Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amelia Kristiani
Abstrak :
Periodontitis merupakan salah satu bentuk penyakit periodontal, dan merupakan Kelanjutan dari keradangan gingival yang meluas kejaringan periodontal dibawahnya. Tidak semua keradangan gingiva akan berkembang menjadi Periodontitis. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa adanya kuman spesifik di daerah sub gingiva dan defek pertahanan seluler berhubungan erat dengan bermacam-macan penyakit periodontal. Perawatan periodontitis dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kuman penyebab penyakit. Perawatan periodontitis yang dilakukan adalah secara mekanis dam pengobatan dengan antibiotik, tetapi pengobatan ini tidak dapat menghilangkan seluruh kuman di dasar poket. Dengan adanya keterbatasan ini aka dipilih beberapa bahan alternatif seperti asam sitrat untuk menunjang kaberhasilan perawatan. Pemakaian antibiotik, secara systemik cukup efektif untuk menghilangkan kuman penyebab periodontitis, tetapi efek sampingnya besar, sehingga akhir-akhir ini dipakai Cara Aplikasi lokal seperti aplikasi metronidazole untuk mengurangi gejala klinik dan mengobati periodontitis, karena efek sampingnya lebih kecil dan efektifitas untuk membunuh kuman lebih besar. Juga pemakaian asam sitrat dapat memberikan efek demineralisasi, membersihkan permukaan akar gigi dari plak dan kalkulus, menghilangkan kuman serta endotoksin dari permukaan cementum serta menghambat migrasi perekatan epithel kearah apikal. Penelitian terdahulu dilakukan untuk melihat efek aplikasi lokal metronidazole dan asam sitrat terhadap perawatan penyakit periodontal, belum parnah ada penelitian pengobatan kombinasi aplikasi lokal asam sitrat dengan metronidazole untuk perawatan penyakit periodontal. Maka di dalam penelitian ini akan diteliti efek kesembuhan penyakit periodontal dengan aplikasi lokal kombinasi asam sitrat dengan metronidazole.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kumar, Vinay
Singapore: Elsevier, 2015
616.07 KUM b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dekta Filantropi Esa
Abstrak :
Latar Belakang. Penyakit radang usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) memiliki gejala gangguan saluran pencernaan yang tidak dapat diprediksi, tidak menyenangkan, dan kerap kali menimbulkan rasa malu bagi penderitanya. Berbagai ketidaknyamanan tersebut dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup pasien IBD hingga meningkatkan morbiditas dan mortalitas di masa depan. Perlu instrumen yang sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keandalan dan kesahihan Inflammatory Bowel Disease Questionnaires-9 (IBDQ-9) versi bahasa Indonesia untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD. Metode. Instrumen asli IBDQ-9 diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterjemahkan kembali ke bahasa Inggris lalu dikonfirmasi kepada pemilik instrumen. Kemudian dilakukan uji kesahihan isi dengan Content Validity Index (CVI). Studi potong lintang dengan populasi terjangkau pasien dewasa IBD di Poliklinik Gastroenterologi, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta pada bulan November 2022 yang berusia 18-59 tahun, telah mengalami IBD minimal 2 minggu dan bersedia untuk menandatangani informed consent sebagai responden penelitian. Perbandingan skor total IBDQ-9 dengan SF-36 versi Indonesia dinilai dengan uji korelasi Spearman lalu uji keandalan dengan menentukan alfa Cronbach dan Intraclass Correlation Coefficient (ICC). Hasil. Sebanyak 124 pasien IBD dianalisis dengan uji Spearman menunjukkan korelasi yang tinggi dan signifikan antara IBDQ-9 dengan SF-36 (r=0,769 dan p<0,001). IBDQ-9 versi bahasa Indonesia memiliki nilai alfa Cronbach versi bahasa Indonesia sebesar 0,883 dan nilai ICC yang baik juga sebesar 0,883 (IK95% 0,849-0,912). Kesimpulan. Instrumen IBDQ-9 versi Bahasa Indonesia sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD