Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mahdian Muharam
"Peningkatan efisiensi dalam suatu produksi merupakan sesuatu yang perlu dipertimbangkan. Sehingga dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomis dan teknis. Seperti halnya dalam pembuatan Spring Clip yang merupakan salah satu komponen dari Elastic Rail Fastening yang digunakan sebagai pengikat rel kereta api pada bantalan digunakan proses bending dan heat treatment perlu adanya pertimbangan efistensi energi dari proses produksi yang berlangsung. Oleh karena itu berdasarkan pertimbangan diatas pada penelitian ini dicoba untuk memanfaatkan panas yang dihasilkan dari proses pembentukan yang kemudian langsung diquenching. Pada Penelitian ini digunakan beberapa variabel temperatur yang dianggap masih dimiliki oleh proses sebelumnya (pembentukan). Temperatur yang digunakan sekitar 750, 850, 950 dan 1050 °C yang langsung dicelup pada media oli yang mempunyai tingkat visikositas (kekentalan) yang berbeda. Selain dilakukan hardening juga dilakukan tengpering pada temperatur 250, 350 dan 450 °C, hal ini dilakukan untuk melihat perbandingan kekerasan dari perlakuan sebelumnya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada temperatur austenisasi yang lebih besar kekerasan yang dicapai cenderung meningkat terurama dengan meningkatnya visikositas oli yang digunakan. Pada temperatur austenisasi 1050 °C hasil yang dicapai hampir mendekati kekerasan yang diijinkan (383 - 429 BHTND yaitu 360 BHN pada media oli SAE 40. Sehingga bila dilakukan dengan media oli dengan tingkat visikositas yang lebih tinggi kemungkinan untuk menghilangkan temper bisa dilakukan, dan hal ini termper merupakan peningkatan efisiensi energi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasrul Zain
"Dalam perkembangan teknologi kendaraan bermotor pada saat ini dan masa yang akan datang perlu mengembangkan kemampuan dan ketangguhan pada komponen-komponen automotive yang antara lain pegas daun. Pegas daun sebagai komponen kendaraan bermotor yang mendapat beban dimanis (berulang-ulang), mengalami kerusakan akibat lelah dan akan muncul setelah komponen tersebut menjalankan fungsinya. Salah satu cara untuk meningkatkan kekuatan serta umur pegas daun adalah dengan diberikan perlakuan panas (Heat Teatment). Dengan melakukan beberapa proses perlakuan panas dapat dilihat perubahan struktur mikro dari baja pegas tersebut sehingga diperoleh sifat mekanis yang dinginkan. Pada penelitian ini akan dipelajari mengenai pengaruh temperatur tempering terhadap sifat mekanis baja pegas. Spesimen (benda uji) dipanaskan sampai pada temperatur 860 ° C dan ditahan (Holding) selama 60 menit kemudian dicelupkan (Quenching) ke dalam media oli. Selanjutnya dilakukan tempering dengan memanaskan spesimen tersebut pada temperatur 300°C, 450°C dan 600°C dengan waktu penahanan selama 30 menit dan pendinginan di udara. Dari hasil penelitian tersebut didapat kekerasan Rockwell C sebesar 45,20 Hrc dan Tegangan Tarik Maksimum 146,92 kg/mm2, serta Regangan saat Beban Maksimum diperoleh sebesar 10,44 % berikut Reduksi luas penampang 25,67 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sifat mekanik yang mendekati atau sesuai dengan standar JIS. G. 4801 diperoleh dari hasil proses perlakuan panas (H - T) pada temperatur 450 ° C dengan waktu penahanan (holding time) selama 30 menit."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pengky Adie Perdana
"Aplikasi material Ferritic - Austenitic Steel atau yang lebih dikenal dengan Super Duplex Stainless Steel, dalam industri migas umumnya terdapat pada sistem pemipaan Production Flowlines dan komponen-komponen pendukungnya. Tingginya kadar alloy (25Cr 7Ni 4Mo) dibanding dengan Stainless Steel biasa SS316 (18Cr 8Ni) menyebabkan paduan ini lebih tahan terhadap korosi intergranullar, pitting dan crevice corrosion.
