Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reza Miftahul Ulum
Abstrak :
Indonesia memiliki deposit laterit yang cukup tinggi, di dalam laterit terdapat beberapa logam yang menguntungkan untuk diolah. Laterit memiliki beberapa lapisan yang salah satunya mengandung nikel yang cukup tinggi. Di beberapa perusahaan di Indonesia mengolah laterit untuk dijadikan nikel dengan kemurnian yang tinggi ataupun ferronickel dengan mereduksinya menggunakan reduktor berbasis karbon. Kandungan SiO2 pada saat reduksi, dari beberapa referensi diketahui akan mempengaruhi reduksibilitas Fe dan pada akhirnya akan mempengaruhi ferronickel yang dihasilkan. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui reduksibilitas Fe dan pengaruh SiO2 pada proses reduksi campuran sintetis dengan komposisi senyawa yang dibuat serupa dengan komposisi senyawa utama saprolit Indonesia, salah satu lapisan di dalam laterit yang mengandung Ni yang cukup tinggi. Campuran sintetis ini dibuat dengan maksud agar proses reduksi lebih terkontrol. Adanya SiO2 pada reduksi senyawa oksida Fe akan menghasilkan fayalit yang sulit tereduksi, sehingga diharapkan gas CO atau CO2 yang dihasilkan difokuskan untuk mereduksi NiO dan sebagian Fe2O3 yang pada akhirnya akan meningkatkan recovery Ni. Pada penelitian digunakan reduktor karbon yang memiliki fixed carbon 68% dengan kadar yang sama 12%, SiO2 yang digunakan divariasikan menjadi 0%, 20% dan 40% , kadar NiO dibuat tetap 2% dan beberapa sampel ditambahkan MgO dengan kadar tetap 14% dan ada yang tidak ditambahkan MgO, lalu sisanya adalah Fe2O3. Temperatur reduksi yang dilakukan adalah 1250 °C. Uji komposisi kimia sebelum dan setelah penelitian digunakan sebagai parameter untuk memastikan pengaruh dari SiO2 tersebut. Senyawa ? senyawa sintetis dicampur merata dengan reduktor karbon, lalu dikompaksi kemudian dilakukan proses karbotermik. Sampel hasil proses karbotermik dikarakterisasi dengan pengujian XRD, XRF, dan SEM. Hasil pengujian XRD pada produk hasil karbotermik menunjukkan terbentuknya Fe3O4, FeO, FeNi, dan FeSiO2 atau Fe2SiO4. SiO2 akan mempengaruhi reduksibilitas Fe, terlihat dari munculnya Fe murni pada hasil karbotermik campuran tanpa penambahan MgO. Dari hasil pengujian SEM menunjukkan logam atau senyawa logam cenderung membentuk kelompok di daerah tertentu pada sampel tanpa penambahan SiO2, sedangkan dengan adanya SiO2 logam atau senyawa logam yang terbentuk cenderung tersebar merata. Recovery Ni menunjukkan kecenderungan meningkat dengan meningkatnya kandungan SiO2 pada campuran dengan penambahan MgO menghasilkan recovery Ni sebesar 69,71% pada penambahan 40% SiO2 dan recovery Fe sebesar 91,09% pada penambahan 20% SiO2, sedangkan pada campuran tanpa MgO, recovery Ni maksimum pada penambahan 20% SiO2 menghasilkan perolehan Ni sebesar 77,29% dan menghasilkan recovery Fe maksimum pada penambahan 40% SiO2 mencapai 98%.