di Indonesia. ......Latar Belakang. Penyakit radang usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) memiliki gejala gangguan saluran pencernaan yang tidak dapat diprediksi, tidak menyenangkan, dan kerap kali menimbulkan rasa malu bagi penderitanya. Berbagai ketidaknyamanan tersebut dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup pasien IBD hingga meningkatkan morbiditas dan mortalitas di masa depan. Perlu instrumen yang sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keandalan dan kesahihan Inflammatory Bowel Disease Questionnaires-9 (IBDQ-9) versi bahasa Indonesia untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD. Metode. Instrumen asli IBDQ-9 diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterjemahkan kembali ke bahasa Inggris lalu dikonfirmasi kepada pemilik instrumen. Kemudian dilakukan uji kesahihan isi dengan Content Validity Index (CVI). Studi potong lintang dengan populasi terjangkau pasien dewasa IBD di Poliklinik Gastroenterologi, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta pada bulan November 2022 yang berusia 18-59 tahun, telah mengalami IBD minimal 2 minggu dan bersedia untuk menandatangani informed consent sebagai responden penelitian. Perbandingan skor total IBDQ-9 dengan SF-36 versi Indonesia dinilai dengan uji korelasi Spearman lalu uji keandalan dengan menentukan alfa Cronbach dan Intraclass Correlation Coefficient (ICC). Hasil. Sebanyak 124 pasien IBD dianalisis dengan uji Spearman menunjukkan korelasi yang tinggi dan signifikan antara IBDQ-9 dengan SF-36 (r=0,769 dan p<0,001). IBDQ-9 versi bahasa Indonesia memiliki nilai alfa Cronbach versi bahasa Indonesia sebesar 0,883 dan nilai ICC yang baik juga sebesar 0,883 (IK95% 0,849-0,912). Kesimpulan. Instrumen IBDQ-9 versi Bahasa Indonesia sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD di Indonesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yogia Ikhsas
Abstrak :
Polarisasi makrofag ke arah tipe 1 (M1) atau tipe 2 (M2) sangat penting dalam perbaikan inflamasi kolon. Penggunaan bahan alam seperti kulit buah delima (Punica granatum L) dalam kıtosan diharapkan dapat menginduksi M2 peritoneal dan memperbaiki kondisi inflamasi kolon. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan efek pemberian ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L.) dalam nanopartikel kitosan untuk menginduksi polarisasi makrofag peritoneal pada mencit yang diinduksi dekstran sodium sulfat (DSS). Analisis spektrum FTIR dilakukan pada sampel nanopartikel kitosan, sodium tripolifosfat (STTP), pomegranate peel extract (PPE), dan nanopartikel kitosan-PPE. Selanjutnya, mencit Balb/c dibagi secara acak menjadi 6 kelompok: normal, asam elagat 26 mg/kgBB/hari (kontrol positif), DSS 2% b/v (kontrol negatif), nanopartikel kitosanPPE dosis 480 mg/kgBB/hari (P2), nanopartikel kitosan-PPE dosis 240 mg/kgBB/hari (P1), PPE dosis 480 mg/mgBB/hari (P3), semua kelompok diberikan DSS 2% selama 2 siklus kecuali kelompok normal. Pada akhir percobaan, cairan peritoneal diambil dan dianalisis jumlah makrofag M1 dan M2 dengan flow cytometry. Dibandingkan dengan kontrol negatif, nanopartikel kitosan-PPE dengan dosis 240 mg/kgBB tidak menurunkan jumlah makrofag M1, namun meningkatkan jumlah makrofag M2 (p<0,05). Sedangkan nanopartikel kitosan-PPE dan PPE murni dengan dosis yang sama 480 mg/kgBB dapat menurunkan jumlah makrofag M1 dan meningkatkan jumlah makrofag M2 secara bermakna dibandingkan kontrol negatif (p<0,05). ......Macrophage polarization towards type 1 (M1) or type 2 (M2) is critical in the repair of colonic inflammation. The use of natural materials such as pomegranate peel (Punica granatum L) in chitosan is expected to induce peritoneal M2 and improve colon inflammatory conditions. The aims of this study is to compare the effects of pomegranate peel extract (Punica granatum L.) in chitosan nanoparticles on the