Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Okta Fitrianos
Abstrak :
Kampus Ui Depok adalah suatu daerah yang kegiatan utamanya adalah pendidikan dan penelitian yang ditunjang dngan kegiatan administrasi Ribuan orang melakukan aktivitas setiap hari pada daerah ini. Dalam kegiatannya populasi ini menggunakan air bersih dan menghasilkan limbah cair. Pada saat ini kebutuhan air bersih kampus UI Depok dipasok dari jaringan distribusi PDAM. Adanya curah hujan yang turun pada kampus UI Depok dapat dijadikan altematif pemasok kebutuhan air bersih tersebut. Perhitungann pemanfaatan potensi air hujan dilakukan dengan 2 alternatif, yaitu dengan mengasumsikan keseluruhan luas kampus UI Depok sebagai daerah tangkapan air hujan dan dengan mengasumsikan luas atap bangunan sebagai daerah tangkapan. Pemanfaatan air hujan memerlukan suatu studi kelayakan tentang kapasitas dan kualitas air hujan tersebut. Kapasitas air hujan yang dapat ditampung beserta perangkat yang diperiukan penting untuk dipertimbangkan Kualitas air hujan juga perlu diteliti untuk mengetahui kelayakan pemakaiannya sebagai air bersih maupun sebagai air, minum dan untuk mengetahui jenis pengolahan yang diperlukan. Dengan pemanfaatan air hujan maka pemakaian air dari suplai PDAM dapat dikurangi serta pemakaian air tanah dapat dihindari dalam rangka konsentrasi sumber daya air tanah.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S35041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Ahmad Ibrahim
Abstrak :
Dampak perubahan iklim terhadap dinamika atmosfer selama beberapa dekade terakhir telah mempengaruhi terjadinya peningkatan fenomena cuaca ekstrem di berbagai wilayah dunia. Fenomena cuaca ekstrem, khususnya hujan ekstrem merupakan penyebab utama dari berbagai kejadian bencana hidrometeorologis seperti banjir, tanah longsor dan erosi tanah. Pemahaman menyeluruh terhadap bahaya hujan ekstrem merupakan hal penting yang perlu dilakukan dalam upaya pengelolaan sumber daya air terkait ancaman perubahan iklim. Melalui investigasi spasial dan temporal - berdasarkan perhitungan indikator ekstrem WMO, meliputi aspek frekuensi, persistensi, absolut maksimal, dan rata-rata per kejadian - penelitian ini mengungkap kecenderungan hujan ekstrem di Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi) periode 1983-2012. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji statistik Mann-Kendall yang telah banyak diaplikasikan oleh para pakar klimatologi dalam mendeteksi suatu kecenderungan iklim. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa secara spasial hujan ekstrem cenderung tinggi pada wilayah selatan Jabodetabek yang merupakan topografi perbukitan-pegunungan untuk jumlah kejadian dan rentang hari hujan; dan tinggi pada wilayah tengah hingga utara yang merupakan topografi landai hingga dataran rendah untuk nilai maksimal dan rata-rata kedalaman. Pola temporal hujan ekstrem cenderung mengikuti pola curah hujan tahunan, dan perubahan temporalnya cenderung positif dengan indikasi peningkatan aktivitas muson barat.
The impact of climate change on the dynamics of the atmosphere over the last few decades has affected an increase in extreme weather phenomena in different regions of the world. Extreme weather phenomena, in particular extreme precipitation events are the main cause of various hydrometeorological disasters such as floods, landslides and soil erosion. Thorough understanding of the dangers of extreme precipitation is an important thing that needs to be done in water resources management efforts related to the threat of climate change. Through spatial and temporal investigation - based on WMO extreme indices calculations covering aspects of frequency, persistence, absolute maximum, and average per event - this study reveals the trends in extreme precipitation in Greater Jakarta (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi) during the period 1983-2012. The analysis is done by using the Mann-Kendall statistical test, which has been applied by many climatologist experts in detecting a climate trend. The results showed that the spatial pattern of extreme precipitation tends to be high in the southern reigon of Greater Jakarta which is a hilly-montainous topographic area, in terms of aspects of the number of events and span of rainy day; and high in the central to the north region which is a lowland-sloping topographic area, in terms of aspects of the maximum value and the mean depth. The temporal pattern tends to follow the pattern of annual rainfall, and the overall changes tend to be positive with indications of increased activity of the west monsoon.;