Pengelasan merupakan proses penggabungan logam dengan cara memanaskan nya hingga mencapai suhu lebur dan logam cair tersebut dialirkan bersama-sama. Permasalahan yang sering terjadi pada pengelasan baja tahan karat adalah terbentuknya fasa karbida yang mengendap di batas butir (sensitasi) yang akan menurunkan ketahanan korosi dan kekuatan sambungan las.
Pada tesis ini penulis ingin mempelajari lebih dalam tentang pengaruh quenching terhadap karakteristik mekanis dan ketahanan korosi baja tahan karat Super Duplex UNS S32750 yang telah mengalami proses pengelasan.
Dalam penelitian ini digunakan material pipa potongan Super Duplex yang dilas dengan proses GTAW sebagai masukan panas. Media quenching atau quenchant yang digunakan yaitu udara, oli dan air. Selanjutnya dilakukan pengujian metalografi, kekerasan, pemeriksaan kandungan ferit, dan pengujian immersed solution (pada suhu 50°C dan 40°C) untuk mengetahui hubungan antara mikrostruktur dengan nilai kekerasan, ferrite content dan ketahanan korosi Super Duplex tersebut.

Ferrite - Austenitic Steels or familiar with Super Duplex Stainless Steels are widely applied in oil and gas industry. They are mainly used on piping system, especially in Production Flowlines and other supporting equipments. Its high content of alloy composition (25Cr 7Ni 4Mo) rather than regular Stainless Steel SS316 (18Cr 8Ni) derived this alloy to have more corrosion resistance against intergranullar, pitting dan crevice corrosion.
The term welding refers to the process of joining metals by heating them to their melting temperature and causing the molten metal to flow together. The most frequent problems occur in welding stainless steel is carbide formation and precipitation at grain boundaries (known as sensitization), which will reduce corrosion resistance and strength of the welded joints.
The aim of this research is to learn more about the effect of quenching to mechanical properties and its corrosion resistance of Super Duplex Stainless Steel.
This research uses some length of Super Duplex, which was welded with GTAW process for heat input. Quenching fluids or known as quenchant which is used are : air, oil, and water. Further, the samples subjected to hardness testing, microstructure examination, ferrite content analyzer, immersed solution testing (on temperature 50°C and 40°C) in order to find out relationship among hardness value, ferrite content, and corrosion resistance of Super Duplex.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21453
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Adi Chandra
"Peningkatan sifat mekanis baja perkakas untuk pengerjaan panas telah menjadi perhatian dunia industri sebagai prioritas untuk menghasilkan produk dengan kualitas dan efektifitas produksi terbaik. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan sifat mekanis dari proses High Impact Treatment (HIT) yang mengalami pendinginan dengan media oli pada temperatur 180oC dan pendinginan oleh angin dan sifat mekanis yang diperoleh dengan menggunakan proses High speed quenching. Hasil penelitian ini digambarkan dalam grafik laju pendinginan, harga impak dan nilai kekerasan yang menjadi parameter dalam menentukan hasil yang dianggap lebih baik. Sampel dengan penggunaan metode HIT dengan media quenching oli memiliki nilai harga impak yang paling tinggi yaitu 25 J pada permukaan dan 28 J di bagian tengah sampel. Sementara proses high speed quenching memiliki nilai kekerasan paling tinggi dengan nilai 47 HRC di permukaan dan 45 di bagian tengah. Dengan tujuan meningkatkan ketangguhan baja perkakas, metode HIT dengan media quenching oli pada temperature 180oC dianggap mampu menjadi alternatif pengganti metode High speed quenching.

