitas yang masing-masing nilainya adalah 1.8 km/s, 0.61 km/s, 2.95 dan 2.33 g/cm3 untuk lapisan sedimen. Untuk lapisan kerak Vp, Vs, Vp/Vs, dan densitasnya masing-masing adalah 6.1 km/s, 3.52 km/s 1.73 dan 2.73 g/cm3. Dengan memvariasikan ketebalan sedimen didapatkan respon sinyal receiver function yang mengandung multiple ditandai dengan adanya waktu tunda yang terjadi pada masing-masing fase. Waktu tunda yang terjadi dipengaruhi oleh ketebalan sedimen dan multiple yang terjadi. Multiple yang ada pada receiver function berhasil dikurangi dengan menerapkan filter prediktif. Filter diaplikasikan pada data sintetik receiver function terlebih dahulu kemudian diaplikasikan pada data real receiver function. Parameter filter yang didapat adalah kekuatan multiple yang berasosiasi dengan koefisien refleksi dan waktu bolak-balik pada setiap event gempa. Filter diterapkan kembali pada data real di stasiun BKNI dan BASI. Filter yang diaplikasikan pada data sintetik dan data real cukup efektif untuk mengurangi multiple pada receiver function.

 


A synthetic radial receiver function model has been prepared on mantle, crust, and sedimentary layers (SCM) by varying the thickness of the sediment from 0.4 until 1.0 km. Forward modelling models are executed with the hrftn program in the Computer Program in Sesimology (CPS). Synthetic data parameters for sedimentary layer using Vp, Vs, Vp/Vs, and density which values are 1.8 km/s, 0.61 km/s, 2.95 and 2.33 g/cm3 respectively. Crustal layer using the same parameter with sedimentary layer that are values 6.1 km/s, 3.52 km/s, 1.73, and 2.73 g/cm3 respectively. By varying the thickness of the sediment obtained the respons of reverberations receiver function signals characterized by delay on every phase. The delay of receiver function caused by sediment thickness and multiple/reverberation. Multiple on receiver function have sucsessfully reduced by applying a filter predictive. The Predictive filter applied on synthetic data and then on real data of receiver function. Parameters of filter have obtained by the filter are strong of reverberation that is associated with the reflection koeficient and two way time of reverberation obtained of every event. Then filter applied on real data on BASI and BKNI station. The filter predictive have successfully reducing multiple effect of the receiver function on real and synthetic data. 

 

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arusma Delima
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S29343
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sondang, Shintadewi
"Cyberbullying adalah fenomena yang terjadi setelah kemunculan internet yang diikuti dengan media sosial dalam kehidupan manusia sehari-hari. Cyberbullying adalah tindakan yang sama dengan bully tradisional, bedanya adalah cyberbullying tidak dilakukan secara langsung melainkan melalui internet dan media elektronik. Dalam jurnal ini secara spesifik membahas cyberbullying terhadap selebriti dengan studi kasus Young Lex, melalui media sosial twitter, yang dinyatakan sebagai media sosial dengan konten negatif terbanyak. Dalam proses bullying nya, Young Lex berperan sebagai receiver karena bullying dimulai oleh masyarakat, yang berperan sebagai sender. Metode yang digunakan adalah observasi konten pada twitter. Hasil penelitian menunjukan bahwa cyberbullying dilakukan masyarakat yang tidak menyukai identitas Young Lex, karena tutur kata dan perilakunya yang sebagian besar tidak sesuai dengan norma yang berlaku di Indonesia. Masyarakat ini dapat disebut sebagai haters Young Lex.
Cyberbullying is a phenomenon that occurs after the presence of the internet followed by social media in everyday human life. Cyberbullying is the same action as traditional bullying, the difference is cyberbullying does not done directly but through the internet and electronic media. This journal specifically discusses cyberbullying of celebrities with Young Lex as the study case, through twitter, which stated as media social with most negative contents in Indonesia. In the bullying process Young Lex plays more as a receiver, because bullying is started by the community, which acts as a sender. The method is content observation and literature reviews. The results showed that cyberbullying was carried out by people who didn`t like the identity of Young Lex because of his words and behaviour were not incompatible with the prevailing norms in Indonesia. This society can also be referred to as his haters."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gustriyansyah
"Teknik Akuisisi Ocean Bottom Cable (OBC) diperkenalkan untuk memenuhi keterbatasan streamer untuk menghadapi daerah dangkal maupun larangan menggunakan bentangan streamer dengan panjang tertentu dan batasan kapal navigasi seismik dengan ukuran yang tertentu juga. Receiver OBC dibentang di dasar laut sangat rentan dengan gangguan dari receiver ghost dan juga peg-legs ketika kedalaman air laut mencapai 10 m. Tetapi jenis gangguan ini dapat dilemahkan dengan menggunakan teknik dual summation.
Sederhananya, ada perbedaan antara kedua respons yang harus disamakan sebelum menggabung kedua sensor, perbedaan yang paling utama berasal dari faktor coupling dari kedua sensor dan juga repetisi dari penjalaran gelombang yang terjadi diantara dasar laut dan muka laut. Metode yang biasa digunakan untuk menyelesaikan perbedaan ini mengkalibrasi kesamaan operator, tetapi metode ini tidak berjalan baik pada beberapa projek OBC di Indonesia belakangan ini. Hasil yang lebih optimal didapatkan ketika sensor coupling sudah ditingkatkan pada fase akuisisi. Dengan menganggap respon masing-masing sensor telah dikalibrasi dan disamakan dengan menghasilkan wavelet, penyamaan amplitude adalah problem berikutnya yang harus diselesaikan, karena kedua sensor tidak merekam parameter yang. Metode yang biasa digunakan seperti Automatic Gain Control (AGC) atau seperti yang diperkenalkan oleh Fred Barr atau Robert Soubaras untuk menyelesaikan masalah ini tidak berjalan dengan baik pada data thesis ini.
Thesis ini memperlihatkan sedikit pengembangan dari model awal yang diperkenalkan Fred Barr, melihat perbedaan antara kedua sensor dan juga teknik berdasarkan analisa hodograph untuk menyelesaikan masalah penyamaan amplitude, yang bekerja cukup baik pada data thesis ini dengan menggunakan window dimana ghost dan sinyal tidak berinterferensi secara kuat.

