Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Naskah ini memuat dua teks, yaitu Kakawin Indrawijaya (h.1-26) dan kakawin Lambang Pralambang (h.1-21). Kakawin Indrawijaya menguraikan kemenangan dewa Indra dalam memerangi raksasa sakti yang diciptakan Twasta Prajapati. Teks diawali dengan kecemburuan Twasta Prajapati kepada Dewa Indra. Dengan ketekunan semadinya, Twasta Prajapati berhasil memperoleh seorang putra berkepala tiga bernama Trisirah. Raksasa ini pun sangat tekun bertapa brata, sebagai upaya untuk merebut Keindraan (Surga Indra). Dewa Indra mengutus para bidadari untuk menggodanya, namun sia-sia. Akhirnya Dewa Indra membunuh Trisirah dengan senjata bajra, ketiga kepalanya dipotong-potong oleh Wiswakarma. Twasta Prajapati menciptakan raksasa kedua bernama Wreta, ditugaskan untuk memerangi Dewa Indra. Raksasa ini tidak dapat mati baik siang atau malam, tidak dapat dibunuh dengan senjata apa pun walaupun berasal dari bahan keras maupun cair. Dewa Indra hampir saja kalah dalam peperangan. Para dewa berupaya untuk menjadikan Wreta menguap, sehingga banyak korban dapat meloloskan diri. Melihat situasi yang demikian itu, Dewa Wisnu pun turut turun tangan, serta menasihati para dewa agar pura-pura bersahabat dengan raksasa Wreta. Raksasas Wreta dapat diperdaya sehingga bersedia mengungkapkan rahasia kelemahannya. Akhirnya ketika bertemu di tepi laut, Dewa Indra dapat membunuh Wreta di waktu senja (pertemuan siang dan malam) dengan buih (bukan keras atau cair), yang dimasuki Dewa Wisnu. Dewa Indra pergi dari Surga karena merasa berdosa atas terbunuhnya Trisirah (seorang Brahmin) dan Wreta. Nawusa (dari bumi manusia) menggantikan kedudukannya dan menuntut hak atas Saci (permaisuri Indra). Para dewa beserta Saci segera mencari Dewa Indra, akhirnya dapat ditemukan di persembunyian dalam sebatang bunga teratai. Indra menyuruh Saci untuk bersedia menikah dengan Nawusa, asal bersedia datang ke pernikahan dengan sebuah tandu yang dipikul para resi. Nawusa menyetujui serta melaksanakan segala permintaan Saci. Akhirnya Nawusa dihukum dan dikutuk menjadi seekor ular selama sepuluh juta tahun karena menghina para resi. Indra pun kembali ke Surga. Keterangan pada h.26a (Indrawijaya) menyebutkan bahwa, naskah ini merupakan karya Betara di Sinduwati, selesai ditulis pada hari Kamis Julungwangi, di Lombok pada tahun 1722 Saka (1799 Masehi). Naskah yang semula karya Betara Sinduwati ini telah disalin atau diprakarsai (?) oleh Ida I Gst. Pt. Jlantik sewaktu menjadi camat di Sukasada Buleleng, tahun 1918. Hal ini diperkuat dengan keterangan h.1a yang menyebutkan jlantik (t.t) punggawa distrik sukasada, 1918. Keterangan tentang teks Kakawin Indrawijaya da
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.25-LT 223
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Hairkoto Hatmanto
Abstrak :
Untuk melengkapi ujian Sarjana pada jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia, saya mendapat tugas untuk nembuat sebuah skripsi. Persoalan yang saga ambil untuk skripsi ini adalah tentang peranan yang dijalankan pemuda-pemuda di Jakarta di da_lam terlaksananya rapat raksasa di- lapangan Ikada pada tang-gal 19 September 1945, dan masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan yang dirmaksud pemuda di sini, pada umumnya golongan muda yaitu mereka yang berumur di bawah 30 tahun memegang peranan penting hanya pada saat-saat tertentu. sa_at-saat tersebut adalah perang dan revolusi di mana. semangat pemuda dan tenaga fisiknya diperlukan. Salah satu peristi_wa yang pernah terjadi di Jakarta pada tanggal 19 September 1945 di lapangan Ikada, para pemuda untuk pertama kalinya sejak proklamasi kemerdekaan berhasil mempertemukan pemimpin-pemimpinnya dengan rakyat. Pertemuan ini mempunyai arti _
Depok: Universitas Indonesia, 1983
S12456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Goldsmith, Edward
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993
333.731 GOL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Follett, ken
Jakarta: Esensi, 2010
809 FOL ft
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Aulia Prasasti
Abstrak :
