Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mufid Fadhilah Anggitasari
Abstrak :
ABSTRAK
Artikel ini membahas Les Petits Enfants du Si cle sebagai sebuah karya sastra yang tidak hanya memiliki fungsi estetik saja, tetapi juga berfungsi sebagai cerminan realitas sosial dan media penyampai kritik. Les Petits Enfants du Si cle karya Christiane Rochefort adalah roman yang diterbitkan pasca Perang Dunia II. Karya ini menceritakan kehidupan Josyane dan keluarganya yang memanfaatkan tunjangan keluarga untuk bertahan hidup di era Les trente glorieuses masa kejayaan Prancis . Fokus tulisan ini adalah memperlihatkan realitas masyarakat konsumeris Prancis pasca Perang Dunia II yang cerminkan pada keluarga Josyane. Metode kualitatif digunakan untuk membahas fokus kajian secara deskriptif dan mendalam. Paham yang menjadi acuan dalam melihat gagasan konsumeris dalam karya ini adalah pemikiran Jean Beaudrillard mengenai masyarakat konsumeris Prancis pasca Perang Dunia II. Pendekatan struktural digunakan untuk melihat kesejajaran antara kedua gagasan konsumeris, yaitu gagasan yang ditunjukkan pada Les Petits Enfants du Si cle dengan gagasan Jean Beaudrillard.
ABSTRACT
This article discusses Les Petits Enfants du Si cle as a literary work that not only has an esthetic function, but is also used as a mirror reflection of social reality and a means to convey criticism. Les Petits Enfants du Si cle by Christiane Rocheforts is a novel published post World War II. It tells of the life of Josyane and her family who use their family rsquo s financial support to survive during Les trente glorieuses the French golden era . The focus of this article is to show the reality of the consumerist French society post World War II which is represented by Josyane rsquo s family. A qualitative method is used to discuss the focus of analysis which is descriptive and in depth. The idea used as a reference in observing the consumerist idea in this novel is the one expressed by Jean Baudrillard regarding the French consumerist society post World War II. A structural approach is used to observe the parallelism between these two consumerist ideas the idea expressed in Les Petits Enfants du Si cle and the idea expressed by Jean Baudrillard.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Zainul Arifin
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang realitas sosial dalam novel Tan karya Hendri Teja. Novel Tan menceritan perjalanan Tan Malaka dalam memerdekakan bangsanya dari penjajahan Belanda. Penelitian ini membahas realita sosial berdasarkan perspektif realisme sosialis Georg Lukacs yang tertuang dalam konsep realitas objektif, gerak dialektis, refleksi artistik, dan ungkapan kritik emansipatoris. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan empat konsep realisme sosialis Georg Lukacs, sedangkan manfaat penelitian ini secara teoretis ialah memperkuat teori sastra khususnya teori realisme sosialis Georg Lukacs. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Data dari penelitian ini merupakan kutipan berupa kalimat dan paragraf. Sumber data berupa novel dan buku sehingga teknik yang digunakan ialah teknik baca catat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa aspek dalam novel Tan karya Hendri Teja yang sesuai dengan empat konsep realisme sosialis Georg Lukacs yakni, konsep realitas objektif terdapat aspek penindasan dengan sub fokus penindasan bidang ekonomi, penindasan bidang pendidikan, penindasan bidang politik, penindasan bidang agama islam, dan penindasan secara fisik, konsep gerak dialektis terdapat aspek perlawanan dan pembelaan, konsep refleksi artistik terdapat aspek siasat, dan konsep ungkapan kritis emansipatoris terdapat aspek perlawanan dengan sub fokus perlawanan bidang ekonomi, perlawanan bidang pendidikan, perlawanan bidang politik, perlawanan bidang agama islam, dan perlawanan secara fisik. Berdasarkan analisis data tersebut diperoleh 92 data realitas sosial dalam novel Tan karya Hendri Teja. Adapun rincian analisisnya diperoleh 28 data realitas objektif, 18 data gerak dialektis, 6 data refleksi artistik, dan 40 data ungkapan kritis emansipatoris.