macrophages polarization in peritoneal fluid of DSS-induced mice. The FTIR spectra of chitosan nanoparticles, sodium tripolyphosphate (STTP), pomegranate peel extract (PPE), and chitosan-PPE nanoparticles was analyzed. In addition, Balb/c mice were randomly separated into 6 groups: normal, elagic acid 26 mg/kgBW/day (positive control), 2% w/v DSS (negative control), chitosan-PPE nanoparticles dose of 480 mg/kgBW/day (P2), chitosan nanoparticles-PPE dose of 240 mg/kgBW/day (P1), and PPE dose of 480 mg/mgBW/day. Flow cytometric analysis was performed on peritoneal fluid at the conclusion of the experiment to determine the number of M1 and M2 macrophages. Compared to the negative control, chitosan-PPE nanoparticles at a dose of 240 mg/kg BW did not decrease the number of M1 macrophages, but increased the number of M2 macrophages (p<0,05). Whereas a dose of 480 mg/kgBW of chitosan-PPE nanoparticles and pure PPE decreased the number of M1 macrophages and raised the number of M2 macrophages significantly compared to negative controls (p<0.05).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parhusip, Santi Sumihar Rumondang
Abstrak :
Latar belakang : Inflamatory Bowel disease (IBD) merupakan penyakit autoimun yang insidens dan prevalensinya meningkat terus setiap tahunnya. Modernisasi dan kemajuan industri suatu wilayah selalu diikuti dengan perubahan pola hidup termasuk pola diet cepat saji (western diet) yang tinggi protein dan karbohidrat serta rendah serat dan buah. Diet, dapat merubah komposisi mikrobiota usus (dysbiosis), suatu bakteri komensal yang menjaga homeostasis dan sistim imun mukosa usus sehingga dapat memicu timbulnya IBD serta peningkatan aktifitas penyakitnya (flare).IgG yang meningkat setelah makan, merupakan suatu antibody neutralisasi sebagai bagian toleransi imun pada orang sehat dimana pada IBD makanan dapat dikenali sebagai antigen yang melalui ikatan antigen-antibodi reaksi hypersensitivitas tipe III, kemungkinan dapat menyebabkan inflamasi usus terus menerus dan mempengaruhi aktifitas penyakit. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara IgG antibodi spesifik makanan dan aktivitas penyakit klinis pada pasien IBD Metode: Studi potong lintang, melibatkan 113 pasien IBD yang diagnosisnya telah dikonfirmasi dengan kolonoskopi. Pada pasien yang setuju dilakukan pemeriksaan serum IgG spesifik makanan untuk 220 jenis makanan menggunakan teknik Elisa dan Immunoarray. Aktivitas klinis pada Kolitis Ulseratif (KU) dinilai menggunakan Indeks Mayo sedangkan pada Penyakit Crohn dinilai menggunakan Indeks Aktivitas Penyakit Chrons (Crohn Disease Activity Index) Hasil: Proporsi antibodi IgG spesifik makanan tertinggi pada kelompok penyakit Crohn adalah kacang polong (100%), barley (97,9%), telur (95,9%), susu (81,6%), jagung (75,5%), agar-agar (69,4). %), kacang mede (69,4%) gandum (67,3%), oat (61,2%) dan almond (59,2%), sedangkan pada Kolitis Ulseratif adalah jelai (98,4%), kacang polong (96,8%), putih telur (92,2%), jagung (82,8%), plum (78,1%), kacang mede (67,2%), susu sapi (65,6%), gelatin (59,4%), almond (50%), kacang merah (48,4%) dan gandum (46,9%). Dari 220 jenis antigen makanan, pada KU didapatkan korelasi negatif yang cukup kuat pada jenis kacang mede dengan r = -0,347 (p=0,041) dan kacang Arab dengan r = -0.473 ( p=0.017); sementara di kelompok PC didapatkan korelasi positif yang cukup kuat pada jenis jelai dengan r = 0,261 ( p= 0,042). Kesimpulan: Terdapat hubungan korelasi negative lemah antara antibodi IgG spesifik kacang mede, dan kacang Arab dengan aktifitas IBD, serta korelasi positive lemah antara antibody IgG spesifik jelai dengan aktivitas klinis IBD ......Background : Inflammatory Bowel disease (IBD) is an autoimmune disease whose incidence and prevalence is increasing every year. Modernization and industrial progress of a region are always followed by changes in lifestyle, including a fast food