Indonesia has the deposit of laterite in a significant number, it contains several commercial metals to be extracted. There are layers within the deposit of laterite and one of the layers contains nickel in a quite high level. Several companies in Indonesia process the laterite into nickel with high purity or ferronickel by reducing it using carbon-based reductor. The SiO2 content during reduction, from several references known would influence the reducibility of Fe and consequently will influence the ferronickel produced. The objective is to understand the reducibility of Fe and the influence of SiO2 on the synthetic mixture reduction process of compound whose composition is made similar to the main composition of compound that compose the saprolitic ore in Indonesia ? one of the layers that contains Ni in a quite high level. This synthetic mixture is made with purpose that the reduction process be more controlled. The present of SiO2 in the reduction of Fe oxide compound will produce fayalite that is difficult to be reduced, thus the gas CO or CO2 produced is expected to be focused to reduce NiO and some part of Fe2O3 which finally will increase the recovery of Ni. The experiment uses carbon reductor with fixed carbon of 68% with the same content of 12%, the SiO2 used is varied into 0%, 20%, and 40%, the content of NiO is made fix of 2% and several samples are added with MgO with fix content of 14% and the balance is Fe2O3. The reduction process is conducted in the temperature of 1250°C. The chemical analysis of before and after the experiment is used as the parameter to ensure the influence of SiO2. The synthetic compounds are mixed thoroughly with the carbon reductor, compacted then subjected to carbothermic process. The products of carbothermic process then characterized using XRD, XRF, and SEM. XRD testing result showed that carbothermic product consists of Fe3O4, FeO, FeNi, and FeSiO2 or Fe2SiO4, SiO2. SiO2 affected the reducibility of Fe-Oxide, from XRD result pure Fe revealed from product of Fe2O3, NiO and without MgO mixture. Based on SEM examination, metal or metal compound tend to cluster in some area, on sample without SiO2 addition. % Ni recovery tend to increase with increasing of SiO2 addition on sample with MgO addition resulted Ni recovery of 69.71% on the addition of 40% SiO2 and Fe recovery of 91.09% on the addition of 20% SiO2, while the mixture without MgO, the maximum Ni recovery was in the addition of 20% SiO2 produces recovery of 77.29% Ni and Fe maximum recovery on addition of 40% SiO2 with recovery of 98% Fe.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T28311
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Puspa Ningrum
Abstrak :
Gamma-alumina sering digunakan sebagai adsorben dan katalis. Gammaalumina disintesis dari pemanasan Al2(SO4)3 pada suhu 900°C selama 6 jam. Modifikasi permukaan γ-alumina dengan surfaktan dapat dimanfaatkan sebagai medium reaksi yang dapat memaksimalkan kontak antara reaktan. Penggunaan admisel ini memiliki kelebihan mudah dipisahkan dari produk reaksi. Nilai dari Critical Admicelle Concentration (CAC) dan CMC (Critical Micelle Concentration) ditentukan dengan kurva isoterm adsorpsi. Penelitian ini mempelajari pemanfaatan penggunaan γ-alumina yang telah dimodifikasi dengan surfaktan SDS sebagai medium reaksi untuk menganalisis konsentrasi arsen minimum berdasarkan reaksi reduksi metilen biru. Ikatan antara surfaktan SDS dengan metilen biru terjadi melalui interaksi elektrostatik. Pembentukan admisel γ-alumina/SDS optimum (di bawah titik CMC) terjadi pada konsentrasi SDS 7000 μM serta pada pH 3. Selain itu juga diamati efek penggunaan nanopartikel perak sebagai katalis yang menyebabkan peningkatan jumlah metilen biru yang tereduksi. Nanopartikel perak hasil sintesis memiliki ukuran partikel sekitar 12,21 nm serta menunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang 404 nm. Pengukuran jumlah metilen biru sisa dilakukan dengan instrumentasi DRS (Diffuse Reflectance Spectroscopy). Konsentrasi arsen minimum yang masih dapat dideteksi dengan sistem ini adalah sebesar 1x10-6 M. ......Gamma-alumina is often used as adsorbent and catalyst. In this research γ- alumina was obtained by heating Al2(SO4)3 at a temperature of 900°C for 6 hours. Surface modification of alumina with a surfactant (admicelle) can be utilized as a reaction medium that can maximize the contact between the reactants. The advantage by using this admicelle is easily separated from reaction