Ocean Bottom Cable (OBC) acquisition techniques were introduced to fulfill streamer limitation on facing shallow obstacles prohibiting usage of long streamer strings and navigation of seismic boats of significant size. OBC receivers being set at the sea floor are subject to strongly damaging receiver ghosts and peg-legs when water depths more than 10m. Fortunately, this kind of strong and very polluting multiples can be efficiently attenuated by dual sensor summation technique.
Practically, there are differences between the two responses, which must be balanced before combining both sensors. The most significant differences are coming from sensor coupling and a multitude of oblique water arrivals bouncing in the water layer. Standard methods to solve the coupling differences are based on matching operator calibration, but these methods have worked pathetically at least for the OBC projects of the last years in Indonesia. Results shows good improvement when sensor coupling is enhanced during the acquisition phase. By assuming that the responses have been calibrated to present similar aspect and generating wavelet, amplitude matching is the next issue that should be solved, because the two sensors do not record the same parameters. Standard methods as simple Automatic Gain Control (AGC) or as introduced by Fred Barr or Robert Soubaras to deal with this issue did not work perfectly on this data sets.
This thesis presents a small extension of the initial model introduced by Fred Barr, allowing to explicit the differences between the two sensors responses and a technique based on hodograph analysis to solve amplitude balancing issue, that worked satisfactorily for this data set.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T29638
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Kamil
"ABSTRAK
Saat ini, semua yang kita gunakan dalam aktivitas sehari-hari didasarkan pada listrik dari telepon biasa ke kendaraan kita. Tetapi bahkan sekarang tidak semua orang dapat memiliki listrik yang mereka butuhkan, banyak orang khususnya di daerah pedesaan masih memiliki listrik yang layak. Jadi sebagai orang teknologi kami memiliki kewajiban untuk membawa mereka listrik yang layak sehingga mereka layak mendapatkan itu sebabnya Tabung Listrik (TaLis) diciptakan sebagai solusi microgrid untuk masalah mereka. Tetapi karena kita tidak dapat mengontrol penggunaan perangkat ini, semakin sulit untuk membuatnya efisien dan berkelanjutan. Oleh karena itu dalam penelitian ini kami menggabungkan mekanisme Tabung Listrik dan kontrol relay magnetik dan memasangkannya dengan Long Range Radio (LoRa). Dalam penelitian ini, kami membangun tiga langkah untuk mengendalikan sistem untuk Tabung Listrik. Yang pertama adalah rangkaian kontrol pengontrol LED, kemudian kami membangun komunikasi LoRa dan akhirnya kami menggabungkan keduanya untuk membuat sistem pengontrol TaLis. Pengembalian penelitian ini akan memiliki parameter jarak maksimum antara modul pemancar dan penerima LoRa yang kami uji di Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan kami mendapatkan pengulangan 1040m dan RSSI (Recive Signal Strength Indicator) yang kami uji. diuji di banyak lokasi berbeda menunjukkan hasil antara -27 hingga -102 dbm tergantung pada lokasi divice yang diuji.