Improving the mechanical properties of hot work tool steel has become one of industry’s the biggest concern to get a better product by its quality and effectiveness of production. The research was conducted by comparing the mechanical properties of the High Impact Treatment (HIT) which is quenched by oil at temperatures of 180oC and gas quenching, and the mechanical properties which is obtained by using High speed quenching process. The results of this study were illustrated in the cooling rate graph, the impact values and hardness as the parameters that are considered in determining the better process. Samples of HIT process with oil quenching have the best impact value with 25 J on the surface and 28 J on its core. On the other hand, sample of high speed quenching claims the biggest value of 47 HRC for hardness on the surface and 45 HRC in the core. For improving the toughness of tool steel, HIT process with oil quenching medium at temperatures of 180oC is considered to be an alternative High speed quenching process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caesaria Ayu Ramadhani
"ABSTRAK
Pendinginan cepat mengambil bagian penting dalam proses perlakuan panas yang mengontrol struktur mikro, sehingga meningkatkan sifat mekaniknya. Proses perlakuan panas dimulai dengan pemanasan pada suhu tinggi, menahan waktu kemudian pendinginan cepat ke suhu kamar. Dibutuhkan media dengan konduktivitas termal yang baik yang dapat dicapai dengan penambahan nanopartikel ke media pendinginan, disebut sebagai nanofluida. Dalam penelitian ini, partikel karbon disiapkan dengan metode top-down, di mana pengurangan partikel karbon dilakukan oleh planetary ball-mill selama 15 jam pada 500 rpm. Cetyl Trimethyl Ammonium Bromide digunakan sebagai surfaktan kationik untuk mengurangi aglomerasi pada partikel tersuspensi sehingga meningkatkan efisiensi pendinginan. Field-Emission Scanning Electron Microscope (FE-SEM), dan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDX) digunakan untuk mengamati komposisi bahan, ukuran partikel dan morfologi partikel, dan perubahan permukaan. Karakterisasi awal oleh FE-SEM menunjukkan bahwa ukuran partikel setelah penggilingan rata-rata sekitar 15 μm, oleh karena itu, masih belum dalam kisaran nanometer. Namun, hasil EDS menegaskan bahwa bubuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah 99% karbon. Partikel karbon mikro ditambahkan sebagai partikel pada aquadest sebagai basis mikrofluida. Mikrofluida karbon berbasis air dengan volume 100 ml diproduksi dengan metode dua langkah, dengan mencampurkan partikel mikro karbon pada 0,1% wt%, dan 0,5 wt% dalam berbagai konsentrasi surfaktan kationik 1 wt%, 3 wt, dan 5 wt% masing-masing. Sampel baja karbon AISI 1045 atau JIS S45C diberi perlakuan panas dengan austenisasi pada 1000oC dalam tungku pemanas, diikuti dengan pendinginan cepat dalam cairan mikro sebagai pendinginan sedang yang menghasilkan diagram laju pendinginan. Sifat mekanis dan struktur mikro dari sampel yang dipadamkan akan diamati dengan melakukan pemeriksaan kekerasan dan pengamatan metalografi untuk menganalisis pengaruh berbagai karbon dan konsentrasi surfaktan yang digunakan dalam media quench mikrofluida karbon berbasis air.

ABSTRACT
Microstructure, thus enhance its mechanical properties. The heat treatment process starts with heating at an elevated temperatur, holding time then rapid cooling to room temperatur. It requires a medium with a good thermal conductivity that can be achieved by the addition of nanoparticles to the quench medium, referred to as nanofluids. In this research, carbon particles were prepared by the top-down method, where the reduction of carbon particle was done by planetary ball-mill for 15 hours at 500 rpm. Cetyl Trimethyl Ammonium Bromide is utilized as a cationic surfactant in order to reduce agglomeration at suspended particles thus increase quenching efficiency. Field-Emission Scanning Electron Microscope (FE-SEM), and Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDX) were used to observe the composition of material, particle size and particle morphology, and the change of the surface. Initial characterization by FE-SEM showed that the particle size after milling was averaged roughly at 15 µm, therefore, it was still not in the nanometer range. However, EDS result confirmed that the powder used in this research were 99% carbon. Carbon microparticles were added as the particle to distilled water as the microfluid base. Water-based carbon microfluid with a volume of 100 ml was produced by the two-step method, by mixing carbon microparticles at 0.1 wt%, and 0.5 wt% in various concentration of cationic surfactant of 1 wt%, 3 wt%, and 5wt % respectively. Samples of AISI 1045 or JIS S45C carbon steels were heat treated by austenizing at 1000oC in a heating furnace, followed by rapid quenching in microfluid as the medium quench resulting on cooling rate diagram. Mechanical properties and microstructures of the quenched samples will be observed by conducting hardness examination and metallography observation to analyze the effect of various carbon and surfactant concentration used in the water-based carbon microfluid quench medium."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Bimo Pratomo