Serang: Kantor Bahasa Banten, 2019
400 BEBASAN 6:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Safrin
Abstrak :
Penelitian ini menggunakan pendekatan "Pembentukan Persepsi Mengenai Realitas Sosial oleh Media Massa" Asumsi dasar dari pendekatan ini ialah bahwa media massa memiliki peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi khalayaknya. Namun demikian pembentukan persepsi itu tidak semata mata disebabkan oleh terpaan media massa Pengalaman seseorang dengan suatu realitas sosial, serta aktivitas komunikasi interpersonal tentang realitas dalam kehidupan sehari-hari, bisa membentuk persepsi pada realitas tersebut. Bertitik tolak dari kondisi di atas, dalam penelitian ini ketiga variabel di atas akan dianalisis dalam kaitan dengan pembentukan persepsi pada realitas sosial. Variabel penggunaan media dikembangkan denngan memasukkan beberapa indikator seperti eksposur berita kriminalitas surat kabar non Pos Kota, eksposur berita kriminalitas Pos Kota, eksposur berita kriminalitas televisi dan majalah. Adapun 'realitas sosial" yang menjadi perhatian dalam penelitian ini ialah "realitas kriminalitas" dengan indikatornya yaitu pencurian, pencopetan, perampokan/pornografi, dan pembunuhan. Pembentukan persepsi diukur dengan menggunakan dua indikator yaitu rawan dan tidak rawan. Sedangkan lokasi penelitian dipilih dua kelurahan di wilayah Jakarta Pusat yang memiliki tingkat kriminalitas tinggi dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan persepsi itu dipengaruhi oleh eksposur terhadap berita kriminalitas pada surat kabar yang memiliki isi spesifik tentang kriminalitas seperti Pos Kota dan daerah tempat tinggal khalayak. Hal mi terlihat pada khalayak yang membaca berita kriminal Pos Kota dan tinggal di wilayah yang tingkat kriminalitasnya rendah, pembentukan persepsi mereka berhubungan dengan membaca Pos Kota tersebut. Sedangkan bagi khalayak yang tinggal di wilayah tingkat kriminalitas tinggi, pembentukan persepsi mereka tidak berhubungan dengan media tersebut, meskipun khalayak ini iuga membaca berita kriminalitas dari surat kabar Pos Kota.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1986
S6583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rismawati
Abstrak :
Tulisan ini mengkaji tentang mitos dan realitas yang tergambar dalam film pendek Lamun Sumelang karya Ludy Oji Prastama tahun 2019. Film ini telah mendapat beberapa penghargaan dari Piala Maya 2019. Mitos dan realitas sosial yang digambarkan dalam film ini berlatar belakang masyarakat Gunung Kidul yang masih percaya kepada mitos antara lain pulung gantung, memberi tumbal manusia, dan arwah orang yang bunuh diri akan gentayangan, namun dilandasi dengan suatu argumentasi bahwa kepercayaan terhadap mitos bukan semata-mata dikarenakan masyarakat Gunung Kidul masih percaya terhadap mitos-mitos itu, melainkan dikarenakan kondisi sosial ekonomi yang memprihatinkan hingga situasi kesehatan menjadi terdampak karena ketidakmampuan finansial. Jadi, permasalahan yang perlu dikaji adalah bagaimana representasi mitos dan realitas sosial masyarakat Gunung Kidul yang terkandung dalam film pendek Lamun Sumelang. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan refleksi pada masyarakat tentang mitos dan realitas sosial masyarakat Gunung Kidul. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra dari Sapardi Djoko Damono dan pendekatan representasi Stuart Hall untuk menganalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga mitos, yaitu dan dua realitas sosial, yaitu kesehatan dan ekonomi yang terdapat dalam film pendek Lamun Sumelang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa kepercayaan mistis yang digambarkan dalam film ini sangat berkaitan erat dengan kondisi dan situasi persoalan masyarakatnya. ......This paper study about myths and realities reflected in the Lamun Sumelang short movie created by Ludy Oji Prastama in 2019. This movie has received several awards from Piala Maya 2019. The myths and social realities reflected in this movie are set in the background of the Gunung Kidul people who still believe in myths, including pulung gantung, giving human sacrifices, and the spirits of people who commit suicide will be overwhelmed, however, it is based on an argument that belief in myths is not solely because the people of Gunung Kidul still believe in these myths, but because of poor socioeconomic conditions until the health situation becomes affected due to financial incompetence. Thus, the problem that needs to be studied is how the representation of the myths and social realities of the Gunung Kidul community contained in the short movie Lamun Sumelang. This study aims to provide insight and reflection on the community about the myths and social realities of the Gunung Kidul community. This research is a qualitative research using the literary sociology approach from Sapardi Djoko Damono and the Stuart Hall representation approach to analyze. The results showed that there are three myths, namely and two social realities, namely health and economics contained in the short film Lamun Sumelang. Based on the results of this research, it can be stated that the mystical beliefs depicted in this film are closely related to the conditions and situation of the problems of the community.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Michelia Puspaseruni Ramadiati