Universitas Indonesia, 2014
S58502
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mendes, Chico
Jakarta: Walhi dan Yayasan Obor Indonesia , 1994
634.9 MEN b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Francis, W.D.
Canberra: Australian Government Publishing Service, 1981
634.9 FRA a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Amsterdam: Elsiver, 1983
R 577.34 TRO
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Nichol, John
London: David & Charies, 1990
R 577.340913 NIC m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sobirin
Abstrak :
ABSTRAK
Urbanisasi telah mengubah tutupan lahan dari permukaan lolos air menjadi permukaan kedap air yang dapat berdampak pada peningkatan limpasan hujan di kawasan perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektifitas sebaran spasial Green Infrastructure (GI) dalam pengurangan limpasan hujan di berbagai spektrum hujan. Simulasi pengurangan limpasan hujan melalui penerapan GI diimplementasikan pada DTA yang berlokasi di Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur. EPA SWMM digunakan untuk mensimulasi model hidrologi melalui tiga skenario : skenario-1 baseline (kondisi eksisting tanpa penerapan GI), skenario-2 GI (penerapan GI melalui rain garden, rain barrel dan porous pavement), skenario-3 RDTR (sesuai Rencana Detail Tata Ruang DKI Jakarta). Hasil simulasi SWMM menunjukkan skenario-2 GI untuk hujan kala ulang 2-, 5-, 10-, 25-, 50-tahun menghasilkan persentase pengurangan total volume limpasan secara berurutan sebesar 9.76%, 8.76%, 8.27%, 7.50%, 7.05% dan persentase pengurangan debit puncak sebesar 9.29%, 7.97%, 5.83%, 3.49%, 2.21% dibandingkan tanpa penerapan GI. Adapun untuk skenario-3 RDTR untuk kala ulang hujan yang sama menghasilkan persentase penambahan total volume limpasan secara berurutan sebesar 7.43%, 6.15%, 5.36%, 4.67%, 4.20% dan persentase penambahan debit puncak sebesar 3.93%, 2.33%, 1.29%, 0.63%, 0.63% dibandingkan dengan kondisi eksisting tanpa penerapan GI.
ABSTRACT
Urbanization has changed the land use from pervious cover to impervious cover which have an impact on increasing runoff in urban areas. The objective of this study is to determine the effectiveness of spatial distribution of Green Infrastructure (GI) in reducing runoff under various design storms. Simulation of runoff reduction is carried out by implementing the GI in the catchment area located in Pondok Kelapa, Eastern Jakarta, Indonesia. EPA SWMM 5.1 was used to simulate the performance of GI on reducing runoff in the study site for three simulation scenarios: baseline scenario (current conditions), GI scenario (implementing rain garden and rain barrel) and Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) scenario. The results show that GI scenario compared to the baseline scenario under various design storms 2-year, 5-year, 10-year, 25-year and 50-year return periods reduce the total runoff volume approximately 9.76%, 8.76%, 8.27%, 7.50%, 7.05, respectively and reduce the peak flows approximately 9.29%, 7.97%, 5.83%, 3.49%, 2.21%. For RDTR scenario compared to BL scenario resulting in percentile of total runoff volumes increase were 7.43%, 6.15%, 5.36%, 4.67%, 4.20% and the percentile of peak flows increase were 3.93%, 2.33%, 1.29%, 0.63%, 0.63% for the same return periods.