diet (western diet) which is high in protein and carbohydrates and low in fiber and fruit. Diet, can change the composition of the gut microbiota (dysbiosis), a commensal bacteria that maintains homeostasis and the intestinal mucosal immune system so that it can trigger IBD and increase its disease activity (flare). IgG which increases after eating, is a neutralizing antibody as part of immune tolerance in humans. In healthy people, food IBD can be recognized as an antigen by triggering the antigen-antibody binding type III hypersensitivity reaction, possibly causing persistent intestinal inflammation and influencing disease activity. Objective : To determine the relationship between food-specific IgG antibody and clinical disease activity in IBD patients Methods: Cross-sectional study, involving 113 IBD patients whose diagnosis was confirmed by colonoscopy. In patients who agreed, food-specific IgG serum was examined for 220 types of food using the Elisa and Immunoarray technique. Clinical activity in Ulcerative Colitis (KU) was assessed using the Mayo Index while in Crohn's Disease was assessed using the Crohn Disease Activity Index. Results: The highest proportion of food-specific IgG antibodies in the Crohn's disease group were peas (100%), barley (97.9%), eggs (95.9%), milk (81.6%), corn (75.5%), agar (69,4). %), cashews (69.4%) wheat (67.3%), oats (61.2%) and almonds (59.2%), while in Ulcerative Colitis were barley (98.4%), peas (96.8%), egg whites (92.2%), corn (82.8%), plums (78.1%), cashews (67.2%), cow's milk (65.6%), gelatin (59.4%), almonds (50%), kidney beans (48.4%) and wheat (46.9%). Of the 220 types of food antigens, the KU showed a strong negative correlation with cashew nuts with r = -0.347 (p=0.041) and chickpeas with r = - 0.473 (p=0.017); while in the PC group, there was a fairly strong positive correlation on the type of barley with r = 0.261 (p = 0.042). Conclusion: There is a weak negative correlation between cashew and chickpea specific IgG antibodies and IBD activity, and a weak positive correlation between barley specific IgG antibodies and IBD clinical activity
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezki Aulia Putri
Abstrak :
Sinusitis adalah peradangan pada dinding sinus, yaitu rongga kecil yang terhubung dengan rongga udara dalam tulang tengkorak. Sinus terletak di belakang dahi, di dalam struktur tulang pipi, di kedua sisi hidung, dan di belakang mata. Sinusitis disebabkan oleh peradangan pada rongga hidung, tumbuhnya polip, alergi, dan hal lainnya yang dapat terjadi pada orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak. Untuk mengklasifikasi jenis sinusitis, penulis menggunakan Fuzzy C-Means Berbasis Kernel yang merupakan pengembangan dari Fuzzy C-Means. Fuzzy C-Means mengelompokkan data menggunakan jarak Euclidean. Namun, jika data yang akan dipisahkan adalah data non linear, maka konvergensinya akan kecil dan membutuhkan waktu yang lama. Untuk menyelesaikan masalah ini dapat digunakan Fuzzy C-Means Berbasis Kernel yang menggunakan fungsi kernel untuk menggantikan jarak Euclidean. Metode ini memetakan objek dari ruang data ke ruang fitur yang berdimensi lebih tinggi, sehingga dapat mengatasi kelemahan FCM. Data yang digunakan adalah data penyakit sinusitis yang diperoleh dari laboratorium radiolog RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Karena data yang digunakan adalah data non linear, maka metode yang lebih cocok digunakan adalah Fuzzy C-Means Berbasis Kernel. Dengan menggunakan software Matlab diperoleh akurasi 100% dengan waktu mendekati 0 detik untuk Fuzzy C-Means Berbasis Kernel. ...... Sinusitis is an inflammation of the sinus wall, a small cavity interconnected through the airways in the skull bones. It is located on the back of the forehead, inside the cheek bone structure, on both side of the nose, and behind the eyes. Sinusitis is caused by infection, growth of