"In general, the Nd-Fe-B as-cast ingot is homogenized for a long time before the hydrogenation, disproportionation, desorption and recombination (HDDR) process, to produce good magnetic properties. Since the homogenizing process is expensive, this work examined the possibility of replacing it with a water quenching process for Nd-Fe-B magnetic powder. The magnetic powders were soaked at 1100oC for 4 hours, followed by water quenching prior to HDDR. The resulting powder had magnetic properties that were almost similar to magnetic powder that was homogenized prior to HDDR. The remanence values of the water-quenched alloy and the homogenized alloy were 7.8 KG and 8.9 KG, respectively, while the coercivity values were 12.6 KOe and 10.3 KOe, respectively. In general, the magnetic properties of both samples were not much different. The microstructure of Nd2Fe14B phase combined with a very slight Nd rich phase in micro grain boundary likely caused the coercivity enhancement."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2016
UI-IJTECH 7:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Teguh Wibowo
"Proses perlakuan panas dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu dari produk logam agar dapat bermanfaat dalam penggunaannya.
Baja 55SI7 adalah baja struktural yang digunakan sebagai material baku spring clip, yaitu penambat rel kereta api yang diproduksi oleh salah satu BUMN di Indonesia. Sebagai material baku spring clip, baja ini harus memiliki nilai kekerasan yang memenuhi nilai kekerasan yang disyaratkan, yaitu 390-432 HBN.
Hasil penelitian ini memperlibatkan bahwa meningkatnya kekentalan minyak kuens menyebabkan penurunan nilai kekerasan baja sebagai akibat lambatnya laju pendinginan. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa meningkatnya temperatur pengerasan (sampai 1050℃) menjadikan baja memiliki nilai kekerasan yang semakin meningkat, dan sebliknya meningkatnya temperatur temper (sampai 450℃) menyebabkan nilai kekerasan baja.
Proses perlakuan panas yang menghasilkan baja dengan nilai kekerasan yang memenuhi nilai kekerasa yang disyaratkan adalah sebagai berikut:
1. Temperatur pengerasan 1050℃, waktu tahan 20 menit, minyak kuens nomor SAE 140, tanpa temper (423 HBN).
2. Temperatur pengeras 1050℃, waktu tahan 20 menit, minyak kuens nomor SAE 90, temperatur 250℃, waktu tahan 150 menit (398 HBN)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41232
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Wirasyawal Luneto
"

Limonit adalah salah satu jenis nikel laterit yang terdapat di Indonesia, dengan beberapa kandungan seperti besi atau Fe, silicon atau Si, dan magnesium atau Mg selain dari unsur nikel yang akan diambil. Sebagai salah satu senyawa dengan jumlah terbesar yang ada di bijih nikel limonit, silika atau SiO2 membuat ekstraksi nikel dari bijih nikel limonit menjadi rumit sehingga digolongkan sebagai pengotor yang dapat diturunkan kadarnya, ditambah dengan isu lingkungan dan kesehatan kemudian menuntut penulis untuk meneliti proses metalurgi ekstraksi yang ramah lingkungan. Pada studi sebelumnya, penambahan aditif berbasis natrium seperti natrium sulfat atau Na2SO4 dan basa natrium hidroksida atau NaOH membantu dalam mengikat silika dari bijih nikel limonit. Pada studi ini, natrium karbonat atau Na2CO3 digunakan untuk mengikat silika dari bijih nikel limonit menjadi ikatan fasa berbasis natrium silikat, dan dilanjutkan dengan kuens atau pencelupan untuk melarutkan natrium silikat tersebut sehingga meningkatkan kadar nikel yang dapat diambil,. Sampel dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu dengan dan tanpa perlakuan kuens atau pencelupan pada air, dimana aditif yang diberikan dibagi sesuai rasio massanya dengan bijih yaitu 0:4 atau tanpa penambahan aditif, 1:2, 3:4, dan 1:1, untuk dipanggang pada suhu 820 oC selama satu jam dan pengeringan 110 oC untuk variabel kuens selama 10 jam. Simulated Thermal Analysis atau STA, X-Ray Fluorescence atau XRF, dan X-Ray Diffraction atau XRD dilakukan dengan fungsi masing-masing untuk menentukan suhu pemanggangan, kadar unsur, serta fasa yang terdapat di dalam bijih nikel limonit. Pada studi ini, ditemukan bahwa jumlah silika dalam perlakuan kuens lebih besar daripada tanpa perlakuan kuens karena waktu reaksi yang terhenti serta mekanisme dan waktu pelindian oleh kuens yang kurang efektif dibandingkan dengan metode pelindian air panas sebelumnya, namun kadar nikel yang meningkat dalam jumlah yang tergolong kecil.