Abstrak :
ABSTRAK
Film tidak hanya menjadi sarana hiburan tetapi juga medium penyampaian pesan, representasi dan kritik sosial. Film Lewat Djam Malam (1954) karya Usmar Ismail yang telah melewati proses restorasi merupakan salah satu film Indonesia yang sarat kritik sosial. Menarik untuk melihat bagaimana generasi muda memaknai sebuah film dari era yang berbeda kemudian mencoba melihat gagasan yang terdapat dalam film tersebut dengan konteks saat ini dan dengan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya. Dengan menggunakan encoding-decoding (analisis resepsi) Stuart Hall, dapat diketahui bagaimana generasi muda sebagai audiens mengonstruksi realitas Indonesia pascarevolusi. Posisi audiens dapat berupa opposition, dominant dan negotiated. Dalam teori resepsi, faktor kontekstual mempengaruhi audiens membaca teks media, seperti elemen identitas khalayak, persepsi, latar belakang sosial, sejarah dan isu politik. Pada penelitian ini, subjek penelitian tergabung dalam komunitas interpretatif, di mana masingmasing memaknai teks media secara aktif dan memiliki minat yang sama terhadap satu konten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa audiens sepakat bahwa film Lewat Djam Malam (LDM) masih relevan dengan kondisi saat ini. Seseorang yang memiliki pengetahuan sejarah Indonesia yang terbatas, cenderung mengambil posisi dominan. Ia sepenuhnya menyetujui apa yang disampaikan oleh encoder. Seseorang yang memiliki pengetahuan sejarah dan politik Indonesia yang cukup dan secara aktif menggali gagasan dalam sebuah film, memaknai film LDM secara negotiated. Ada nilai-nilai dalam film LDM yang tidak sejalan dengan dirinya namun masih dapat menerima gagasan tersebut. Konstruksi realitas Indonesia pascarevolusi yang digambarkan dalam film LDM adalah karakter manusia pascarevolusi yang beragam diwakili oleh berbagai karakter dalam film ini, situasi ekonomi dikonstruksikan dalam kondisi stabil, tidak cocok dengan situasi Indonesia pascarevolusi sebenarnya. Situasi sosial dan politik digambarkan melalui pemberlakuan jam malam untuk menjaga keamanan, perbedaan gaya hidup kelas menengah dan kelas bawah, korupsi, prostitusi, upaya nasionalisasi perusahaan asing serta beragam kondisi mantan pejuang yang beradaptasi dengan keadaan Indonesia yang telah merdeka.
ABSTRACT
Movie is not only a medium of entertainment, but it is also a way of delivering messages, representation, and social criticism. Lewat Djam Malam (1954), written by Usmar Ismail, is one of Indonesian films which has social criticism. It is interesting to see how young generations make sense of a movie from different eras and understand the ideas of the movie with the current context and its previous knowledge. Applying Stuart Hall?s theory, the encoding-decoding (reception analysis), we can see how young people construct post-revolution Indonesia. There are three positions of audiences in this theory: opposition, dominant, and negotiated. In reception theory, contextual factors influence audiences read texts on media, such as identity, perception, social background, history, and political issues. In this research, the subjects were members of interpretive community, in which each of them actively interpret the texts and have similar interests to the content. The results showed that audiences agreed Lewat Djam Malam (LDM) is still relevant to current conditions. Someone who has limited knowledge of Indonesian history tends to take a dominant position. He completely agrees to what is conveyed by the encoder. Moreover, a person who has knowledge of Indonesian history and politics fairly and actively explores the idea in a movie, interprets this movie as negotiated. There are values in LDM that is not in line with them, but they still can accept. Reality constructions of postrevolution Indonesia depicted in this movie are the various characters on LDM, the economic situation constructed in a stable condition, do not fit the situation of post-revolution Indonesia. Social and political situations are illustrated by the curfew to maintain security, differences of lifestyle between middle and lower classes, corruption, prostitution, nationalization of foreign companies and various conditions of ex-soldiers adapting in new situation, the independence of Indonesia.
