Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novry Adityan
Abstrak :
Desain bangunan yang sudah tercipta seringkali masih mempunyai kekurangan-kekurangan untuk bisa ?memandu? manusia di dalam bangunan dan membutuhkan elemen-elemen lain seperti tanda-tanda (sign). Signage memiliki peran yang sengat penting dalam sirkulasi dan navigasi manusia di dalam bangunan, terutama dalam membentuk dan menjaga kenyamanan dan keamanan ketika manusia berkegiatan di dalamnya. Namun adanya signage juga terkait dengan efek visual/kualitas estetika yang ditimbulkannya dan oleh karena itu desain signage harus disesuaikan dengan karakteristik visual dan konteks ruang di sekitarnya. Oleh karena itu, signage yang identik dengan ilmu desain grafis, ternyata juga sangat berhubungan dengan ilmu arsitektur.

Apa saja yang harus diperhatikan ketika merencanakan signage, khususnya di bangunan publik yang sarat akan kegiatan komersil seperti mall? Pada kesempatan ini, penulis akan mencoba memaparkan secara umum hubungan signage dengan arsitektur beserta aplikasi sign dalam suatu bangunan publik, yaitu pada bangunan mall serta keterkaitannya dengan konteks di sekitarnya, melalui studi literatur, dan pengamatan. Secara khusus dibahas bagaimana menerapkan sign-sign untuk kepentingan publik (public sign) di antara sign-sign lain yang ada di dalam mall, agar bisa tetap ?menonjol? sehingga tetap dapat berfungsi dengan baik. Ruang lingkup yang dibahas antara lain mengenai desain signage secara fisik dan bagaimana ia berdiri di sebuah ruangan tiga dimensi yang berkaitan dengan fungsinya sebagai alat wayfinding, serta efek visual/estetika yang ditimbulkannya dalam ruang arsitektural di sekelilingnya.

Dalam bangunan publik seperti mall, Signage yang ditujukan untuk kepentingan publik juga berkompetisi secara visual dengan signage yang bertujuan untuk tujuan pribadi seperti tujuan komersil. Pentingnya public sign untuk kenyamanan pengunjung dan keberhasilan toko-toko di dalam mall, menjadi pertimbangan pihak pengelola mall dalam perencanaan public sign, sehingga signage tersebut dapat tetap bersaing di dalam mall dalam hal menarik perhatian manusia.
Building design that have been made often still have some minus to guide humans in the building and need enother element such as signs. Signage has a very important role for human?s circulation and navigation in a building, especially in order to create and to keep the comfortability and safety when humans have activities in it. However, the existence of signage also has a relationship with visual effect or aesthetic quality that appeared and because of that signage design has to adjust the visual characteristic and spasial context of the surroundings. So, signage that is identical with graphic design knowledge, in fact also have a great connection with architecture.

What else that should be noticed when we design signage, especially in public buildings that is filled by commercial activites like a mall? This time, the author will try to explain generally the connection between signage and architecture along with signnage aplication in public building such as mall and the relation with the surrounding context, through literature study and observation. Specially wil be explained how to apply signs for public importance (public sign) in the middle of another sign in the mall, in order to keep it ?stick out? so it still can function properly. Scope of the writings is about physicaly signage design and how it stands in a three dimensional space that has connection with its function as wayfinding tool, along with visual or aesthetic effect that is appeared by it in the surrounding architectural space.