nasal polips, allergies, and others. This condition can effect adults, teenagers, and even children. To classify sinusitis we used Kernel Based Fuzzy C-Means, which is the development of Fuzzy C-Means (FCM). FCM algorithm groups data using Euclidean distance. However, when non linear data is separated, the convergence is innacurate and need a long running time. To overcome this problem, a Kernel Based Fuzzy C-Means that use kernel functions as a substitute for Euclidean distance. It maps objects from data space to a higher dimention feature space, so they can overcome FCM deficiencies. Data that is used is sinusitis dataset obtained from the laboratory of radiology at Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta. Because the data used is non-linear dataset, the more suitable method is Kernel Based Fuzzy C-Means. By using the Matlab software 100% accuracy is obtained and running time is close to 0 for Kernel Based Fuzzy C-Means.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahensi Setya Ariyanti
Abstrak :
Coronavirus Disease (COVID-19) merupakan infeksi sistem pernapasan yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus ini dapat menyebabkan pneumonia dan berkembang menjadi sindrom distres pernapasan akut/ARDS dan gagal ginjal akut. Pasien terkonfirmasi positif COVID-19 pada laporan ini datang dengan keluhan demam, batuk, sesak, dan terjadi penurunan saturasi oksigen. Hasil chest X-ray menunjukkan infiltrasi bilateral pada kedua lapang paru. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan peningkatan kadar kreatinin dan ureum, serta penurunan eGFR. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan yakni gangguan pertukaran gas, gangguan ventilasi spontan, gangguan penyapihan ventilator, dan risiko perfusi renal tidak efektif. Intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien yakni pengaturan posisi, terapi oksigen, manajemen ventilasi mekanik, pemantauan respirasi, penyapihan ventilasi mekanik, dan pencegahan syok. Intervensi yang diberikan memberikan hasil yang fluktuatif setiap hari. ......Coronavirus Disease (COVID-19) is an infection of the respiratory system caused by severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). This virus can cause pneumonia and progress to acute respiratory distress syndrome/ARDS and acute kidney injury. The patient reported in this case report arrived Emergency Department with complaints of fever, cough, and respiratory distress. The chest X- ray showed bilateral infiltration in both lung fields. The results of the arterial blood gas showed increased levels of creatinine, urea, and decreased eGFR. The nursing diagnoses made were impaired gas exchange, impaired spontaneous ventilation, impaired ventilator weaning, and the risk of ineffective renal perfusion. Nursing interventions given to patients were positioning, oxygen therapy, mechanical ventilation management, respiration monitoring, mechanical ventilation weaning, and shock prevention. The given intervention gives fluctuating results every day.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ruswhandi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini adalah suatu studi untuk menentukan apakah M2 Piruvat Kinase dapat dipakai dalam menapis radang usus. Metode penelitian yang digunakan adalah uji diagnostik. Pada penelitian ini direkrut sampel sebanyak 76 orang dan dilakukan pemeriksaan kolonoskopi sebagai baku emas dan pemeriksan M2-PK feses sebagai pemeriksaan yang diuji. Dari hasil penelitian ini didapatkan peran penting M2 Piruvat Kinase untuk menapis radang usus dengan nilai titik potong 1,05 U/ml dibandingkan dengan kolonoskopi sebagai baku emas dengan sensitivitas 86,2 %, spesifisitas 81,8%, nilai duga positif 96,6% dan nilai duga negatif 50%. Pemeriksaan M2 Piruvat Kinase disarankan dari hasil studi ini untuk menapis radang usus pada pasien dengan masalah saluran cerna bagian bawah.