Limonite is one of the nickel lateritic ores presents in Indonesia, which contains many elements such as iron or Fe, silicon or Si, and magnesium or Mg besides its Ni content. As one of the the most dominant compounds in the limonite ore, silica or SiO2 complicates the process of increasing nickel content from the ores, so it is categorized as one of main impurities to decrease by extractive metallurgy, followed by environmental and health issue which encourage writer to develop methods used in this study which environmentally frendly. In the previous study, addition of sodium additives such as sodium hydroxide NaOH and sodium sulphate Na2SO4 helps to bind silica content from nickel ores. In this study, Na2CO3 is used to bind silica from the ores as sodium-silica based phase, followed by quenching post-reduction as the modification of hot water leaching treatment to transform the solid sodium-silica-based phase into aqueous phase,so the nickel recovery is estimated higher than before.. In this research, the samples are divided into roasting without quenching and roasting-quenching treatments. The between Na2CO3 and limonite are 0:4, 1:2, 3:4, and 1:1. The quenching is done for roasting-quenching samples right after the reduction, followed by drying at 110 oC in 10 hours for quenching samples. Simulated Thermal Analysis or STA, X-Ray Fluorescence or XRF, and X-Ray Diffraction or XRD analysis are the methods used to determine reduction temperature chemical contents, and phases in the limonite samples, respectively. Based on this study, the silica content in roasting-quenching samples is higher than without quenching process due to rapid-cooling which stops additive and silica reaction and less leaching time, but in other side, nickel content in this study is slightly increased.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Reky Kurnia Widhi
"Aplikasi dari baja perkakas JIS SKD 11 sebagai material cetakan amatlah memegang peranan strategis dalam dunia industri. Agar diperoleh baja perkakas kualitas tinggi, maka terus dilakukan berbagai penelitian, salah satu caranya adalah dengan mengatur perlakuan panas. Pada penelitian ini, material baja perkakas diatur perlakuan panasnya dengan Quenching Partitioning Tempering. Dengan variabel yang digunakan adalah perubahan temperatur perlakuan panas yang dilakukan dengan menahan temperatur kuens pada suhu 100oC dan 150oC yaitu antara suhu Ms dan Mf maka akan diketahui pengaruhnya terhadap sifat mekanis, yaitu kekerasan, laju aus, perubahan dimensi serta struktur mikro material baja perkakas JIS SKD 11.
Dalam penelitian ini disimpulkan dengan perlakuan Quenching Partitioning Tempering memberikan pengaruh sifat mekanis dan mikrostruktur baja JIS SKD 11. Nilai kekerasan baja pada perlakuan Quenching Partitioning Tempering (QPT) 950/100 oC pada penelitian ini sanggup mencapai nilai kekerasan 64 HRC. Pada perlakuan panas Quenching Partitioning Tempering (QPT) sifat mekanis kekerasan akan turun bila mana temperatur partitioning bertambah. Perubahan dimensi setelah perlakuan panas pada Quenching Tempering (QT) dan QPT mengalami penyusutan 0.02 mm sedangkan pada perlakuan panas Quenching Partitioning (QP) perubahan dimensi mengalami penambahan/mengembang 0.02 mm. Pada proses QP dan QPT terbentuk fasa martensit dan austenit sisa.