In public buildings like malls, Signage that is created for public importance compete visually with signage that is created for private purpose such as commercial purpose. The importance of public sign for the visitors comfortability and the succes of stores in the mall, become one of the considerations for the organizer of the mall in designing the public sign, with the result that the signs could compete in the mall in case to atrract human?s attentions.
2008
S48452
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius P.S. Wibowo
Abstrak :
Pekerjaan penerbitan pers merupakan pekerjaan yang bersifat kolektif, artinya melibatkan beberapa orang, yaitu pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, redaktur, wartawan, penulis, pencetak, dan penerbit. Dalam kaitannya dengan sifat kolektif dari pekerjaan tersebut, timbul permasalahan tentang siapa yang harus bertanggungjawab secara hukum apabila pers memuat suatu tulisan atau menurunkan suatu berita yang sifatnya dapat sebagai tindak pidana. Menurut KUHP, dalam hal demikian maka beberapa orang tersebut dapat dimintai pertanggungjawaban pidana secara bersama-sama. Untuk menentukan hukuman masing-masing peserta harus dilihat lebih dahulu sejauh mana peranan masing-masing perserta dalam tindak pidana yang terjadi. Berbeda dengan KUHP, menurut UU Nomor 11 Tahun 1966 jo UU Nomor 04 Tahun 1967 jo UU Nomor 21 Tahun 1982 (UU Pokok Pers), dalam hal terjadi tindak pidana pers, yang dipertanggungjawabkan secara pidana cukup satu orang saja, yaitu pemimpin redaksi atau redaktur atau wartawan atau penulisnya sendiri. Pertanggungjawaban pidana demikian disebut waterfall system, sebab seseorang dapat mengalihkan pertanggungjawaban tersebut kepada orang lain. Undang-undang pers yang baru, yaitu UU Nomor 40 Tahun 1999, meskipun telah secara tegas menyatakan tidak berlaku lagi UU Pokok Pers, dalam prakteknya undang-undang tersebut masih dipergunakan. Melalui UU Nomor 40 tahun 1999 tersebut, dibuka kemungkinan untuk menuntut pertanggungjawaban pidana terhadap insan pers (pemimpin redaksi, redaksi, wartawan, dan lain-lainnya) sekaligus terhadap perusahaan persnya. Pertanggungjawaban pidana perusahaan pers ini, tidak dikenal di dalam UU Pokok Pers.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001
T36500
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiranto Sadono
Abstrak :
ABSTRAK
Jakarta selain sebagai ibu kota negara juga sebagai pusat perdagangan dan kota untuk kunjungan pariwisata sehingga hal tersebut membuat banyak orang baik dari luar Jakarta maupun dari luar negeri untuk datang ke Jakarta dengan banyak kepentingannya.

Aspek terpenting untuk mendukung hal tersebut adalah adanya jalur - jalur transportasi terurama jalur transportasi darat yang mendukung sehingga membuat para pengemudi ataupun para pengguna jalan dapat dengan mudah untuk menjangkau lokasi - lokasi yang dikehendaki.

Jalan - jalan di Jakarta dalam hal teknis terutama untuk konstruksinya umumnya sudah memenuhi standard tetapi untuk hal yang lainnya kurang mendapat perhatian dan divas Lalu lintas jalan raya yaitu mengenai Petunjuk Jalan bagi para pengguna jalan atau yang disebut Rambu rambu lalulintas petunjuk jalan (Possitive Guidance). Rambu- rambu petunjuk jalan adalah terpenting karena jalan tanpa adanya ""Possitive Guidance"" yang benar akan sering membuat para pengguna jalan kebingungan atau bahkan dapat tersesat sehingga pengguna jalan tidak dapat sampai ke tempat yang dituju.