2019
T52731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Pommer
Abstrak :
Air dalam jumlah yang besar maupun kecil, sama-sama dapat menjadi sahabat sekaligus musuh bagi manusia. Air dalam jumlah banyak dapat memberikan keuntungan yang besar jika dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, maupun menjadi sumber persediaan air saat terjadi kekurangan air di musim kemarau yang panjang. Namun dalam jumlah yang panjang air juga dapat mengakibatkan bencana seperti banjir. Kerugian dan keuntungan yang dapat diakibatkan oleh hujan ini semuanya tergantung pada kemampuan manusia dalam mengendalikan dan memanfaatkannya. Dalam setiap aspek pemanfaatan, pengendalian, dan pemeliharaan air, dalam suatu daerah, peran analisa hidrologi sangat penting. Analisa ini mempergunakan data-data curah hujan suatu daerah. Dengan memanfaatkan atau mensyaratkan kondisi-kondisi tertentu dalam analisa dapat diberikan informasi yang sangat penting bagi perencana, dalam menentukan dimensi bangunan-bangunan, memperkirakan ketesediaan air, ataupun untuk memperkirakan besarnya hujan yang harus dikendalikan. Analisa hidrologi salah satunya adalah perhitungan periode ulang hujan. Dalam analisa ini dipergunakan data-data curah hujan maksimum harian pertahun. Periode ulang ini dipergunakan sebagai acuan untuk memperkirakan kondisi ekstrim yang akan terjadi di suatu daerah. Dalam kasus banjir, periode ulang dipergunakan oleh perencana untuk memperkirakan ketersediaan air, maupun untuk memperkirakan besarnya hujan yang harus dikendalikan, maupun yang harus ditampung dan dialirkan oleh sistem drainase yang dirancangnya. Pada kenyataannya, walaupun seorang perencana bangunan air telah dapat memperkirakan dengan baik perencanaan pembebanan yang mungkin akan ditanggung oleh bangunan tersebut, tetapi ia tidak berani menjamin apakah beban-beban perencana itu terlampaui atau tidak. Sehubungan dengan hal itu maka perencana biasanya membuat asumsi-asumsi dan memberikan factor-faktor keamanan yang cukup besar. Jika suatu kejadian seperti banjir terjadi, analisa ini dapat dipergunakan untuk mengecek apakah banjir yang terjadi diakibatkan oleh hujan dengan intensitas yang lebih besar dari intensitas hujan yang dipergunakan dalam perencanaan. Ataukah banjir yang terjadi diakibatkan oleh memburuknya sistem drainase. Semua kesimpulan yang dihasilkan berguna untuk dijadikan landasan bagi pengambilan keputusan berkenaan upaya pengendalian banjir serta dampaknya. Hal ini menjadi penting mengingat banyaknya usulan yang diberikan menyangkut upaya pengendalian air maupun upaya preventif lainnya. Pemahaman yang benar tentang masalah ini penting, agar keputusan yang diambil tidak malah kontra produktif, ataupun berbiaya terlalu besar yang tidak seimbang dengan keefektifan yang diharapkan agar dihasilkan oleh upaya tersebut. Dalam tugas akhir ini akan ditentukan periode ulang hujan yang terjadi di Sungai Ciliwung, yang diwakili stasiun-stasiun pengukur curah hujan yang berada di sekitarnya. Stasiun Depok, Stasiun Pasar Minggu, Stasiun Halim PK, Stasiun BMG Jakarta, dan Stasiun Tanjung Priok. Hujan yang periode ulangnya dihitung adalah yang terjadi pada tanggal 28-29 dan 31 Januari 2002, serta tanggal 1 dan 3-4 Februari 2002.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asti Asokawati
Abstrak :
Isu perubahan iklim telah menjadi topik yang sering dibicarakan pada saat ini. Salah satu dampak dari perubahan iklim adalah meningkatnya intensitas kejadian cuaca ekstrem, salah satunya kejadian hujan ekstrem. Kejadian ekstrem ini terjadi karena tingginya tingkat evaporasi air laut yang menyebabkan tingginya tingkat presipitasi dan berpotensi mengakibatkan bencana di lokasi tertentu khusunya yang berbatasan langsung dengan laut. Banten berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan Laut Jawa memiliki kerentanan yang relatif tinggi terhadap fenomena hujan ekstrem. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah klasifikasi kejadian hujan ekstrem berdasarkan indikator hujan ekstrem Zhang dan Feng serta BMKG menjadi empat klasifikasi yaitu R50, R75, R100, dan R125 yang kemudian dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hujan ekstrem umumnya terjadi di wilayah yang memiliki elevasi yang relatif tinggi dengan kelas lereng yang relatif curam dan umumnya hujan ekstrem terjadi pada musim hujan.