2013
T35282
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruvira Arindita
Abstrak :
Tesis ini membahas bagaimana konstruksi sosial mengenai konsep ibu ideal terbentuk dalam diri para ibu serta bagaimana peran agen sosialisasi dalam membentuk konstruksi tersebut. Paradigma penelitian ini adalah konstruktivisme dan menggunakan teori Konstruksi Realitas Sosial dari Berger dan Luckman untuk menjelaskan fenomena yang terjadi. Melalui wawancara mendalam dan observasi, peneliti menemukan bahwa terdapat tiga peran dan tanggungjawab ibu yang paling sering diperdebatkan oleh para ibu, yaitu: keterlibatan ibu dalam pengasuhan anak sehari-hari, kesehatan (pemberian ASI dan makanan alami) serta pendidikan anak. Pergeseran peran gender di tengah masyarakat melatarbelakangi konstruksi realitas ibu ideal saat ini. ......This thesis discusses how the concept of ideal mother is being socially constructed within mothers and the socialization agents play role in shaping that construction. The paradigm of this research is constructivism and the theory used to elaborate the phenomenon is the Social Construction of Reality by Berger and Luckman. Through the in-depth interview and observation, researcher encounter the three mothers basic roles and responsibility toward their children that moslty argued about, namely their involvemet in children?s daily care, health and education. The gender roles? shift in the society is the background of the reality construction of ideal mother nowadays.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cipta A. Setiawan
Abstrak :

ABSTRAK
'Malu? merupakan suatu konsep yang akrab dengan realita kehidupan sosial dan pribadi sehari-hari, dan oleh sebagian orang dianggap sebagai suatu hal yang penting untuk dipahami. Namun demikian makna 'Malu? sendiri nampaknya baik dalam konteks kehidupan sehari-hari maupun secara konsepual-ilmiah belum terumuskan secara jelas. Tujuan dari penelirian ini adalah untuk mencari makna 'Malu'. Dalam hal ini, makna yang dimaksud adalah makna sebagaimana penutur Bahasa Indonesia memahaminya dalam konteks realitas kehidupan sehari-hari. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah Metode Penelitian Kualitatif Sampelnya sebanyak 12 orang, dengan syarat individu tersebut fasih berbahasa Indonesia. Teknik pengumpulan datanya adalah wawancara dengan pendekatan teoritis Psikologi Pribumi (Indigenous Psychology). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 'Malu' adalah suatu perasaan yang muncul ketika individu menganggap bahwa dirinya telah melanggar standar berperilaku dan/atau menganggap bahwa dirinya tidak berada dalam kondisi yang sesuai dengan harapannya. Kemunculan 'Malu? dapat diketahui dari timbulnya sejumlah perilaku (pikiran, perasaan, tindakan) dan gejala somatik yang khas, misalnya merah / memerahnya wajah dan timbulnya rasa kuatir. Kemunculannya selalu berkaitan dengan konteks situasi tertentu, dan hampir selalu dikaitkan dengan kehadiran orang lain, namun yang menentukan muncul-tidaknya 'Malu' adalah diri sendiri. Dalam realitas kehidupan bermasyarakat dan pribadi, fungsi 'Malu? adalah mendorong orang untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai alternatif pedoman untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan peranan praktis 'Malu? dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk mendorong atau menghambat suatu' perilaku tertentu di masyarakat, demi membawa kesejahteraan yang lebih baik bagi semua anggota masyarakat. Manfaat lainnya adalah untuk memperoleh suatu pemahaman yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai 'Malu', dengan harapan bahwa penggalian/pembicaraan ilmiah yang berkaitan dengannya lebih memiliki dasar yang kuat, menjadi Iebih terarah, dan tentunya juga dapat lebih dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian selanjutnya dapat diarahkan ke arah upaya-upaya untuk mempertimbangkan atau menguji pengaruh dari faktor- falctor jenis kelamin, usia, budaya, dan tempat tinggal, karena kemungkinan berpengaruh terhadap pemahaman 'Malu'. Selain itu, juga disarankan untuk melakukan upaya penelaahan ilmiah terhadap proses pembentukan standar-standar (norma, aturan, kepantasan) 'Malu?, uraian skenario-skenario kemunculan 'Malu', dan perbedaan fokus penghayatan antara pria dan wanita. Dalam konteks Psikologi Pribumi, disarankan agar penelitian serupa yang mengeksplorasi tema- tema ?makna? lainnya lebih banyak dilakukan untuk lebih memahami perilaku manusia Indonesia dalam realitas kehidupannya sehari-hari.