Pada penyusunan tugas akhir ini penulis membahas tentang rambu-rambu petunjuk jalan yang ada pada wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Pusat, sedangkan evaluasi yang penulis gunakan adalah dalam segi teknis yaitu berdasarkan jarak pandangan henti atau ""Stoping Sight Distance"" dan juga berdasarkan desain kriteria. Dari analisa tersebut akan dapat diketahui tentang keadaan rambu tersebut apakah memang tepat dalam penempatannya ataukah tidak.
2000
S35627
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moses Jefferson Irawan
Abstrak :
Skripsi ini membahas analisis perbandingan dua sistem pengenalan rambu lalu lintas yaitu menggunakan metode Generative Learning (GL) dan Support Vector Machine (SVM). GL merupakan metode pengenalan yang baru dikembangkan di mana sampel training dihasilkan dengan memvariasikan sampel yang ada berdasarkan parameter tertentu sehingga dapat mempermudah pembuatan citra untuk training serta dapat memberikan hasil pengenalan yang lebih baik. SVM merupakan metode pengenalan yang telah banyak digunakan dan menggunakan karakteristik vektor untuk memisahkan objek dari latar belakangnya. Sambil berjalan, rambu-rambu lalu lintas direkam oleh kamera video di atas kendaraan bermotor yang hasil rekamannya dianalisis menggunakan kedua metode tersebut. Hasil pengenalan rambu lalu lintas yang dianalisis dalam beberapa kondisi seperti jumlah sampel training, resolusi video, tingkat kecerahan sekitar, dan kecepatan kendaraan kemudian dibandingkan dan dianalisis tingkat akurasinya. Dari hasil percobaan didapat bahwa akurasi pengenalan metode GL lebih baik dibandingkan SVM yaitu dengan persentase masing-masing 95,56% dan 94,67%. ......This thesis discusses the comparative analysis of two traffic signs recognition system using Generative Learning (GL) and Support Vector Machine (SVM) methods, respectively. GL is a newly developed method in which the training samples are generated by varying samples based on certain parameters which makes it easier to the training images and produce better recognition result. SVM is a method that has been widely used which uses vector characteristics to separate objects from its background. Traffic signs are recorded using a video camera in a moving motorcycle and videos of them are analyzed using both methods. The accuracy of recognition results will be compared under some conditions, such as the number of training imageries, video resolutions, and lighting conditions, and vehicle’s speed. Recognition results showed that GL has better accuracy than SVM, with percentage of 95.56% and 94.67%, respectively.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathi Restu Prianggoro
Abstrak :
Sektor konstruksi di Indonesia memiliki peran penting dalam pembangunan infrastruktur nasional, tetapi juga diwarnai oleh risiko tinggi kecelakaan kerja. Kurang diperhatikannya aspek-aspek Keselamatan Konstruksi (K2) dalam proyek konstruksi dapat memberikan dampak yang buruk bagi sektor konstruksi. Sektor konstruksi merupakan penyumbang angka kecelakaan kerja terbesar di dunia. Menurut International Labour Organization (ILO), sektor konstruksi melaporkan sedikitnya 60.000 kecelakaan fatal terjadi di sektor konstruksi setiap tahunnya. Kemudian, di Amerika Serikat dilaporkan bahwa industri konstruksi hanya menyumbang 5% dari tenaga kerja di Amerika Serikat, namun secara tidak proporsional menyumbang 20,2% dari kematian di antara semua industri dari tahun 2003 hingga 2012 (BLS, 2023). Di Indonesia sendiri menurut data dari BPJS Ketenagakerjaan, angka kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 123.040 kasus dan pada tahun 2022 angka kecelakaan kerja meningkat drastis menjadi 265.334 kasus kecelakaan kerja. Salah satu upaya untuk meningkatkan K2 adalah dengan pemasangan rambu-rambu dan perlengkapan lalu lintas pada proyek konstruksi. Perlengkapan lalu lintas merupakan salah satu komponen yang harus diperhitungkan dalam penyusunan anggaran biaya SMKK berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 10 Tahun 2021.Perlengkapan lalu lintas ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan pekerja terhadap aturan keselamatan kerja, sehingga dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja. Namun, kurangnya penerapan perlengkapan lalu lintas dapat meningkatkan risiko kecelakaan, mengakibatkan ketidaknyamanan, kebingungan, dan potensi kesalahan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk  mempermudah penentuan jumlah kebutuhan perlengkapan lalu lintas pada proyek konstruksi dengan Menyusun sebuah metode perhitungan yang akurat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah  metode delphi atau validasi pakar dan melakukan analisa arsip.  Hasil dari penelitian ini akan disusun menjadi sebuah pedoman perhitungan  kebutuhan peralatan lalu lintas pada proyek konstruksi. ......The construction sector in Indonesia has an important role in the development of national infrastructure, but it is also characterized by a high risk of work accidents. The lack of attention to Construction Safety ("K2") aspects in construction projects can have a devastating impact on the construction sector. The construction sector is the largest contributor to the number of work accidents in the world. According to the International Labor Organization (ILO), the construction sector reports at least 60,000 fatal accidents occur in the construction sector each year. Then, in the United States it is reported that the construction industry accounts for only 5% of the workforce in the United States, but disproportionately accounts for 20.2% of fatalities among all industries from 2003 to 2012 (BLS, 2023). In Indonesia itself, according to data from BPJS Ketenagakerjaan, the number of work accidents in Indonesia in 2017 reached 123,040 cases and in 2022 the number of work accidents increased dramatically to 265,334 cases of work accidents. One of the efforts to improve K2 is by installing signs and traffic equipment on construction projects.Traffic equipment is one of the components that must be taken into account in the preparation of the SMKK cost budget based on the Minister of PUPR Regulation Number 10 of 2021. This traffic equipment aims to increase workers' awareness and compliance with work safety rules, thereby reducing the risk of work accidents. However, the lack of implementation of traffic equipment can increase the risk of accidents, resulting in inconvenience, confusion, and potential errors. Therefore, this research aims to simplify the determination of the number of traffic equipment needs in construction projects by developing an accurate calculation method. The research method used in this research is the delphi method or expert validation and archival analysis.  The results of this research will be compiled into a guideline for calculating traffic equipment needs in construction projects.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library