product. The values of Critical Admicelle Concentration (CAC) and CMC (Critical Micelle Concentration) were determined based on the adsorption isotherm curve. This research studied the utilization of γ-alumina modified with the surfactant SDS as the reaction medium to analyze the minimum concentration of arsenic based on methylene blue reduction reaction. The bonding between the surfactant SDS with the methylene blue occured through electrostatic interactions. γ-alumina/SDS admicelle optimum formation (below CMC value) occurred at a concentration of SDS 7000 μM and at pH 3. It was also observed that the effect of using silver nanoparticles as the catalyst could lead into an increasing amount of reduced methylene blue. The synthesized of silver nanoparticles had a particle size of about 12.21 nm and showed maximum absorption at a wavelength of 404 nm. The measurement of the remained quantity of methylene blue in the admicelle was conducted with using Diffuse reflectance Spectroscopy (DRS). The minimum concentration of arsenic detectable with the DRS instrumentation was 1x10-6 M.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30717
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Nurdianti
Abstrak :
ABSTRAK Kinetika dan mekanisme reaksi pembentukan kompleks Fe(II) dan Fe(III) dengan ligan 2-(5-bromo-2-piridilazo)-5-dietilaminofenol (5-Br-PADAP atau HL) pada antarmuka heksana-air telah dipelajari melalui pengukuran spektrofotometri UV-Vis menggunakan metode batch, metode high speed stirring (HSS) dan metode centrifugal liquid membrane (CLM). Molar rasio pembentukan kompleks Fe(II) dan Fe(III) yang diperoleh adalah [HL] : [Fe] = 2 : 1, sehingga kompleks yang terbentuk ialah kompleks netral Fe(II)L2 dan kompleks kation Fe(III)L2+. Ligan 5-Br-PADAP dalam pelarut heksana menghasilkan spektrum absorpsi UV-Vis pada ??maks = 450 nm dengan nilai absorptivitas molar, ?? = 2,95 x 104 M-1 cm-1, serta koefisien distribusi, KD = 8,81. Melalui pembentukan kompleks dengan metode batch diketahui bahwa kompleks Fe(II)L2 yang terbentuk akan terekstrak dalam fasa organik (dengan ??maks = 533 nm dan 750 nm), sedangkan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kompleks kation Fe(III)L2+ tidak terekstrak pada fasa organik tapi terlarut pada fasa air (dengan ??maks = 512 nm). Adsorpsi zat pada antarmuka diselidiki dengan menggunakan metode high speed stirring (HSS). Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diketahui bahwa saat kondisi kecepatan pengadukan tinggi (4500 rpm), sebagian besar ligan 5-Br-PADAP dan kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP akan teradsorpsi pada antarmuka. Tetapi saat kecepatan pengadukan dihentikan (stop), sebagian besar zat akan kembali terekstrak ke dalam fasa organik. Nilai konstanta adsorpsi ligan 5-Br-PADAP pada antarmuka (K??) heksana-air dengan metode ini didapat sebesar 3,15 x 10-4 cm. Juga diperoleh konstanta adsorpsi kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP pada antarmuka heksana-air sebesar 2,73 x 10-3 cm. Pembentukan kompleks dengan metode CLM menghasilkan spektra absorpsi dengan ??maks ( kompleks Fe(II)L2: 550 nm dan 750 nm, serta kompleks kation Fe(III)L2+: 523 nm ) yang berbeda dengan hasil yang diperoleh dari metode batch, disimpulkan bahwa kompleks tersebut berada pada antarmuka. Penggunaan ligan dengan konsentrasi tinggi pada pembentukan kompleks dapat menghasilkan aggregat kompleks (kumpulan kompleks), yang ditunjukkan dengan pergeseran panjang gelombang ke arah panjang gelombang yang lebih besar (pergeseran merah atau batokromik). Aggregat jenis ini disebut J-aggregat. Pembentukan kompleks Fe ?V 5-Br-PADAP yang diamati menggunakan metode CLM dipengaruhi oleh konsentrasi ligan dan pH. Dari hasil kinetika reaksi pembentukan monomer kompleks dan aggregat kompleks, dapat diketahui mekanisme reaksi yang terjadi pada antarmuka sistem heksana-air. Untuk pembentukan kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP diperoleh nilai kkmo = 8,63 x 102 M-1 s-1 dan kagg = 6,26 x 102 M-1 s-1, sedangkan untuk pembentukan kompleks Fe(III) ?V 5-Br-PADAP diperoleh nilai kkmo = 4,20 x 10 M-1 s-1 dan kagg = 6,36 x 10 M-1 s-1. Kompleks Fe(III) ?V 5-Br-PADAP dapat direduksi menjadi kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP menggunakan asam askorbat dan kinetika reaksi reduksinya diamati dengan metode CLM. Diperoleh konstanta laju rata-rata reaksi reduksi sebesar 9,76 x 10 M-1 s-1.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library