1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Natal Rivaldo Parsaoran
Abstrak :
Papua merupakan pulau dengan kawasan hutan terluas di Indonesia. Papua menjadi rumah bagi lebih dari 250 kelompok etnis asli yang sebagian besar terorganisir ke dalam marga-marga dan memiliki ikatan yang kuat dengan hutan. Sejak tiga dekade terakhir, ekspansi perkebunan kelapa sawit yang diklaim memberikan dampak positif bagi perekonomian negara telah merampas lahan dan merusak lingkungan hidup masyarakat adat di Papua. Salah satu produk visual yang membahas hal tersebut adalah film dokumenter Sa Pu Hutan. Tulisan ini membahas film dokumenter Sa Pu Hutan dengan menggunakan teori konstruksi realitas sosial untuk menjelaskan bagaimana film tersebut mengkonstruksi realitas sosial environmental harm di Papua dengan menggunakan konsep claim makers, claims, frames, narratives, symbolic crimes, dan ownership yang dapat memengaruhi bagaimana seseorang melihat realitas atau dunia yang dianggap nyata. ......Papua Island has the largest forest area in Indonesia. Papua are home to more than 250 indigenous ethnic groups, most of which are organized into clans and have strong ties with the forest. Over the last three decades, the expansion of palm oil plantations, which has been claimed to have a positive impact on the country's economy, has grabbed the land and harmed the environment for indigenous peoples in Papua. The documentary film Sa Pu Hutan is a visual product that discusses this issue. This paper discusses the documentary film Sa Pu Hutan using the social construction of reality theory to explain how the film socially constructs the reality of environmental harm in Papua by using the concepts of claim makers, claims, frames, narratives, symbolic crimes, and ownership, which can influence how one sees reality or the world is real.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Herny Mulyani
Abstrak :
Teater merupakan baqian kehidupan manusia yang selalu terkait dan terlibat dalam segala aspek kehidupan. Disadari atau tidak, disengaja ataupun tidak, dari sejarah ketika kehidupan dimulai dan peradaban menyentuh kehidupan manusia, maka terjadilah teater. Bahkan menurut para ahli, teater pada zaman nenek moyang, teater berupa upacara-upacara persembahan, kurban, kelahiran dan kematian. Dalam perkembangannya teater sebagai seni dimulai pada tiga babak, teater tradisional, teater modern dan teater kontemporer. Walaupun sekarang tidak jelas lagi batasan nyata antara ketiganya, Bengkel Teater Rendra dianggap mewakili sebagai bentuk teater modern dan juga kontemporer yang tidak meninggalkan kaidah-kaidah tradisi. Melihat pertunjukkan-pertunjukkan dari Bengkel teater Rendra, dapat dilihat bahwa Rendra dengan kelompok yang diusungnya herusaha untuk menipiskan batas-batas tersebut. Melalui interpretasi subjektif yang' ditangkapnya Rendra berusaha merepresentasikan realitas simbolik yang dianggap mewakili realitas objektif. Salah satu pementasan yang spektakuler adalah "Kereta. Kencana?, sebuah pementasan yang' mengandalkan kepiawaian dua aktor saja dengan setting yang sangat sederhana. Dalam pementasan yang naskah aslinya berbahasa Perancis (les Chaises) dan. ditulis oleh 'seorang' hiran Rumania, terdapat representasi simbolik yang diajukan oleh Bengkel Teater Rendra. Seperti layaknya orang yang bercinta -meminjam istilah rendra- pementasan ini hanyalah Sebuah penawaran, suatu proposal yang diajukan kepada khalayak, sebuah proses kreativitas, dengan pengamatan dan perenungan yang panjang. Apakah khalayak -dalam hal ini penonton akan menerimanya sebagai suatu ajuan, kritik ataupun hihuran, terlepas dari kemampuan interpretasi, pengalaman dan imajinasi penonton sendiri. Seperti sebuah pepatah umum dalam teater, suatu pementasan teater adalah sebuah rumah berpintu banyak, semua tamu dipersilahkan masuk lewat pintu mana saja.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T4830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>