ABSTRACT
This is a study to evaluate possibility of M2-PK can be applied as a tool to screen of organic bowel inflammatory. Diagnostic test was used as a methode. In this study 76 patient was recruited, colonoscopy was done as a gold standard and M2- PK faeces test was performed as a diagnostic test. As the result of this study, there is an important role of M2-PK test to screen organic bowel inflammatory with cut off point >= 1.05 U/mL compared to colonoscopy as a gold standard with sensitivity 86.2%, specificity 81,8%, positive predictive value 96,6% and negative predictive value 50%. By this test result, it is strongly recommended to performed M2-PK faeces test to screen organic bowel inflammatory.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harits Adi Putra
Abstrak :
Inflamasi lambung (gastritis) merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia. Inflamasi tersebut dapat terjadi akibat proses infeksi atau noninfeksi. Jika tidak ditangani dengan baik, dapat terjadi komplikasi ulkus, perforasi, dan perdarahan lambung. Terapi farmakologi untuk gastritis belum cukup efektif karena terdapat risiko efek samping dan interaksi obat. Hal tersebut mendorong berbagai penelitian untuk menelusuri potensi zat lain sebagai antiinflamasi. Ekstrak kulit delima diketahui mengandung asam elagat dan elagitanin yang telah terbukti mampu menghambat inflamasi di sejumlah organ. Belum terdapat studi mengenai efek ekstrak kulit delima terhadap inflamasi di lambung, khususnya delima yang tumbuh di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 25 mencit yang terbagi menjadi lima kelompok. Mencit pada kelompok Kontrol Negatif, Dosis-1 (diberikan ekstrak 240 mg/KgBB), Dosis-2 (diberikan ekstrak 480 mg/KgBB), dan Kontrol Positif (diberikan asam elagat 26 mg/KgBB) diinduksi dengan DSS 2% sebanyak tiga siklus. Gambaran histopatologi (pewarnaan hematoxylin-eosin) mukosa lambung diamati pada sepuluh lapang pandang tiap preparat. Uji statistik menyatakan terdapat pengaruh signifikan ekstrak kulit delima terhadap infiltrasi sel radang (p= 0,001) dengan dosis 480 mg/KgBB, hiperplasia (p= 0,002) dengan dosis 240 mg/KgBB dan 480 mg/KgBB, serta displasia (p= 0,002) dengan dosis 480 mg/KgBB. Namun, tidak terdapat pengaruh signifikan ekstrak kulit delima terhadap angiogenesis (p= 0,114). Efek ekstrak kulit delima terjadi karena kandungan asam elagat dan elagitanin yang menghambat jalur inflamasi NF-κB sehingga terjadi penurunan ekspresi sitokin dan mediator inflamasi. Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis optimal, toksisitas, dan uji klinis dibutuhkan untuk memastikan efikasi serta keamanan suplementasi ekstrak kulit delima. ......Gastric inflammation (gastritis) is one of the most prevalent disease in Indonesia. The etiologies are infection and noninfection factors. If not treated adequately, there can be complications, such as gastric ulcer, perforation, and bleeding. However, pharmacological treatments for gastritis have some risks of side effects and drug interactions. Many studies are conducted to discover potential of another substances as anti-inflammatory agents which have less side effects and drug interactions. Pomegranate peel extract contains ellagic acid and ellagitannin which have been proven to inhibit inflammation in some organs. Nevertheless, there has been no study proving its efficacy in inhibiting gastric inflammation. This research used 25 mice which are divided into five groups. Mice in four groups consists of Negative Control, Dosage-1 (given the extract at a dose 240 mg/KgBW), Dosage-2 (given the extract at a dose of 480 mg/KgBW), and Positive Control (given ellagic acid at a dose of 26 mg/KgBW) were induced by DSS 2% in three cycles. Histopathological preparations were observed in ten microscopic fields (each slides) to examine the dependent variables. There are significant differences in the amount of leukocyte infiltration (p= 0,001) at a dose of 240 mg/KgBW, hyperplasia (p= 0,002) at doses of 240 mg/KgBW and 480 mg/KgBW, and dysplasia (p = 0,002) at a dose of 240 mg/KgBW. However, there is no significant effect of pomegranate peel extract to the amount of angiogenesis (p= 0,114). It has anti-inflammatory effect because of the ellagic acid and ellagitannin contents inhibit the NF-κB inflammatory pathway which down regulate the inflammatory cytokines and mediators expressions. Further researches to discover the optimal dose, toxicity, and clinical trials are necessary to ensure the efficacy and safety of pomegranate peel extract supplementation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Livinda Orceila Librianto