Panda raksasa murapakan hewan endemik asal Tiongkok yang paling mudah untuk dikenali. Sebab kelangkaan dan ciri khasnya, panda digunakan sebagai alat diplomasi dan simbolisme politik oleh Tiongkok. Akan tetapi, Diplomasi Panda modern sebagai diplomasi publik baru dimulai pada tahun 1950-an sebagai bagian dari kebijakan luar negeri Mao Zedong. Karena popularitasnya, Tiongkok mengubah bentuk Diplomasi Panda yang awalnya merupakan hadiah cuma-cuma untuk membangun hubungan internasional dengan kontrak sewa jangka pendek berbasis komersial. Sewa berbasis komersial kemudian berubah menjadi sewa jangka panjang berbasis konservasi setelah Tiongkok mengaksesi Convention on International Trade of Endangered Species. Skema sewa menyewa berbasis konservasi ini terbukti menjadi upaya bernilai untuk memulihkan populasi panda raksasa, terutama setelah tragedi gempa bumi tahun 2008 di Sichuan yang berdampak pada lebih dari separuh populasi panda di habitat aslinya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum doktrinal melalui kajian doktrin hukum, peraturan, dan literatur lainnya. Melalui kajian tersebut, penelitian ini menemukan pentingnya Diplomasi Panda terhadap konservasi spesies panda raksasa dan menemukan bagaimana kerangka hukum dan diplomasi dapat mewujudkan hal tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi untuk memanfaatkan pinjaman berbasis konservasi satwa endemik langka sebagai upaya konservasi dan alat diplomasi publik di Indonesia. ......The giant panda is known to be the most recognizable endemic animal from China. Due to its rarity and distinctive features, pandas are known to have been used as a tool of diplomacy and political symbolism by China. However, the modern Panda Diplomacy as a public diplomacy only started in the 1950s as part of Mao Zedong's foreign policy. Due to its popularity, China changed the form of Panda Diplomacy which was originally a gratuitous gift to build international relation to commercial-based short-term loan contracts. The commercial-based loan later transformed into conservation-based long-term loan as China acceded the Convention on International Trade of Endangered Species. The conservation-based loan has been proven to be a valuable attempt to recover the giant panda population, especially after the 2008 earthquake tragedy in Sichuan which affected more than half of the panda population in its natural habitats. This thesis uses a doctrinal legal research method through a study of legal doctrines, regulations, and literatures. Through the studies, this thesis found out the importance of the Panda Diplomacy toward the conservation of giant panda species and figured out how both of the legal framework and diplomacy could make it possible. Therefore, it aims to provide recommendations to utilize the conservation-based loan of endangered endemic animals as conservation efforts and public diplomacy tools in Indonesia.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Jayanti
Abstrak :
Skripsi ini akan membahas mengenai citra tokoh raksasa dalam 4 cerita rakyat Jawa. (Timun Emas, Dewi Ragil Kuning, Banaspati dan Bagaspati Ratuning Ngalas). Penelitian ini menggunakan pendekatan instrinsik dengan metode deskriptif. Penelitian ini akan menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa tokoh Raksasa merupakan tokoh rekaan yang berfungsi sebagai tokoh penting dalam cerita dan beberapa bagian dari tokoh tersebut diambil dari tokoh Raksasa yang ada dalam cerita-cerita wayang. Citra tokoh Raksasa dapat dilihat dari karakter dan tingkah laku dalam cerita. Ajaran moral yang baik dan pendidikan merupakan tema pokok yang diangkat dalam empat cerita.
This paper will discuss the image of a giant figure in Javanese folklore 4. This study uses an intrinsic approach with descriptive methods. This research will yield a conclusion that the figure represents a giant fictional character that serves as an important character in the story and some parts of these figures were taken from existing giant figures in the wayang stories. Image of the giant figures can be seen from the character and behavior in the story. Teaching about moral education are the key themes raised in the four stories.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11710
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Teks naskah ini berisi cerita tentang kesedihan Bathara Indra karena khayangan hendak diserang oleh pasukan raksasa yang dipimpin oleh Prabu Niwatakawaca. Arjuna yang sedang bertapa di gunung Indrakila diperintah oleh dewa untuk melawan raksasa tersebut dan akan diberi perhiasan dan tujuh bidadari. Arjuna menang dan dia dinikahkan dengan Dewi Supraba dan mendapat senjata panah Pasopati. Daftar pupuh sebagai berikut: 1. Asmaradana; 2. Sinom; 3. Dandanggula; 4. Kinanthi; 5. Pangkur; 6. Durma; 7. Dandanggula; 8. Mijil; 9. Dandanggula; 10. Maskumambang; 11. Sinom; 12. Pangkur; 13. Asmaradana; 14. Durma; 15. Sinom; 16. Mijil; 17. Dandanggula. Asal koleksi naskah dari RM. Sajid.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.11-KS 83
Naskah  Universitas Indonesia Library