Application of JIS SKD 11 tool steel as the mold and dies material is very important role in many startegic industries. In order to obtain a high quality tool steel , then continued to do various studies, one way is to set the heat treatment. In this study, tool steel material is regulated by the heat treatment of Quenching Partitioning Tempering (QPT). The variable used is the change of temperature of heat treatment done by holding the temperature quenching at temperature of 100 oC and 150 oC at which temperature between Ms and Mf it will determine its effect on mechanical properties, namely hardness, wear rate, dimensional changes and microstructure of materials tool steel JIS SKD 11.
In this study, it is concluded that treatment of QPT influence mechanical properties and microstructure of steel JIS SKD 11. Hardness value of the steel in the treatment of QPT at 950/100 °C in this study could achieve a hardness value of 64 HRC. In the heat treatment of QPT mechanical properties of hardness will drop when partitioning increases. Dimensional change after heat treatment of Quenching Tempering (QT) and QPT shrinkage 0.02 mm, while the heat treatment Quenching Partitioning (QP) experienced a change in the dimensions of the addition 0.02 mm. In the process of QP and QPT, martensite and retained austenite phase are formed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T38096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarah Khayrun Nisa
"ABSTRAK
Paduan Ingat Bentuk Cu-Zn-Al memiliki sifat ingat bentuk yang baik dimana lebih ekonomis dibandingkan paduan ingat bentuk lainnya. Pada penelitian ini, paduan Cu-26,5Zn-5,15Al wt. % hasil pengecoran gravitasi yang dihomogenisasi pada 850 oC selama 2 jam diberikan laku pelarutan di 850 oC selama 30 menit diikuti tiga metode pencelupan yaitu pencelupan langsung (DQ) ke dalam media air + es kering, pencelupan naik (UQ) ke dalam media air + es kering lalu dicelupkan lagi ke air 100 ℃ selama 30 menit, dan pencelupan bertahap (SQ) yang dicelupkan ke air 100 ℃ selama 30 menit lalu pencelupan ke air + es kering selama 30 menit. Karakterisasi yang dilakukan adalah pengujian OES, pengamatan mikroskop optik, SEM-EDS, pengujian kekerasan microvickers, XRD, dan DSC. Struktur mikro as-cast dan as-homogenized terdiri dari matriks β [BCC] dengan fasa kedua α [FCC] berbentuk lath dengan rasio fraksi fasa α:β sebesar 7:93. Sementara, struktur mikro DQ terdiri atas fasa martensit βʹ [M18R]. Struktur mikro UQ dan SQ tersusun atas fasa austenit β [D03]. Nilai kekerasan bervariasi, sampel DQ memiliki nilai kekerasan tertinggi 241,63 HVN, sementara UQ dan SQ sebesar 192,93 dan 165,4 HVN. Pemulihan regangan tidak dapat diketahui karena ketiga sampel patah saat pemotongan dan pembengkokkan karena sifat getas
.Cu-Zn-Al shape memory alloy has good memory effect which became an economical option. In this study, Cu-26.5Zn-5.15Al wt. % alloy was produced by gravity casting and homogenized (850 oC, 2 hours). Samples were β solutionized (850 oC, 30 minutes) followed by three methods of quenching. First is direct quenching (DQ) to cold water (water + dry ice). Second is up quenching (UQ) to cold water followed by heating at 100 ℃ for 30 minutes. Third is step quenching (SQ) into the boiling water for 30 minutes, and then into cold water. Characterization included microstructures analysis using optical microstructures and SEM–EDS, Vickers microhardness, XRD, and DSC testing. The microstructures of as-cast and as-homogenized consisted of β [BCC] matrix and α [FCC] second phase with α:β phase fraction ratio of 7:93. The microstructures of DQ showed βʹ [M18R] martensite phase. Meanwhile, the microstructures of UQ and SQ consisted of β [D03] austenite phase. Hardness of DQ was the highest due to the M18R phase. While the UQ and SQ had lower hardness because of the formation of β [D03] phase. The strain recovery value could not be observed because the three samples fractured during cutting and bending caused by brittleness.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>