ABSTRACT
Nowadays, everything we use in our daily activities is based on electricity from our regular telephone to our vehicle. But even now not everyone can have the electricity they need, many people especially in rural areas still have decent electricity. So as technology people we have an obligation to bring them decent electricity so they deserve it, that's why Electric Tubes (TaLis) were created as microgrid solutions to their problems. But because we cannot control the use of this device, it is increasingly difficult to make it efficient and sustainable. Therefore in this research we combine the Electric Tube mechanism and magnetic relay control and pair it with Long Range Radio (LoRa). In this study, we developed three steps to control the system for Electric Tubes. The first is the LED controller control circuit, then we build LoRa communication and finally we combine the two to make the TaLis control system. The return of this study will have the maximum distance parameter between the LoRa transmitter and receiver modules that we tested at the Faculty of Engineering, University of Indonesia and we got a 1040m repeatability and the RSSI (Recive Signal Strength Indicator) that we tested. tested in many different locations showing results between -27 to -102 dbm depending on the location of the divice being tested."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Tito Andarto
"APT dan HRPT merupakan layanan yang paling popular dari satelit cuaca NOAA POES, untuk mendapatkan data pada saat yang bersamaan diperlukan penerima satelit yang beroperasi pada kedua band tersebut. Salah satu bagian dari penerima satelit cuaca adalah dual band low noise amplifier (LNA) dengan performansi yang baik pada kedua frekuensi kerjanya. Dalam penelitian ini, dual band LNA penerima APT dan HRPT satelit cuaca NOAA 15,18, dan 19 dirancang, disimulasikan dan difabrikasi. APT memiliki frekuensi kerja 137,1-137,9 MHz dan HRPT dengan frekuensi kerja 1698-1707. MMIC MGA-62563 dipilih sebagai komponen aktif LNA karena memiliki sifatnya yang low power dan linieritas yang tinggi.
Pada penelitian ini juga dilakukan ekstraksi parameter S (teknik deembedding) untuk mendapatkan nilai-nilai komponen small-signal MMIC menggunakan model small-signal Dambrine. Dual band BPF dan dual band penyesuai impedansi didesain dengan menggunakan transformasi BPF dan penyesuai impedansi band tunggal dengan frekuensi tengah band tunggal merupakan frekuensi tengah antara band APT dan HRPT. Untuk mengurangi jumlah komponen dan disipasi daya komponen pasif, dilakukan co-design antara dual band BPF dengan penyesuai impedansi dual band. Simulasi cascade LNA menunjukkan pada band frekuensi APT noise figure sebesar 0,737 dB, gain sebesar 44,37 dB, input return loss sebesar -27,78 dB. Pada band frekuensi HRPT didapatkan noise figure sebesar 1,148 dB, gain sebesar 34,41 dB, input return loss sebesar -19,73 dB.
Hasil simulasi menunjukkan rancangan sesuai dengan kriteria desain dengan spesifikasi yaitu input return loss <-10dB, gain minimal 15 dB untuk APT dan 32 dB untuk HRPT, noise figure 0,8 dB untuk APT dan 1 dB untuk HRPT. Sedangkan hasil fabrikasi menunjukkan pergeseran frekuensi kerja untuk band HRPT dari 1,7 GHz menjadi 1,6 GHz. Dari hasil fabrikasi juga menunjukkan input return loss untuk band APT sebesar -17,6 dB dan gain sebersar 12,74 dB sedangkan untuk band HRPT yang bergeser menjadi 1,6 GHz memiliki input return loss sebesar -9,39 dB dan gain sebesar 11,94 dB yang belum sesuai dengan spesifikasi desain.

APT and HRPT is the most popular service of NOAA weather satellites POES, to get the data simultaneously need a satellite receiver that operates on both the band. One part of a weather satellite receiver is a dual-band low noise amplifier (LNA) with good performance on both frequencies. In this study, a dual band LNA for APT and HRPT receiver from NOAA weather satellites 15,18, and 19 are designed, simulated and fabricated. APT has 137.1 to 137.9 MHz working frequency and HRPT has 1698-1707 MHz working frequency. MGA-62563 MMIC selected as the active component of its LNA because it has low power and high linearity.
This study was also conducted on the S parameter extraction (deembedding techniques) to get the values of small-signal MMIC components using small-signal model of Dambrine. Dual-band BPF and dual band impedance matching is designed by using transformation of a single band BPF and matching impedance with center frequency is the center frequency between APT and HRPT band. To reduce component count and power dissipation of passive components, conducted co-design between the dual-band BPF with dual-band impedance matching. From the results of tuning the input and output as well as the use of cascade LNA simulation show that on APT frequency band noise figure of 0.737 dB, a gain of 44.37 dB, input return loss of -27.78 dB. While the HRPT frequency band has noise figure at 1.148 dB, a gain of 34.41 dB, input return loss of -19.73 dB.
The simulation results show that design is comply with the specification with input return loss <-dB, minimal gain 15 dB for APT and 32 ddB for HRPT, minimum noise figer 0.8 dB for APT and 1 dB for HRPT. While the fabrication results show a shift working frequency for HRPT band from 1.7 GHz to 1.6 GHz. From fabrication results also show that input return loss of -17.6 dB for the APT band and gain of 12.74 dB whereas for HRPT band is shifted to 1.6 GHz has an input return loss of -9.39 dB and a gain of 11.94 dB which is not comply yet with design spesification.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>