Abstrak :
Latar belakang: Kasus kanker terus meningkat setiap tahunnya. Begitu pula dengan kanker kolon. Selain itu, belum terdapat penelitian mengenai pendeteksian kanker kolon menggunakan spektrofotometri autofluoresensi. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan panjang gelombang dan intensitas cahaya reflektans pada sediaan preparat blok parafin jaringan kolon normal, radang, dan prekanker mencit menggunakan spektrofotometri autofluoresensi dengan menilai sensitivitas dan akurasinya. Metode: Penelitian ini mengukur panjang gelombang dan intensitas cahaya reflektans pada jaringan kolon normal, radang, dan prekanker mencit dengan spektrofotometri autofluoresensi bersumber cahaya ultraviolet (UV) pada panjang gelombang 420,2—762,9 nm. Kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS untuk menguji hipotesis dan normalitas data serta Orange Data Mining yang ditinjau dengan machine learning untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas, akurasi, precision, serta recall. Hasil: Tidak terdapat perbedaan signifikan panjang gelombang reflektans antara 3 kelompok jaringan kolon (normal, radang, dan prekanker) dengan akurasi 56,7% dan tidak ditemukan perbedaan signifikan panjang gelombang reflektans antara 2 kelompok jaringan (radang dengan prekanker) dengan sensitivitas 66,67% dan nilai diagnosis buruk. Namun, ditemukan 175 panjang gelombang reflektans dengan perbedaan signifikan dalam membedakan jaringan kolon normal dengan radang atau prekanker dengan sensitivitas 72,73%—100% dan nilai diagnosis baik hingga sangat baik. Kesimpulan: Spektrofotometri autofluoresensi bersumber cahaya ultraviolet (UV) dapat mengklasifikasikan 2 kelompok jaringan kolon, yakni jaringan kolon normal dengan jaringan kolon radang atau prekanker. Namun, tidak dapat mengklasifikasikan 3 kelompok jaringan kolon, yakni jaringan kolon normal, radang, dan prekanker serta 2 kelompok jaringan kolon radang dengan prekanker. ......Introduction: Cancer cases are increasing annually, including colon cancer. Furthermore, early detection of colon cancer using autofluorescence spectrophotometry also hasn't been done before. Objectives: This research aims to comprehend the difference between reflectance wavelength and light intensity in normal, inflammation, and precancerous mice's colon tissues in paraffin block samples using autofluorescence spectrophotometry by assessing its accuracy and sensitivity. Method: This research measured reflectance wavelength and light intensity of normal, inflammation, and precancerous mice's colon tissue using autofluorescence spectrophotometry with ultraviolet light, in the range of 420.2—762.9 nm. Afterward, it was analyzed by SPSS to test the hypothesis and data normality, also Orange Data Mining's machine learning to determine its sensitivity, specificity, accuracy, precision, and recall. Result: There was no significant difference in reflectance wavelength between 3 groups of colon tissues (normal, inflammation, and precancerous) with accuracy valued at 56.7%, also between 2 groups of colon tissues (inflammation and precancerous) with sensitivity valued at 66.67% and "poor" diagnostic value. Nonetheless, there were 175 significantly different reflectance wavelengths to differentiate normal with inflammation or precancerous colon tissue with sensitivity valued at 72.73%—100% and "good" to "excellent" diagnostic value. Conclusion: Autofluorescence spectrophotometry with ultraviolet (UV) light can classify 2 groups of colon tissue, i.e. normal with inflammation or precancerous colon tissue. Otherwise, it cannot classify 3 groups of colon tissue (normal, inflammation, precancerous) at a time and 2 groups of colon tissue (inflammation and precancerous).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>