The issue of climate change has become a topic that is often discussed nowadays. One of the impacts of climate change is increasing the intensity of extreme weather events, one of which extreme rainfall events. Extreme events occur due to the high rate of evaporation that causes high rate of precipitation and potentially leads to disaster in some area, especially the areas that directly face the ocean. Banten Province directly adjacent to Java Sea and Hindian Ocean and relatively has a high vulnerability to extreme rainfall. The method used in the study is the classification of extreme rain events based on indicators of extreme rain Zhang and Feng along with BMKG into four classifications, namely R50, R75, R100, and R125 were then analyzed using descriptive analysis. The results showed that the extreme rainfall generally occurs in areas that have a relatively high elevation with a relatively steep slope class and extreme rainfall generally occurs during the rainy season.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S60330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akmal Hugo Prasetyo
Abstrak :
Skripsi ini mengembangkan simulasi pengaruh atenuasi hujan di skenario suburban tropis pada spektrum frekuensi 26 dan 41 GHz. Pengambilan spektrum frekuensi diambil berdasarkan alokasi frekuensi kerja untuk teknologi 5G-NR. Simulasi dibuat menggunakan simulator NYUSIM dari New York University dan bahasa komputasi matematis. Hasil dari simulasi diolah menggunakan model tersendiri untuk menghasilkan Power Delay Profile dan Outage Capacity. Kami telah melakukan simulasi pada 3 skenario kondisi jarak yang berbeda, yaitu Jarak 100 meter, Jarak 500 meter, dan Jarak 1000 meter. Dalam skenario kondisi jarak 100 meter, Outage Capacity terbesar bernilai 5 Gbps di 41 GHz yang diambil pada titik referensi outage 0.3. Dalam skenario kondisi jarak 500 meter, Outage Capacity terbesar bernilai 2.9 Gbps di 26 GHz yang diambil pada titik referensi outage 0.3. Dalam skenario kondisi jarak 1000 meter, Outage Capacity terbesar bernilai 3.5 Gbps di 26 GHz yang diambil pada titik referensi outage 0.3. Hasil dari simulasi ini mengindikasikan rugi atenuasi dari curah hujan mempengaruhi transmisi gelombang millimeter wave, akan tetapi dibandingkan dengan rugi-rugi lainnya seperti obstruksi gedung dan pepohonan seiring jarak bertambah akan membuatnya menjadi tidak signifikan dalam perhitungan kecepatan data. ......This thesis develops the simulation of rain attenuation in tropic suburban scenario at frequency spectrum of 26 and 41 GHz. Frequency spectrum are decuded by work frequency allocation for 5G-NR technology. The simulation was made by NYUSIM simulator from New York University and numerical computation language. The end result of simulation were processed using owns model to produce Power Delay Profile and Outage Capacity. We have done a simulation on three different distance scenario, namely Distance 100 meter, Distance 500 meter, and Distance 1000 meter. In distance 100 meter scenario, best outage capacity is achieved by 5 Gbps at 41 GHz using outage reference point of 0.3. In distance 500 meter scenario, best outage capacity is achieved by 2.9 Gbps at 26 GHz using outage reference point of 0.3. In distance 1000 meter scenario, best outage capacity is achieved by 3.5 Gbps at 26 GHz using outage reference point of 0.3. The result of this simulation indicates that attenuation from rain losses affect the transmission of millimeter wave, but when compared to other losses e.g. obstruction by building or trees as the distance increases would render it insignificant in peak capacity calculation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>